Langsung ke konten utama

FANFIC - RAIN DROP (Chap 2)





 Title: Rain Drop
Cast: Oh Sehun - Kang Jiyoung - Xiu Luhan
Genre: Sad Romance
Author: YRP risae

Chapter dua... happy read all..


“Kenapa kau melakukan sesuatu yang harus kau hindari, Kang Jiyoung?”
                “Oppa....” Jiyoung tertegun melihat seseorang itu, dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi.
                “Kenapa kau melepas sepatumu?” namja itu melihat kaki Jiyoung yang telanjang kemudian beralih pada sepatunya yang basah di tangan Jiyoung.
                “Hyung? Kau mengenal Jiyoung?” Sehun mencoba menatap Luhan yang masih menatap tajam Jiyoung.
                “Gwenchana, aku akan baik-baik saja.” Kata Jiyoung dengan kepala tertunduk. Luhan segera melepas sepatunya dan menyuruh Jiyoung segera memakainya. Dalam diam Jiyoung mengikuti perintah Luhan.
                “Hyung?” Sehun kembali meminta penjelasan. 
                “Tunggu Sehun-ah. Aku akan mejelaskan nanti.” Luhan menarik tangan Jiyoung, Jiyoung menoleh memandang Sehun dan Sehun mengikutinya. Jiyoung pikir Luhan akan membawanya ke asramanya, namun tidak.
                “Oppa, kita mau kemana?” tanya Jiyoung tau mereka melewati asrama Jiyoung.
                “Diamlah!” ketiga orang itu berjalan dalam hening. Mereka sampai di kamar asrama Sehun dan Luhan beberapa menit kemudian. Sehun mengajak Jiyoung masuk dan meminjami handuknya untuk Jiyoung.
                “Sehun-ah!” teriak Jiyoung seperti biasa pada Sehun dari kamar mandi.
                “Mwo?” Sehun menjawabnya, dia hanya bisa melihat kepala Jiyoung yang keluar dari pintu yang tak sepenuhnya terbuka itu.
                “Apa kau tak meminjamiku baju?” tanya Jiyoung polos, Sehun tersenyum kemudian kembali dengan celana panjang dan kaos miliknya.
                “Pakai ini saja, mungkin akan sedikit kebesaran di badanmu.” Sehun menyerahkannya sambil menutup mata. Jiyoung segera menariknya dan kembali menghilang dalam kamar mandi.
                “Gomawo Sehun-ah!” teriak Jiyoung dari kamar mandi. Lagi-lagi Sehun tersenyum dan dia kembali ke duduk bersama Luhan di ruang belajar.

                “Kalian berdua belum makan?” Luhan bertanya pada Sehun yang duduk disampingnya.
                “Sebenarnya tadi kami mau mencari makan hyung, tapi karena-yah- kau tau sendiri-hmm- kau membawa Jiyoung kesini.” Sehun tampak kesulitan untuk mengatakannya, namun ekspresi Luhan datar.
                “Bantu aku membuat ramen sebentar lagi, ne?” pinta Luhan tanpa memandang Sehun.
                “Hyung, apa kau sudah lama mengenal Jiyoung?”
                “Kenapa kau bertanya seperti itu?” kini Luhan melihat wajah Sehun yang mulai kebingungan lagi.
                “Anio, aku pikir akan lebih baik jika kau mengenalnya. Yah- maksudku, bukankah itu baik?” Sehun memutar otak karena dia menyadari perasaannya gelisah ketika Luhan bertanya seperti itu. Ada apa dengannya?
                “Sehun-ah!” panggil Jiyoung yang memakai baju yang terlalu besar di bandannya dengan rambut yang masih basah. Sehun dan Luhan secara otomatis memandangnya dan membuat suasana canggung dalam beberapa detik.
                “Duduk sini!” Sehun berkata dan entah mengapa dia merasakan wajahnya memanas, apa yang dia katakan? Jiyoung menurutinya dan memilih duduk di sebelahnya.
                “Bagaimana bisa kalian berdua hujan-hujanan? apa kalian berdua tak pernah berpikir kalian bisa sakit?” Luhan memecah keheningan dan langsung disambut kerutan dikening Sehun dan Jiyoung.
                “Hyung, kita hanya ingin melegakan pikiran.” Bela Sehun seraya memandang seseorang yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu.
“Geurae Luhan oppa, kita hanya....”
“Terutama kau Kang Jiyoung! Apa otakmu sudah sangat berkarat hingga tak bisa memikirkan itu?” Luhan menatap tajam Jiyoung yang hanya tertunduk dengan tangan menarik bagian belakang kaos Sehun, membuat Sehun sedikit tak nyaman dengan itu.
“Hyung ayolah, kita hanya bermain hujan dan kau tak perlu semarah ini. Aku bahkan pernah mengalami yang lebih berat tapi kau tak pernah semarah ini padaku.” Sehun berkata sedikit dengan nada penekanan penuh percaya diri, bahwa mereka –dia dan Jiyoung- bukan anak kecil lagi.
“Lihat kulit kalian yang kisut karena terlalu lama bermain air. Apalagi dengan udara sedingin ini-aiisshh- aku meragukan usia kalian.” Luhan masih tetap pada nada tegasnya.
“Mianhae oppa.” Jiyoung berkata membuat Sehun melihat kearahnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Ya! Kau sudah menyerah? Ejek Sehun dalam hati. Dia tau bukan untuk pertama kalinya Luhan memarahinya, tapi kali ini dia merasa amat senang karena bisa dimarahi Luhan dan Jiyoung juga diposisi sama sepertinya.
“Sudahlah, Sehun-ah bantu aku di dapur.” Luhan beranjak dan Sehun mengikutinya, lalu Luhan kembali berbalik dan, “Tunggu disini! Kulitmu mati, tak usah membantu di dapur.” Sambungnya ketika melihat Jiyoung hendak mengikuti mereka. Sehun menganggap ini sebagai hukuman, dia tertawa meledek pada Jiyoung.
Sudah duapuluh menit Sehun dan Luhan sibuk menyiapkan makanan di dapur, kesibukan Luhan bertambah karena Jiyoung mencoba untuk bergabung dengan mereka di dapur dan memaksa Luhan untuk waspada setiap kali Jiyoung akan menyelinap. Meneriakkan sesuatu untuk membuat Jiyoung menjauhi dapur. Sehun hanya tertawa setiap kali Jiyoung gagal untuk membantunya. Meskipun dia ingin Jiyoung bersamanya di dapur, tapi dia merasa lebih senang melohat tingkah lucu Jiyoung seperti itu.
“Sekali lagi kau mencoba kesini, tak ada ramen untukmu!” ancam Luhan pada Jiyoung yang hanya dia jawab dengan desahan panjang.
Sehun berdiri di depan kompor, atas perintah Luhan seraya melihat ramen itu sesekali untuk menunggunya siap disantap. Ketika dia yakin ramen sudah matang, dia mengisyaratkan Luhan untuk mengambil mangkuk. Jiyoung datang kembali ke dapur, dia menghampiri Sehun seraya meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya. Sehun hanya tersenyum sambil mengangguk mengerti. Jika Sehun dan Jiyoung sudah bersama, tak ada yang bisa mencegah mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Sehun menakuti Jiyoung dengan mengarahkan sendok panas yang digunakan untuk mengaduk ramen pada Jiyoung, Jiyoung yang tidak bodoh tentu saja menghindar dengan berjalan mundur. Jiyoung tak tau jika Luhan kembali dengan mangkuk ditangannya, tanpa sengaja Jiyoung menabrak Luhan yang berada di belakangnya, membuat mangkuk itu pecah dan melukai kakinya yang masih berjalan mundur.
Prang!!!
“Ouch! Apo!” rengek Jiyoung ketika merasakan beling menusuk kakinya.
“Gwenchana?” Sehun merunduk untuk melihat telapak kaki Jiyoung. Belum sempat dia mengangkatnya, namun Luhan sudah mendorongnya utnuk menjauh.
“Oppa gwenchana.” Jiyoung berkata ketika sadar Luhan mengangkat kakinya dan memeriknya telapaknya.
“Sehun-ah! Cepat cari taxi!” bentak Luhan pada Sehun yang tertegun di belakangnya. Raut muka Luhan benar-benar berbeda dari biasanya.
“Untuk apa?”
“Ke rumah sakit, kau tak lihat kakinya?”
“Hyung, aku bahkan bisa mengobatinya sendiri.”
“Taxi sekarang!!!” bentak Luahn membuat Sehun segera berlari untuk mencari taxi.

Sehun POV

Aku berlari menembus dinginya malam itu, bahkan aku tak sempat memakai jaketku. Aku tak tau apa yang terjadi pada Luhan hyung, kenapa dia bisa semarah itu padahal itu hanya masalah sepele. Aku bahkan bisa menangani luka Jiyoung jika hyung mengijinkan aku untuk menyentuhnya.
“Taxi!!!” aku berteriak, taxi itu berhenti tepat di depanku. Aku bisa melihat Luhan hyung menggendong Jiyoung menuju taxi. Aku berlari mengahmpirinya mencoba untuk membantunya, namun lagi-lagi dia mengacuhkanku. Luhan hyung tak menerima bantuanku?
Luhan hyung dan Jiyoung duduk di belakang, sementara aku duduk di samping sopir. Aku juga ingin memberi semangat Jiyoung yang menangis tanpa suara dalam pelukan Luhan hyung. Bukankah aku teman Jiyoung? Bukankah aku sahabatnya? Bukankah aku yang lebih dekat dengannya? Ah, kenapa aku berpikir seperti itu? Sejak kapan aku merasa memiliki Jiyoung?
“Jiyoung-ah, apa sakit sekali?” aku melihatnya menngangguk sambil terus menangis. “Ayolah jangan menangis. Aku rasa perihnya tak sesakit itu untuk membuatmu menangis.”
“Bahkan jarumpun bisa membunuhnya jika dia lalai.” Sahut Luhan dan membuat Sehun bungkam. Mereka sudah sampai rumah sakit dan Sehun merasa lega karena dia tak perlu menanggapi ucapan Luhan. Beberapa perawat membantu Jiyoung untuk ke ruang periksa. Aku berjalan lemah mengikutinya, kemudian berhenti ketika perawat melarangku dan Luhan hyung untuk ikut masuk dalam ruangan.
Aku memilih duduk sembarangan di lantai, Luhan hyung tampak begitu khawatir. Kenapa dia begitu khawatir? Jiyoung hanya terkena pecahan beling, itu tak akan membuatnya mati bukan? Dengan susah payah aku mencoba untuk memulai percakapan dengan Luhan hyung.
“Hyung, apa kau sedekat itu dengan Jiyoung? Aku bahkan tak pernah tau ternyata kau mengenal temanku.” Sehun mencoba untuk menatap mata Luhan yang memerah.
“Apa kau merasa mengenal Jiyoung?” Apa? Kenapa dia malah balik tanya padaku?
“Aku rasa begitu. Aku mengenalnya hampir satu tahun, karena dia teman sekelasku. Dan hubungan kami cukup dekat.” Apa yang kukatakan?
“Kau menyukainya?”
“Dia teman dekatku, bagaimana aku tak menyukainya? Kurasa kau hyung, apa kau menyukai Jiyoung?” ya, aku rasa Hyung menyukainya. Meskipun hanya beberapa jam yang lalu aku mengetahui Luhan hyung dan Jiyoung saling kenal, aku bisa merasakan bahwa Luhan hyung menyukainya. Dan sekarang aku benar-benar yakin, bahwa aku juga menyukainya, aku sangat menyukainya.
“Kang Jiyoung, adalah kekasihku.”
Deg
Benarkah?
Tapi kenapa?
Kenapa harus Luhan hyung?
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah