Langsung ke konten utama

FANFIC - MACHINE






Cast       : Park Gyuri, Xiu Luhan, Kim Myungsoo, Wu Yifan(Kris)
Title       : Machine
Genre   : Sad Fantasy Romance
Author  : YRP

                Matahari tak mau menampakkan diri siang ini, langit diselimuti awan tebal, angin dingin yang berhembus membuat Gyuri merapatkan jaketnya untuk melindungi tubuhnya. Gyuri memiliki firasat akan turun hujan sesaat lagi, Gyuri segera mempercepat langkahnya.
                “Silyehamnida!” Gyuri berkata untuk memberi pemilik toko bahwa ada seseorang disana.
                “Ah, Gyuri-ah! Ya, pesananmu sudah datang.” Lelaki tua itu menyerahkan sebuah bingkisan kertas coklat pada Gyuri. Bingkisan itu seukuran kamus namun lebih tebal sehingga Gyuri harus menerima dengan kedua tangannya.
                “Khamsahamnida. Mungkin aku akan menerima paket lagi, tapi aku tak tau kapan datangnya. Ingat ajjeoshi, jangan sampai ada yang tau.” Jelas Gyuri seraya tersenyum pada pemilik toko.
                “Ara ara Gyuri-ah. Aku selalu menyimpan dengan baik untukmu.” Lakaki tua itu bicara kelewat normal dengan Gyuri.
                “Khamsahamnida. Aku harus segera pulang, sepertinya akan segera hujan.” Gyuri melambai pada pemilik toko dan mulai berjalan cepat. Siapapun yang melihat Gyuri pasti aneh melihat caranya berjalan. Cara Gyuri berjalan memang tak sama dengan manusia normal, Gyuri tidak begitu luwes dalam bergerak.
                Seperti yang diperkirakan Gyuri, hujan turun sebelum dia sampai rumah. Dengan terpaksa Gyuri mencari tempat untuk berteduh. Dia memilih pada sebuah bangunan tua di tengah kota. Sepertinya bangunan itu dulunya toko, melihat ada ettalase dan beberapa meja kursi disana. Gyuri memilih untuk berteduh disana.
                Hujan sangat lebat siang itu, jika tak ada jam mungkin dia akan mengira itu sudah sore karena langit begitu gelap. Dan ternyata bukan hanya Gyuri yang memilih tempat itu sebagai berteduh, seorang pria berlari dan berdiri di sebelahnya. Badannya setengah basah karena dia baru saja berlari di tengah hujan. Pria itu mengibaskan rambutnya kemudian menoleh pada Gyuri yang sedari tadi memperhatikannya.
                “Ah, annyeong!” sapa pria itu canggung. “Hujan sangat lebat.” Pria itu berkata bodoh dan sekarang menyesal karena sudah berkata seperti itu. Pria itu merasa canggung karena diperhatikan seperti itu, dan dia mencoba memberanikan diri untuk menatap Gyuri. Betapa kagetnya dia melihat wajah Gyuri yang nyaris sempurna, bukan hanya cantik, tapi sempurna.
                Gyuri menyerahkan sebuah sweaater yang tadi dia simpan dalam tasnya, pria itu tampak bingung namun akhirnya menerimanya.
                “Gomawo.” Katanya lirih, “Boleh kupakai kan?”
                “Tentu saja karena memang itulah tujuanku.” Jawab Gyuri membuat pria itu makin salah tingkah. Pria itu melepas jaketnya yang basah dan memakai sweater pemberian Gyuri.
                “Untung kaos yang kupakai di dalam tidak begitu basah.” Katanya lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri tapi Gyuri tetap bisa mendengarnya. “Kim Myungsoo imnida.” Pria itu mengulurkan tangannya. Gyuri bingung antara menerima uluran itu atau membiarkannya tergantung di udara. “Ah, ya. Kalau kau tak mau....”
                “Park Gyuri imnida.” Gyuri memutus perkataan Myungsoo seraya menjabat tangan Myungsoo.
                “Wow, tanganmu dingin sekali. Apa kau kedinginan?” kata Myungsoo matanya melihat ke dalam bangunan toko yang tutup itu. “Sepertinya kita bisa masuk sini.” Myungsoo membuka pintu yang tak terkunci itu. Gyuri ragu untuk mengikuti Myungsoo masuk.
                “Ayo, tak apa masuk ke dalam sini.” Myungsoo mengajaknya dan Gyuri mengikutinya. Keduanya bisa melihat banyak alat-alat yang sudah tak terpakai lagi. Bahkan mereka tak pernah tau apa kegunaan benda itu karena bentuknya yang tak lazim.
                “Benda ini...” Gyuri mengambil sebuah alat berwarna penah seperti korek api. “Apa ini korek api?”
                “Mungkin saja.” Myungsoo merebutnya dari tangan Gyuri. “Sepertinya ini toko barang antik. Tapi kenapa mereka menutup toko tanpa membereskan semua barangnya dulu? Bahkan mereka tak mengunci pintunya.” Gyuri bisa mencerna perkataan Myungsoo, benar apa yang dikatakannya. Keduanya melanjutkan dengan melihat barang-barang unik di toko itu. Gyuri meletakan tasnya di sebuah meja berdebu.
                “Apa kau mendengar suara?” tanya Myungsoo emnajamkan pendengarannya.
                “Ah, itu ponselku. Bisa kau ambilkan tasku?” Gyuri berkata dan menunju dimana tempat tasnya. “Gomawo.” Gyuri menjawab teleponnya sedikit menjauh dari Myungsoo untuk menghindaridia mendengarnya. Myungsoo tak sengaja melihat dompet Gyuri terbuka disana. Diambilnya dompet berbentuk seperti buku itu, dan dia mendapati sebuah foto, pria dalam foto itu terlihat seperti Gyuri. Tampan yang sempurna.
                “Apa yang kau lakukan?” Myungsoo terlonjak kaget melihat Gyuri sudah berada di sampingnya.
                “Apa dia saudaramu?” Myungsoo menunjuk foto itu, “atau mungkin teman dekatmu?”
                “Apa kau begitu ingin tau?” Gyuri menatapnya.
                “Tidak juga.” Myungsoo terlihat amat salah tingkah.
                “Hujan sudah reda. Aku tak tau berapa lama kita ada dalam toko ini.” Gyuri berjalan menuju pintu dan membukanya membuat angin dingin masuk ke dalam.
                “Dimana kau tinggal?” Myungsoo bertanya melupakan semua rasa malunya.
                “Wae?”
                “Anio, mungkin lebih mudah mengembalikan sweater ini jika aku tau rumahmu.” Myungsoo menarik bagian depan sweaternya.
                “Sebaiknya kita bertemu disini saja. Besok lusa jam tiga sore.” Gyuri berkata seraya berjalan cepat. Myungsoo sengaja tak mengejarnya, melihat sosoknya amat luar biasa dari belakang.

                Gyuri membuka bingkisan yang tadi sudah di ambilnya, ternyata isinya sebuah alat yang Gyuri juga tidak tau apa kegunaannya. Gyuri memencet beberapa tombol di ponselnya, dan menunggu wajah yang akan muncul di layarnya.
                “Kenapa? Kau tak mengerti bagaimana cara pakainya?” Gyuri bisa melihat wajah Kris di seberang sana.
                “Ne, alat apa ini?” Gyuri mengangkat alat itu sehingga Kris bisa melihatnya dari seberang.
                “Itu alat yang bisa membuat tubuhmu hangat seperti manusia. Ya dengan adanyadetak jantung di tubuhmu sekarang, kau berhak mendapatkan itu. Tapi jangan memakainya terlalu sering, karena bisa membuat kau rusak. Dan masih belum ada yang bisa memperbaiki kerusakan gara-gara alat itu.” Kris menjelaskan Gyuri mengangguk ketika mendegarnya.
                “Kapan alat berikutnya datang?” Gyuri bertanya pada Kris disana.
                “Oh ya, aku masih belum bisa pastikan. Entah alat lagi atau yang lainnya yang akan dikirim padamu.”kris terlihat sibuk dengan seseuatu disana.
                “Kris jika aku boleh tanya....”
                “Luhan? Dia baik-baik saja. Dia berusaha untuk menjemputmu kesana. Tak bisa dipungkiri dia sangat khawatir, karena kau mesin ke empat yang dikirim ke dunia nyata.” Kris memotong kata-kata Gyuri karena sudah yakin tau bahwa Gyuri akan bertanya soal Luhan.
                “Dan jika aku boleh tau, apa yang terjadi dengan mesin sebelumku? Apa mereka masih ada? Apa aku bisa menemukan mereka?” Gyuri selalu membayangkan betapa indahnya jika dia bisa menemukan seseorang yang sama sepertinya di dunianya saat ini.
                “Dua diantara tiga sebelumnya mengalami kerusakan. Tapi masih ada satu yang hidup, sayangnya dia sudah menjadi manusia seutuhnya. Dia juga sudah menghilangkan kontak dengan dunia kita. Aku tak bisa melacaknya.”
                “Baiklah, aku akan menghubungimu lagi nanti.” Gyuri menutup teleponnya. Dia memandang jendela kamarnya, hingga saat ini langit begitu gelap tertutup awan. Membuat badannya dingin.
                Aku harap kau segera datang Luhan.

                Gyuri berjalam melewat jajaran toko kecil menuju tempat dimana dia berjanji akan bertemu dengan Myungsoo. Ternyata Myungsoo sudah menunggunya disana.
                “Gyuri-ah!” Myungsoo melambai padanya.
                “Sepertinya aku bisa mengambil sweaterku lagi sekarang?” Gyuri memandang Myungsoo dengan senyum dinginnya.
                “Tidak secepat itu, bagaimana kalau kita makan dulu? Kau lapar kan? Aku sangat lapar! Ayo!” Myungsoo menarik tangan Gyuri tiba-tiba. Mau tak mau Gyuri mengikuti Myungsoo ke sebuah cafe untuk makan. Seandainya Gyuri manusia, pasti dia sudah pucat sekarang.
                “Tapi aku tidak lapar.” Kata Gyuri gusar.
                “Ayolah, aku yang mentraktirmu sebagai  ucapan terimakasih.”
                “Tapi aku sudah makan Myungsoo.” tatapan Gyuri begitu tajam, Myungsoo diam sejenak, berpikir dan kemudian berkata, “Minum saja kalau begitu. Ya? Aku akan marah jika kau tak mau minum.”
                Selama menunggu pesanannya datang, jantung mesin Gyuri berdetak begitu cepat. Dia takut bagaimana jika Myungsoo bisa mendengar detak jantungnya yang seperti ini? Kemudian seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka.
                “Selamat minum.” Myungsoo mengangkat gelasnya dan mulai meminum isinya. Dengan ragu Gyuri mendekatkan bibirnya pada ujung sedotan, menghirupnya hingga Lemon squash itu naik dan sampai dimulutnya. Gyuri bingung harus berbuat apa selanjutnya, kemudian dia mencoba sekuat tenaga untuk menelannya. Toh dia memakai alat yang baru dikirim kemarin, mungkin jika terjadi kerusakan tak akan begitu parah karena setengah tubuhnya seperti manusia saat ini.
                “Mau kemana kau setelah ini?” tanya Myungsoo pada Gyuri yang masih saja terlihat cantik sempurna. Myungsoo memegang tangannya dan betapa kagetnya Myungsoo badan Gyuri begitu panas sekarang.
                “Apa kau sakit? Badanmu sangat panas Gyuri-ah.” Myungsoo berdiri mendekati Gyuri. Gyuri bingung harus berbuat apa.
                “Sepertinya aku harus pulang.” Spontan Gyuri berdiri namun kakinya tak menjalankan otak mesin itu untuk berjalan. Hingga Gyuri roboh tepat di pelukan Myungsoo.
                “Kau sakit. Sebaiknya aku membawaku ke rumah sakit.”
                “Hajima! Bawa aku ke rumah. Yang aku butuhkan ada di rumah Myungsoo. apapun yang terjadi padaku setelah ini, pastikan kau membawaku ke rumah. Apa aku bisa mempercayaimu Myungsoo?” Gyuri berkata agak sulit dari biasanya.
                “Aku akan membawamu ke rumahmu apapun yang terjadi.” Myungsoo mengangkat tubuh Gyuri yang begitu panas.... sedetik kemudian Gyuri tak sadarkan diri dan makin membuat Myungsoo panik karena Gyuri masih belum memberitahunya dimana alamat rumahnya.
                “Gyuri!” seseorang memanggil Gyuri dan Myungsoo emencari sumber suara itu. Dia melihat seorang pria, dia merasa pernah melihatnya. Dan setelah ajrak mereka makin dekat, Myungsoo bisa ingat pria itu yang ada foto, foto yang disimpan Gyuri dalam dompetnya. Myungsoo melihat wajah pria itu juga nyaris sempurna, namun cara berlarinya terlihat sedikit aneh.
                “Kau saudaranya?” Myungsoo bertanya ketika Luhan sudah berada di depannya.
                “Apa yang terjadi padanya?” tanya Luhan tergesa.
                “Aku tidak tahu, beberapa menit yang aku kita minum jus bersama di cafe. Dan tiba-tibatbuhnya menjadi sangat panas. Mungkin dia sudah sakit sebelum berangkat ke cafe.” Jelas Myungsoo yang berhasil membuat Luhan makin panik.
                “Biar aku yang menggendongnya!” Luhan merebut Gyuri dari Myungsoo. sekarang Myungsoo ragu jika Luhan itu adalah saudaranya Gyuri. Karena dia bisa melihat sekarang Luhan mendekatkan dadanya pada pergelangan tangan kiri Gyuri.
                “Dia memintaku untuk membawa ke rumahnya. Tapi aku tak tau dimana rumahnya.” Myungsoo mencoba memegang kening Gyuri tapi Luhan menjauhkan Gyuri dari jangkauannya.
                “Di ponselku ada peta. Kita bisa menemukan rumahnya dari situ.” Luhan menyuruh Myungsoo untuk mengambil ponsel di saku belakang celananya. Setelah mengotak-atik ponsel Luhan akhirnya Myungsoo bisa menemukan peta menuju rumah Gyuri. Keduanya berlari menuju sana.
                “Apa kau baik-baik saja? Biar aku yang menggendongnya jika kau tak cukup kuat.” Myungsoo mencoba mengambil Gyuri namun Luhan tetap menjauhkan dari jangkauannya.
                “Jangan sentuh aku atau pun Gyuri sebelum aku bilang boleh.” Luhan berkata tajam. Akhirnya mereka sampai di rumah Gyuri. Myungsoo kaget melihat isi rumah Gyuri yang dipenuhi alat-alat mekanik aneh. Mengingatkan Myungsoo dengan toko yang dia kunjungi dengan Gyuri.
                “Kris! Datanglah, Gyuri tadi meminum jus. Mungkin memang tak banyak, tapi kondisinya sangat buruk sekarang.” Luhan berteriak pada ponselnya membuat Myungsoo kaget. Myungsoo mendekati Gyuri yang tak terlihat kesakitan, dia terlihat sedang tidur. Myungsoo memegang tangannya dan untuk kesekian kalinya Myungsoo kaget, tangannya seakan terstrun aliran listrik.
                “Kau, siapa namamu?” tanya Luhan pada Myungsoo yang masih tertegun.
                “Myungsoo. Dan siapa kau?” Myungsoo bertanya balik.
                “Luhan.” Luhan kembali mendekatkan dadanya pada pergelangan tangan kiri Gyuri.
                “Apa tepatnya kalian?” Myungsoo bertanya dan Luhan memandangnya tajam. Wajahnya yang sempurna tersenyum dingin.
                “Kau menyentuhnya!” Luhan berkata menuduh pada Myungsoo.
                “Ya, aku menyentuhnya!”Myungsoo membela diri, menyentuhnya bukankah kesalahan yang fatal kan?
                “Luhan!” Kris tiba disana. Ketiganya terdiam saling pandang, sampai akhirnya Luhan menyadarkan mereka.
                “Gyuri!” teriak Luhan dan Kris langsung menghampirinya.
                “Kenapa Gyuri minum? Apa yang membuatnya minum?” Kris mengeluarkan alat-alat aneh dan mulai merangkainya.
                “Aku tak tau. Apakah Gyuri bisa diperbaiki?” Luhan bertanya khawatir.
                “Semoga saja. Luhan, kau mendekatkannya pada dadamu kan?”
                “Ya, aku melakukan itu.”
                “Apa sebenarnya yang terjadi?” Myungsoo bertanya pada Luhan seadngkan Kris sibuk dengan Gyuri.
                “Lihat!” Luhan menunjuk Kris yang sekarang membuka baju Gyuri, dilanjutkan mengiris badannya dengan pisau. Namun tak ada darah keluar dari sana. Kemudian terlihat mesin perak bersarang disana.
                “Kau dan dia sama?” Myungsoo menatap Luhan meminta penjelasan.
                “Ya, tapi tubuh Gyuri sedang menuju penyempurnaan. Dan sekarang dia rusak karena ada air masuk dalam mesinnya.” Luhan berkata nanar.
                “Luhan, Gyuri menggunakan alat penghangat tubuh tadi. Mesinnya sudah bekerja keras untuk itu. Dan air makin memperparah keadaannya.” Kris putus asa, mengotak-atik sesuatu dalam tubuh Gyuri.
                “Apa yang harus kita lakukan?” Luhan mendekat pada Gyuri.
                “Gyuri tak akan bisa aktif lagi.” Kata Kris lemah.
                “Aku bahkan belum berbincang dengannya Kris.” Luhan marah, lebih marah pada dirinya sendiri.
                “Aku akan membantu. Apa kalian butuh bantuanku?” Myungsoo menawarkan diri. Bagaimanapun juga dia merasa bersalah dan dia juga takut kehilangan Gyuri.
                “Tak ada yang bisa kita lakukan.” Kris berkata seraya mengambil sebuah kartu dari mesin Gyuri. “Ini memory Gyuri, kau bisa menyimpannya Luhan.”
                Jika saja Luhan manusia mungkin dia sudah menangis hebat sekarang. Dan myungsoo meneteskan airmata atas kejadian ini. Dia benar-benar tak percaya Gyuri hanyalah sebuah boneka.

Komentar

  1. will you continue this ??? please say yes !! i love it so much... gyuri. myungsoo, luhan, kris... all are my bias.. aahhh im so happy right now =')

    BalasHapus
  2. I will... just wait... :)
    our bias is same. ^_^

    BalasHapus
  3. Waaaaaaaaa..... >.<
    Ada ff Gyuri jg.
    Biasku di Kara Gyuri n Jiyoung.
    Waktu liat" ff disini, lngsung baca ini soalnyaaa ada Gyurinya.
    Hehehheeee....
    Sayang Gyuri dsini udh g bs aktif lg krn dy robot.
    Authoorrniim jg banyakiin yaa ff yg Gyurii jd pemeran utama.
    DAEBAAAKKKK!!!! >.<

    BalasHapus
  4. Wah...ini ceritanya bagus author...
    Banyakin lagi ya ff nya thor
    aku tunggu :-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah