Langsung ke konten utama

FANFIC - RAIN DROP (Chap 3) End






  Title: Rain Drop
Cast: Oh Sehun - Kang Jiyoung - Xiu Luhan
Genre: Sad Romance
Author: YRP risae

Sedikit lebih banyak di part terakhir ini....


“Kang Jiyoung, adalah kekasihku.”
Deg
Benarkah?
Tapi kenapa?
Kenapa harus Luhan hyung?
“ah, kau tak pernah cerita padaku. Bahkan Jiyoung juga tak pernah cerita padaku. Atau selama ini dia memanfaatkanku agar bisa selalu memantaumu hyung?” aku berpikir cepat, jadi selama ini Kang Jiyoung dekat denganku hanya untuk alasan tertentu. Aku tak habis pikir!
“Gwenchana?” pertanyaan Luhan hyung seakan menamparku, apa maksud pertanyaan itu?
“Tak ada yang perlu kau khawatirkan!” aku sedikit memberi penekanan dalam kalimatku, Luhan hyung terlihat amat bersalah. Aku rasa aku benar-benar menyukai Jiyoung.
Aku bergegas meninggalkan Luhan hyung, tak tau kemana tujuanku, aku hanya mengikuti langkah kakiku. Pikiranku kacau, bagaimana ini bisa terjadi padaku. Aku merasa Jiyoung menyukaiku juga, tapi itu hanya sebagai topeng agar dia bisa memantau kekasihnya. Mungkin aku terlalu bodoh, aku salah mengartikan kedekatan kami.

***
Author POV
Pagi itu amat dingin ditambah hujan rintik menyapa para siswa dan membuat mereka enggan kembali ke sekolah. Sehun berjalan pelan tanpa perlindungan payung pagi itu, membiarkan tubuhnya sedikit basah terkena sapaan air. Pagi ini sedikit berbeda, tak ada seseorang yang memanggilnya untuk menunggunya. Sehun menoleh ke belakang berharap seseorang itu sedang berlari menujunya seperti biasa. Tapi Sehun kembali ingat, gadis itu sedang terluka, meskipun dia tak tau bagaimana perkembangannya tapi dia bisa merasakan dia tak baik-baik saja.
“Sehun-ah!” Sehun merasa seseorang memanggilnya, Sehun merasa dia sangat putus asa hingga otaknya berimajinasi ada seseorang yang memanggilnya seperti biasa. Sehun berhenti sejenak. Apa aku sudah mulai gila Jiyoung-ah? Runtuk Sehun dalam hati. Sehun ingin berbalik untuk melihatnya, tapi dia tak mau terlihat bodoh, ketika dia mulai melangkah suara itu terdengar lagi.
“Sehun-ah!” suara itu nyata, dan suara itu berbeda dengan milik Jiyoung. Sehun berbalik setelah otaknya memberitahu bukan Jiyoung pemilik suara itu. Sehun mendapati seorang gadis dengan rambut kelewat lurus tergerai di punggungnya tersenyum padanya.
“Krystal-ssi?” Sehun mengerutkan keningnya.
“Apa kau tak mendengarku memanggilmu?” Krystal berbagi payung dengan Sehun, namun tinggi badan Sehun yang melampauinya membuat Krystal mengangkat tangannya tinggi. Menyadari hali itu Sehun merebut payung dari tangan Krystal, membiarkannya memegang payung itu.
“Aku rasa aku mendengarnya. Tapi aku ragu.” Jawab Sehun seperlunya.
“Kemana Kang Jiyoung? Kau tak bersamanya pagi ini?” Krystal menoleh berharap dia menemukan Jiyoung tapi hasilnya nihil.
“Dia sakit, mungkin dia tak masuk hari ini.” Jawab Sehun sedikit murung. Kenapa Krystal ahrus membahas Jiyoung.
“Kau sangat dengan dekatnya, aku rasa Jiyoung sangat beruntung. Apa kalian punya hubungan khusus?”Krystal dengan santai bertanya sambil menatap wajah Sehun yang memerah.
“Apa maksudmu?” Sehun mulai salah tingkah.
“Apa kalian punya hubungan spesial? Apa dia kekasihmu?” Sehun tak pernah berpikir Krystal sangat berani memberi pertanyaan seperti itu padanya. Apalagi mereka tak begitu kenal dekat.
“Hubungan kami spesial.” Ada rona kekecewaan di wajah Krystal, “Sebagai sahabat.” Sambung Sehun membuat Krystal tersneyum simpul tanpa sepengetahuan Sehun.
“Syukurlah kalau begitu.” Tiba-tiba Krystal mengalungkan tangannya di lengan Sehun. Sehun mencoba melepasnya, “Untuk kali ini saja biarkan seperti ini.” Perkataan Krystal mengurungkan Sehun untuk melepaskan diri dari Krystal. Tak tau ada berapa pasang mata yang melihat mereka berdua. Sehun menjadi benar-benar salahtingkah, takut salah satu dari mereka salah paham dna membuat gosip tentang dirinya dan Krystal. Berbeda dengan Krystal yang begitu percaya diri, dia menyebar senyumnya setiap ada yang melihat mereka. Beberapa gadis terlihat kecewa melihat Sehun berjalan bersama Krystal.
“Sehun-ah!” seseorang memanggilnya, Sehun langsung menoleh mendengar suara yang begitu di hafal memanggilnya. Sehun melihat Jiyoung duduk di kursi roda, Sehun jadi sedikit kesal setelah mengetahui seseorang yang mendorong kuri roda itu adalah Luhan.
“Apa kau ingin bersamanya?” tanya Krystal dengan semburat kecewa di wajahnya. Sehun menggelengkan kepalanya, memandang wajah Jiyoung dan beralih ke Luhan kemudian kembali memandang ke depan untuk melanjutkan langkahnya bersama Krystal. Jiyoung yang melihat dengan jelas Krystal mengalungkan tangannya pada lengan Sehun merasa sesuatu yang seharusnya tak pernah dia rasakan. Dia terluka melihat Sehun dengan Krystal.
“Gwenchana?” tanya Luhan memegang tangan Jiyoung, Jiyoung hanya mengagguk lemah menahan tangis yang siap untuk tumpah. Luhan bungkam dan mengantar Jiyoung menuju kelasnya.
***
Sehun berusaha secepat mungkin memasukkan buku-bukunya dalam tas. Sehun yang biasanya duduk satu bangku dengan Jiyoung hari itu memilih duduk di bangku paling belakang. Sehun bisa merasakan Jiyoung memandangnya, Sehun segera berjalan cepat untuk keluar kelas.
“Sehun-ah!” Sehun ingin sekali berhenti dan mengantar Jiyoung pulang seperti biasa, tapi rasa sakitnya menang dan tak menghiraukan panggilan itu.
“Sehun-ah!” Sehun masih bisa mendengar Jiyoung berteriak memanggilnya. Sehun mempercepat langkahnya melewati banyaknya siswa yang berebut untuk segera pulang.
“Sehun-ah!” bukan suara Jiyoung yang di dengarnya sekarang, melainkah suara Krystal yang kini berasa di belakangnya.
“Kau? Ada apa?” tanya Sehun kasar. Krystal sedikit mengerutkan keningnya melihat perlakuan Sehun.
“Aku ingin pulang bersama dan ingin mengatakan sesuatu.” Krystal begitu lancar mengatakan kaliamt yang sudah dihafalnya itu.
“Cepatlah, katakan saja!” Sehun mengacak rambutnya seraya melihat ke arah kelasnya takut Jiyoung segera mengejarnya.
“Mungkin ini akan sedikit mengejutkan bagimu.” Kata Krystal gugup, Sehun heran ada apa dengan gadis itu. Apa yang sebenarnya ingin dia katakan?
“Sehun-ah! Chakaman!” Jiyoung berteriak, dia sudah keluar kelas. Mencoba memecah para siswa yang begitu banyak melewati koridor itu. Dengan cepat Sehun menarik Krystal dan membawanya ke halaman depan sekolah. Setelah dia menemukan ruang yang luas, dia berhenti dan menghadap Krystal.
“Ada apa? Katakan saja.” Sehun menatap Krystal dalam.
“Kau pasti akan terkejut mendengar ini, tapi aku benar-benar sudah tak sanggup menyimpannya.” Krystal mencoba mengambil nafas dalam, dengan ragu dan takut dia menatap Sehun dan melanjutkan, “Saranghae Sehun-ah! Jeongmal saranghaeyo. Sudah lama aku menyukaimu, tapi aku ragu akan kedekatanmu dengan Jiyoung. Dan hari ini setelah yakin kau tak mempunyai hubungan apapun dengan Kang Jiyoung, aku berani mengakuinya. Saranghaeyo Sehun-ah!” pengakuan Krystal dengan suara keras itu membuat siswa melihat ke arah mereka berdua. Sehun tak tau harus berbuat apa, Sehun merasakan pandangan dari teman-temannya. Sehun benar-benar tak tau harus berbuat apa.
“Apa kau yakin?” Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ne, aku sangat yakin! Saranghaeyo!” Krystal kembali berteriak, membuat siswa yang melihat mereka mengeluarkan suara-suara sindiran untuk mereka. Sehun menutup mulut Krystal dengan tangannya.
“Pelankan suaramu!” pinta Sehun, Sehun melihat ke arah teman-temannya yang sekarang banyak berhenti untuk melihat tontonan itu. “Apa yang kalian lihat?” Sehun bertanya tak tau pada siapa.
“Sehun-ah!” seseorang berlari memecah kerumunan kecil itu, Sehun mendengus kesal, apalagi kali ini?
“Wae?” Sehun membuang nafas berat.
“Jiyoung jatuh ketika mencoba mengejarmu tadi. Kepalanya berdarah, aku lihat lukanya hanya sebuah goresan kecil. Tapi darah tak berhenti keluar dari keningnya.” Jelas Jongin tergesa memperlihatkan tangannya yang penuh noda darah. Sehun melangkah mendekat pada Jongin tapi Krystal mencegahnya.
“Apa lagi?” Sehun berkata tergesa.
“Kau belum menjawab pertanyaanku!” kata Krystal memegang lengannya erat.
“Sehun-ah!” Jongin kembali memanggilnya, kali ini Jiyoung sudah ada disana dengan tangan menutupi darah yang keluar dari kepalanya. Jongin membantu Sulli mendorong kursi roda Jiyoung.
“Sehun-ah!” Jiyoung memanggilnya lemah, wajahnya sangat pucat.
“Jiyoung-ah gwenchana?” Sehun berlari menuju Jiyoung tapi dengan cepat Krystal menahannya dan mendekatkan bibirnya pada bibir Sehun. Sehun dengan keras mendorong Krystal.
“Jangan pernah lakukan itu lagi!” Sehun manatapnya dingin kemudian berlari ke Jiyoung. Mendorong kursi roda itu dan membawanya menjauh dari kerumunan di sekolah. Sehun tak bisa berpikir jernih. Sehun tak menghiraukan sorakan dari teman-temannya, dia hanya ingin segera mencari tempat yang hening.
“Sehun-ah!” Jiyoung memanggilnya lirih, tapi Sehun bisa mendengarnya.
“Jangan bicara sebelum kita sampai taman.” Sehun mempercepat langkahnya. Sehun berhenti di taman, di tempat biasa mereka.
“Aku ingin mengatakan sesuatu.” Jiyoung berkata namun Sehun tak memperhatikannya melainkan mengacak isi tasnya. Setelah beberapa detik Sehun menarik tangannya keluar dengan saputangan di tangannya.
“Sedalam apa lukamu hingga begitu banyak darah yang keluar?” Sehun mendekatkan tangannya pada kening Jiyoung, melihat luka itu. Ada goresan dua senti, tapi Sehun yakin itu dalam.
“Sehun-ah saranghae!” pernyataan Jiyoung menghentikan aktifitas Sehun melihat luka di keningnya. Jiyoung menangis.
“Bagaimana dengan Luhan hyung. Aku tau dia kekasihmu, aku sangat kecewa kau tak pernah cerita ini padaku. Apa kau memanfaatkanku?” Sehun berkata begitu dingin, sebenarnya dia tak ingin berbuat seperti pada Jiyoung. Tapi sakit hatinya lagi-lagi menang dan membiarkannya meledak.
“Ara! Aku salah, Luhan oppa bukan kekasihku.” Sehun merasa kepalanya sakit memikirkan semua ini. Jiyoung, Luhan dan pengakuan bodoh Krystal di sekolah. Semuanya ingin membuat Sehun meledak.
“Jangan bohong padaku!”
“Anio, aku yang memaksa Luhan oppa untuk mengatakan itu padamu. Aku pikir dengan begitu kau tidak akan berharap banyak padaku. Tapi semuanya berubah ketika aku melihatmu dengan Krystal tadi pagi, dan kejadian pengakuannya membuatku makin yakin. Aku tak bisa membiarkanmu dengan gadis lain karena aku menyukaimu Sehun-ah!” tangis Jiyoung makin pecah. Sehun hanya terdiam sambil mendengarnya.
“Apa alasanmu menghindar dariku?” tanya Sehun seraya mencoba mengusap darah yang masih terus keluar dari keningnya Jiyoung.
“Karena aku tak mau membuatmu khawatir. Aku tak seperti gadis lain.” Jiyoung memegang luka di kepalanya membuat Sehun mengernyit heran, “Darah sukar membeku.”
Sehun tak mengerti awalnya, namun setelah otaknya kembali bekerja dia segera mendorong Jiyoung dan menghentikan taxi untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Cukup lama Sehun mencari taxi kosong, Sehun berteriak ketika taxi berisi penumpang datang tanpa berhenti di depannya. Namun dia menemukan taxi setelah lima belas menit menunggu.
“Jiyoung-ah bertahanlah!” Sehun membantu Jiyoung masuk dalam taxi. Sehun memeluknya erat seakan tak mau kehilangannya. Dia bisa melihat wajah Jiyoung yang makin pucat. Hujan deras mengguyur kota sore itu, membuat salah satu pohon tumbang dan membuat jalanan macet.
“Sehun-ah!” panggil Jiyoung dalam pelukannya, Sehun menyadari wajah Jiyoung benar-benar pucat saat ini.
“Bertahanlah, sebentar saja.” Sehun meneteskan airmata, dia takut sesuatu menimpa Jiyoung.
“Sehun-ah, aku sudah tidak tahan.” Kata Jiyoung amat lemat, Sehun membuka pintu taxi dan mengajak Jiyoung keluar menembus hujan. Sehun membawa Jiyoung naik ke atas punggungnya dan berjalan cepat menembus hujan dan kemacetan disana.
“Bertahanlah sedikit lagi Jiyoung-ah!” Sehun mencoba berjalan secepat mungkin.
“Sehun-ah berhenti, aku sudah lelah.” Kata Jiyoung namun Sehun terus berjalan ingin segera sampai pada tujuan mereka. “Sehun-ah aku kedinginan.” Suara Jiyoung bergetar, Sehun menurunkan Jiyoung dan membiarkannya duduk di trotoar. Dia melepas jas sekolahnya dan memakaikannya pada Jiyoung. Hujan makin deras membuat Sehun kedinginan. Sehun hendak membawa Jiyoung pada punggungnya lagi, tapi Jiyoung menolaknya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Jiyoung menarik tangan Sehun. Sehun menyentuh luka Jiyoung yang masih mengeluarkan darah. Hujan membuat noda itu turun pada jas sekolahnya.
“Kita akan segera sampai dan mengobati lukamu.” Sehun memegang pundak Jiyoung. Jiyoung menggeleng.
“Aku sudah lelah dengan jahitan. Kau tau, telapak kakiku bahkan belum sembuh dan aku harus mendapat jahitan lagi? Sudah terlalu banyak jahitan di tubuhku.” Jiyoung mencoba tersenyum.
“Ayolah...” Sehun mencoba memberi Jiyoung semangat.
“Sehun-ah saranghae!” kata Jiyoung, Sehun tersenyum mendengar pengakuan itu.
“Nado, saranghaeyo Jiyoung-ah!”  Sehun memeluk Jiyoung, “Kita jalan lagi, ayolah naik ke punggungku!” Sehun mencoba membuat Jiyoung mau naik ke punggungnya.
“Hujan selalu membuatku ingat padamu. Ketika kita bermain hujan dan Luhan oppa memarahi kita berdua. Dan hari ini, lagi-lagi aku membuat kenangan denganmu bersama hujan. Aku akan selalu mencintaimu Sehun-ah!” Jiyoung berkata sambil menangis, namun air hujan menghapus air matanya dan Sehun segera memeluknya lagi.
“Nado Jiyoung-ah! Saranghaeyo!” Sehun melepas pelukannya, mendekatkan wajahnya pada wajah Jiyoung dan bibir mereka bertemu. Selama beberapa menit keduanya lupa dengan apa yang mereka hadapi. Sampai Sehun menyadari tubuh Jiyoung semakin berat.
“Jiyoung-ah!” Sehun mengguncang tubuh Jiyoung dan gadis itu hanya diam. Jiyoung-ah ireona!” Sehun terus mengguncang tubuh Jiyoung. Kemudian dia merasa seseorang menepuk pundaknya.
“Biarkan dia pergi dengan tenang.” Luhan berkata berat, Sehun menangis seraya memeluk tubuh Jiyoung. 

Sehun-ah!
Mianhae aku tak menceritakan semua masalahku padamu. Aku benar-benar tak tau harus memulai darimana. Mianhae untuk masalah Luhan oppa, dia tak bersalah Sehun-ah. Kau jangan membencinya, kau ingat kau pernah bercerita padaku bahwa Luhan adalah orang yang sangat berarti untukmu? Bahwa kau sudah menganggap Luhan oppa hyungmu sendiri? Jadi aku mohon, jangan marah padanya.
Kau pasti heran bagaimana aku bisa mengenal Luhan oppa, Luhan oppa dulunya adalah tetanggaku. Namun karena ingin fokus dengan kuliahnya dia memilih untuk tinggal di asrama. Mungkin selama ini aku selalu mengganggunya. Ya, aku menyukainya Sehun-ah, aku menyukainya sebelum akhirnya aku tau bahwa Luhan hanya menganggap aku sebagai adiknya. Sampai suatu hari aku bertemu denganmu.
Aku tak pernah sama sekali memanfaatkanmu Sehun-ah. Aku mengenalmu ketika kita berada pada kelas yang sama, dan aku tau kau tinggal dengan Luhan oppa di asrama. Luhan oppa selalu menceritakan segala sesuatu tentangmu padaku. Dia bilang dia sudah menemukan seorang adik yang lebih baik dariku. Hahaha, mungkin aku selalu merepotkannya.
Aku tak pernah benar-benar paham bagaimana kedekatan kita dimulai. Yang aku tau, aku mulai merasa sepi tanpamu. Aku selalu ingin memanggil namamu. Apa kau bosan karena aku selalu mengulang-ulang memanggil namamu? Sehun-ah! Hahaha!
Tapi aku tak punya keberanian untuk jujur padamu. Aku tak pernah menceritakan tentang kekuranganku, darah sukar membeku, aku benci aku memiliki kekurangan seperti itu. Itulah alasanku membenci olahraga Sehun-ah. Aku benci karena aku bisa saja terluka dan lagi-lagi harus mendapat jahitan. Kau tau sendiri bagaimana tingkahku. Seandainya penyakit itu tak bersarang di tubuhku, mungkin aku menjadi seorang atlet sekarang. J
Kau tau sekarang kenapa aku tak suka olahraga padahal aku mampu melakukannya. Dan itu juga alasanku mengapa aku tak mau mengungkapkan perasaanku padamu. Aku tak mau membuatmu khawatir Sehun-ah, Luhan oppa berkali-kali menyuruhku untuk jujur saja padamu. sampai hari itu tiba, Luhan oppa mengetahui kita bermain hujan dan melepas alas kaki kita. Luhan oppa sangat marah waktu itu. Ditambah aku menginjak pecahan piring dan membuat kakiku terluka. Kakiku yang masih lunak karena basah, lagi-lagi ahrus di jahit untuk kesekian kalinya.
Aku tak mau menyusahkanmu, tapi ternyata aku salah. Semua akan lebih baik jika aku mengatakan kekuranganku ini padamu, dan aku harap kau mau melindungiku. Tapi semuanya terlambat, kebodohanku membuat semuanyarusak. Mianhae Sehun-ah,  mianhae saranghae. Aku akan selalu mencintaimu. Ingat itu. Saranghae Sehun-ah - Kang Jiyoung.

Sehun berjalan dengan payung ditangannya, hujan rintik ini membuatnya bergidik kedinginan. Sehun masuk rumah makan ramen seperti biasanya, tempat yang begitu memiliki banyak kenangan untuknya, di tambah hujan rintik mengguyur kota sore itu.
“Silyehamnida, bolehkah aku duduk disini? Tempat ini sudah penuh.” Sehun menoleh dengan cepat, dia merasa deja-vu. Seakan dia pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya. Suara itu juga begitu dia kenal. Mungkinkah?
“Jiyoung-ah!” Sehun berteriak ketika melihat gadis yang berdiri di sampingnya adalah sosok gadis yang begitu ia rindukan. Namun gadis itu mengerutkan kening tanda tak mengerti.
“Sehun-ah!” gadis itu memanggil namanya persis seperti seorang yang dia cintai biasa memanggilnya. Sehun merasakan kepalanya begitu sakit, dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Komentar

  1. whoa..
    aku komen langsung di sini aja thor yah :)
    aku suka banget ffnya, sumpah penasaran thor itu siapa yang dilihat sehun?
    gantung banget thor..
    aku suka pairingnya :)

    BalasHapus
  2. terimakasih komennya... :)
    nah itu, author juga bingung siapa yg d liat Sehun. eh
    emang sengaja gitu biar gantung gimana gitu.
    jadi endingnya terserah imajinasi pembaca,...
    gomawo...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah