Langsung ke konten utama

WHEN I MEET YOU [FANFIC]



              


When I Meet You
cast: Kang Jiyoung | Kim Jongin | Byun Baekhyun | Park Chanyeol | Oh Sehun | Jung Krystal | Lee Jieun | Choi Sulli
genre: romance, school story, fun, friendship
Leght: long story oneshot
author: YRP

 Fanfic yang saya bikin sambil senyum sendiri gak karuan. Mohon komen ne!!!
[backsound Don't Go - EXO] ^_^


  Pagi itu siswa sebuah sekolah menengah atas sedang berebut untuk mencari nama mereka, karena ini tahun ajaran baru mereka mencari tau di kelas mana mereka di tempatkan. Jiyoung menyusuri nama yang tertempel pada dinding. Bukan mencari namanya, melainkan mencari nama orang lain.
                “Oh Sehun – Oh Sehun – Oh Sehun...” Jiyoung mengulang nama dan jarinya secara otomatis menyusuri nama-nama yang tertera disana. “Yup! Dia di kelas 3A.” Jiyoung berhasil menemukan nama itu. Kemudian tangan kirinya memukul kepalanya sendiri seakan mengingatkan dia pada sesuatu. Tangan kanannya kembali menyusuri nama-nama yang tertera di kelas 3A. Kang Jiyoung. Namanya juga tertera disana. Itu artinya dia satu kelas dengan Sehun. Sesuatu bergejolak dalam hatinya, antara senang, khawatir, takut dan perasaan aneh lainnya bercampur menjadi satu.
                “Hei, kita satu kelas lagi.” Seseorang menariknya dan menyadarkan Jiyoung kembali, badannya terhuyung karena tidak siap oleh tarikan kasar itu.
                “Jongin-ah! Berhenti memperlakukanku seperti teman laki-lakimu!” bentak Jiyoung seraya memukul Jongin asal.
                “Aku rasa kau memang laki-laki!” ejek Jongin dan segera saja dia menghindar dari pukulan Jiyoung. Jongin menghindar pada saat yang tepat, hingga pukulan Jiyoung yang tak bisa dikendalikan itu menuju pada wajah seseorang. Dan
                Buk!
                Sehun memegang kepalanya yang sakit akibat pukulan Jiyoung. Jiyoung membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Jongin yang mengetahui hal ini langsung saja tertawa lepas melihat pemandangan yang ada di depannya.
                “Au!” runtuk Sehun menggosok kepalanya.
                “Mianhae! Jeongmal mianhae. Gwenchana?” Jiyoung mendekatkan pandangannya pada kepala Sehun. Takut jika kepala pangerannya itu tak akan utuh lagi gara-gara pukulan tadi.
                “Gwenchanayo.” Jawab Sehun seraya memerhatikan Jiyoung, “Sepertinya kau yang tidak baik-baik saja.” Sehun menyentuh hidung Jiyoung yang berdarah. Apa? Darah?
                “Jiyoung-ah, kenapa hidungmu berdarah?” Jongin mengusap darah di hidung Jiyoung dengan tangannya. Jiyoung segera mengalihkan tangan Jongin dari wajahnya dan segera berlari ke kamar mandi. Jongin menyusulnya.
                “Gwenchana?” tanya Jongin ketika Jiyoung sudah keluar dari kamar mandi.
                “Gwenchanayo. Kim Jongin! Kenapa kau mempermalukanku di depan Sehun?” Jiyoung mulai menyerang Jongin dengan pukulan. Namun Jongin tak menghindarinya kali ini. Sebagai sahabat Jiyoung, dia sangat mengerti bahwa Jiyoung menyukai Sehun sejak lama.
                “Mianhae! Aku tak tau kalau kau akan salah sasaran pada pangeranmu itu.” Jongin memegang kedua tangan Jiyoung hingga dia terhindar dari pukulan lagi. “Bagaimana keadaanmu setelah ini? Kita satu kelas dengan Sehun. Dan setiap berinteraksi dengannya kau selalu mimisan. Aku rasa kau tak menyukainya. Kau alergi padanya Jiyoung!” Jongin memberi argumennya. Jiyoung berpikir. Ya, bagaimana keadaannya setelah ini. Dia akan terus berdarah jika melakukan kontak dengan Sehun, pria yang dia sukai.
                “Aiisshh! Aku tak ingin memikirkannya.” Jiyoung menarik tangan Jongin dan mengajaknya untuk masuk kelas baru mereka. Jiyoung melihat sudah tak banyak bangku kosong untuk mereka. Dan mereka hanya menemukan bangku no dua dari belakang. Sebenarnya Jiyoung benci itu, tapi mau bagaimana lagi.
                “Jongin, kau harus membantuku. Jangan sampai aku berinteraksi terlalu lama dengan Sehun.” Bisik Jiyoung di telinga Jongin.
                “ne, ne, ne, ara!” Jongin mengiyakan permintaan itu. Bagaimanapun dia juga harus membantu Jiyoung. Dia juga yang akan repot jika Jiyoung terus-terusan mimisan.
                “Kenapa aku harus mengeluarkan darah setiap kali berinteraksi dengannya. Tubuhku menolakku untuk dekat dengannya.” Runtuk Jiyoung putus asa.
                “Sebenarnya itu hanya perasaan gugupmu saja. Tapi aku tetap menyayangkan, kenapa harus mimisan. Itu merepotkanmu sendiri kan? Kau ingin dekat dengannya, tapi jika dekat dengannya kau jadi mimisan dan mengerikan seperti itu.” Jongin memehartikan sahabatnya yang tampak kacau itu.
                “Aku juga tersiksa Jongin-ah!” Jiyoung meletakkan kepalanya pada bangku sekolahnya dan seketika dia merasa seseorang menghampirinya.
                “Kang Jiyoung-ssi, apa kau baik-baik saja?”
                Deg!
                Sehun menghampiri Jiyoung dan Jiyoung tak mau mengangkat kepalanya, takut darah akan kembali keluar dari hidungnya.
                “Aku baik-baik saja Sehun-ssi. Jangan khawatirkan aku.” Jiyoung menjawab dengan tetap bertahan pada posisinya.
                “Boleh aku melihat hidungmu?” Sehun mencoba membuat Jiyoung bangkit dari posisinya, namun dengan sigap Jongin mendekap Jiyoung.
                “Dia baik-baik saja Sehun-ah. Kau jangan khawatir. Dia hanya perlu istirahat.” Jongin mendekap Jiyoung dengan tujuan agar Sehun tak menyentuh Jiyoung.
                “Ah, baiklah kalau begitu. Sepertinya aku mengerti, maaf mengganggu kalian.” Sehun berkata dengan tatapan sedikit terhina. Sehun sudah memberi perhatiannya yang begitu mahal pada Jiyoung, tapi Jiyoung bahkan tak mau melihatnya di tambah adegan Jongin mendekap Jiyoung membuatnya sedikit kesal.
                Setelah yakin Sehun sudah kembali duduk di bangkunya, Jongin melepaskan dekapannya dan melihat Jiyoung kembali berdarah.
                “Aku sudah mempermalukan diriku dan kau masih saja berdarah? Jiyoung-ah!” Jongin mengacak rambutnya. Sedangkan Jiyoung menatap Jongin marah.
                “Kenapa kau mendekapku ketika Sehun mengajakku bicara? Bagaimana kalau Sehun berpikiran sesuaatu terjadi antara kita!” Jiyoung berkata tajam pada Jongin yang mulai salah tingkah.
                “Aku harus membantumu! Kau ingat? Kau sendiri yang memintanya.” Jongin membela diri.
                “Oh! Semoga Sehun tak berpikiran macam-macam.” Jiyoung menutup hidungnya yang berdarah dengan tisu.

                Jiyoung membuka buku pelajarannya dengan malas. Pikirannya bernaung pada Sehun bukan pada kalimat yang dia baca. Jiyoung memilih untuk menutup bukunya dan kembali pada aktifitasnya, memata-matai Sehun.
                Jiyoung mengeluarkan sepedanya dari garasi, mengayuhnya dengan santai menuju taman dimana dia bisa melihat Sehun yang biasa berolahraga disana. Tak sulit mencari Sehun karena itu merupakan kegiatan rutin Jiyoung. Jiyoung melihat pangerannya dari jauh, begitu menyesal dirinya menyadari akan begitu sulit berada di dekat Sehun.
                Seandainya saja aku tak berdarah jika bersamanya.
                Jiyoung membayangkan betapa senangnya dia jika bisa selayaknya gadis normal berada di dekat Sehun. Bukan gadis yang selalu berdarah jika berada di dekatnya, bukankah itu akan terlihat aneh? Ah, itu benar-benar membuat Jiyoung makin benci dirinya sendiri.
                Jiyoung terus melihat Sehun yang sedang tiduran di rumput dari kejauhan. Sudah lama Jiyoung mengagumi Sehun, namun kegugupannya yang tak wajar membuatnya seakan tak bisa untuk berada di dekatnya. Jiyoung berpikir harus bisa mencari solusi untuk mengobati dirinya sendiri. Entah bagaimanapun caranya agar dia tak kembali berdarah di dekat Sehun, ya Jongin pasti mau membantunya.

***

                “Jongin, aku benar-benar kesal harus seperti ini.” Rengek Jiyoung ketika mereka berjalan menuju kelas. Jongin hanya menatapnya iba, kemudian menarik Jiyoung dalam pelukannya.
                “Sudahlah, kita coba lagi siang ini. Berkomunikasilah dengan Sehun. Mungkin saja jika sudah terbiasa kau tidak akan berdarah lagi.” Jongin mencoba menghibur sahabatnya itu.
                “Kim Jongin!” dua orang memanggilnya kelewat kencang, membuat Jongin mengerutkan kening dengan sapaan yang berlebihan itu.
                “Park Chanyeol, Byun Baekhyun!” Jongin melepas senyumnya melihat mereka.
                “Ah, kau Kang Jiyoung!” tuduh Chanyeol ketika melihat Jiyoung, Jiyoung hanya mengangguk. Jiyoung tau Chanyeol dan Baekhyun adalah sahabat Jongin yang lain. Sahabat Jongin yang selalu jahil dan terkenal sebagai tukang membuat masalah. Tapi Jiyoung tak pernah benar-benar mengenal mereka karena mereka tak pernah satu kelas.
                “Ya! Mungkin anggota kita akan bertambah satu. Kang Jiyoung bukan gadis biasa-menurutku.” Kata Baekhyun santai sambil memukul pelan pundak Jiyoung.
                “Dia perempuan, jangan libatkan Jiyoung untuk membuat keonaran.” Jongin memberi pandangan peringatan yang hanya di jawab tawa mengecek oleh keduanya.
                “Jongin-ah, kita tak pernah membuat onar-ah maksudku kita tau batas. Absennya Jongdae benar-benar membuat kami stres.” Chanyeol berkata seraya memberi isyarat agar mereka berjalan.
                “Sudahlah Chanyeol, jangan terlalu memaksa. Aku tau sebenarnya kau iri pada Jongin yang memiliki sahabat perempuan. Aku tau itu.” kata Baekhyun membuat wajah Chanyeol sedikit memerah.
                “Aku tak pernah menyangka akan satu kelas dengan kalian.” Jongin berkata sambil menatap Chanyeol dan Baekhyun ngeri, namun ada senyum disana. Jongin memiliki firasat hidupnya akan jauh lebih menyenangkan setelah ini. Setelah dia berkumpul dengan semua sahabatnya.

                “Sulli-ah, apa yang kau bawa itu?” Chanyeol menyeruak menghampiri Sulli yang terlihat membawa sebuah tas kotak yang terbuat dari kertas. Sulli menatapnya tajam.
                “Apa? Aku tak membawa ini untukmu!” sergah Sulli seraya menjauhkan kotak itu dari Chanyeol. Chanyeol tersenyum lebar hendak merencanakan aksi brutalnya.
                “Hei kalian semua, Sulli membawa kue hari ini. Aku tak menyangka dia begitu baik membawakan kita kue.” Sulli memukul Chanyeol ketika Chanyeol menghentikan perkataannya. Chanyeol tertawa lebar diikuti teman lainnya. Jiyoung, Jongin dan Baekhyun hanya tertawa melihat kekesalan Sulli. Kemudian Chanyeol kembali bergabung dengan mereka.
                “Apa kau tak kasian padanya?” tanya Jongin ketika Chanyeol sudah duduk di sebelahnya.
                “Itu menyenangkan. Sebenarnya aku tau kue itu ditujukan padamu Jongin-ah!” mata Chanyeol menatap mata Jongin meledek. Jongin hanya bungkam.
                “Dia belum menyerah untuk mendapatkan hati Jongin.” Baekhyun ikut bicara, Jiyoung hanya tersenyum melihat wajah Jongin yang memerah.
                “Kalian tau, sebenarnya masalah terbesar Sulli adalah Jiyoung. Kau mengenalnya dengan baik kan, dan dalam kenyataan kau dan Jongin sangat dekat. Siapapun mengira kalian adalah pasangan.” Chanyeol berkata sekilas melirik Sulli yang duduk di bangkunya.
                “Kalau Jongin mau aku bisa menjelaskan pada Sulli sejak dulu. Tapi Jongin selalu menolaknya, Jongin-ah apa kau tak menyukai Sulli? Dia gadis baik!” Jiyoung memukul pundak Jongin keras.
                “Jangan bicarakan itu. Aku hanya menganggapnya teman. Ara?” Jongin terliha kesal dengan ejekan para sahabatnya, dan obrolan hangat itu selesai ketika Lee songsaenim datang.
                “Byun Baekhyun, Jung Krystal, Kang Jiyoung dan Oh Sehun kalian satu kelompok!” jelas Lee songsaenim membuat Jiyoung menjambak rambutnya sendiri. Jiyoung menatap Jongin yang juga menatapnya, Jongin memberi pandangan yang mengatakan, ‘sudahlah jalani saja, kita bicarakan nanti.’
                “Jiyoung-ah, kita satu kelompok!” Baekhyun yang duduk di belakang Jiyoung menendang kursi Jiyoung. Jiyoung hanya menoleh seraya berkata, “Ara, diamlah!”
                Setelah Lee songsaenim selesai membagi kelompok, bel berbunyi mengisyaratkan tanda ganti pelajaran. Jiyoung meletakkan kepalanya pada meja, meruntuki nasibnya yang harus satu kelompok dengan Sehun. Jongin mendekatkan kursinya pada Jiyoung dan membuat gadis itu duduk tegak.
                “Jongin-ah!” runtuk Jiyoung memberi ekspresi aneh pada Jongin.
                “Kalian belum menentukan akan kerja kelompok dimana?” tanya Jongin ketika Baekhyun dan Chanyeol juga mendekatkan kursi mereka mengelilingi Jiyoung.
                “Belum, kau lihat sendiri kita belum berbincang.” Jiyoung mengacak rambut panjangnya, Baekhyun dan Chanyeol menatapnya heran.
                “Ada apa?” tanya Chanyeol penasaran.
                “Bukan apa-apa.” Jawab Jongin singkat.
                “Kenapa Jiyoung begitu?” Baekhyun juga bertanya.
                “Kau di kelompok yang sama dengan Jiyoung kan?” tanya Jongin pada Baekhyun yang dijawab dengan anggukan.
                “Jiyoung-ah, ada Baekhyun yang bisa membantumu.” Jongin mengguncang pundak Jiyoung.
                “Aku mau kau yang membantuku. Mereka tak tau apa-apa.” Rengek Jiyoung menunjuk Baekhyun dan Chanyeol dan makin membuat kening mereka berkerut.
                “Kalau begitu biarkan kami tau.” Baekhyun dan Chanyeol berteriak bersama membuat beberapa pasang mata menatap mereka.
                “Kalian akan segera tau.” Jawab Jongin sambil menatap Sehun dan Krystal berjalan menuju mereka.
                “Kang Jiyoung, Byun Baekhyun, kita harus membicarakan kelompok kita.” Kata Krystal menyapu mereka dengan pandangan sombongnya.
                “Kajja,” Baekhyun berdiri dan menarik tangan Jiyoung, namun yang ditarik tak mau berdiri mengikutinya. “Jingyoung-ah, kajja!”  perlu waktu sepuluh menit untuk membuat Jiyoung bangkit, Jongin menyerahkan saputangannya pada Jiyoung.
                “Baiklah-baiklah, kita mulai dari mana? Aku rasa kita harus cepat sebelum Kim songsaenim datang.” Baekhyun melepas kecanggungan diantara mereka, Baekhyun memang mudah akrab dengan siapa saja.
                “Sebaiknya kita pikirkan dimana kita akan mengerjakan tugas matematika ini.” Sehun berkata dan menatap ketiga temannya penuh tanya.
                “Aku rasa di rumahku sepulang sekolah.” Kata Krystal.
                “Jangan bodoh, rumahmu jauh dan aku tak mau mengerjakannya sepulang sekolah. Jam  7 malam saja di rumah Jiyoung.” Baekhyun melirik Jiyoung yang hanya diam disampingnya sambil menutup hidungnya dangan saputangan.
                “Sayangnya aku tak tau dimana rumahnya.” Kata Krystal kesal.
                “Bagaimana kalau di rumahku. Ah, tapi aku tak suka mengerjakan tugas dirumahku. Ommaku akan menjadi sangat berlebihan ketika temanku datang untuk belajar.” Baekhyun kembali berpendapat.
                “Ya, mengingat semua kekacauan yang kau buat dengan Chanyeol, ommamu pasti sangat bahagia dan menjadi belebihan seperti itu.” Krystal menimpali Baekhyun tanpa ampun.
                “Ya! Aku dan Chanyeol tak pernah membuat kacau.” Baekhyun mengeraskan suaranya, Jiyoung memegang tangannya dengan maksud agar dia bisa mengontrol emosinya. Krystal tak melihat Baekhyun yang sedikit kesal padanya.
                “Sudahlah, sebaiknya kita kerjakan di rumahku saja.” Sehun menengahi, “Dan kurasa benar Baekhyun, kita kerjakan jam 7 malam saja. Kalian tau rumahku kan, rumahku tak jauh dari sini.”
                “Aku setuju, rumah Sehun jam 7.” Baekhyun menarik Jiyoung untuk kembali pada bangku mereka meninggalkan Krystal dengan wajah kesalnya dan Sehun dengan tatapannya.
                “Kenapa kau diam saja tadi, ah gadis itu sangat menyebalkan.” Baekhyun duduk dan kemudian betapa kagetnya dia ketika Jiyoung melepas tangan dan saputangan dari hidungnya. “Mwo? Gwenchana?”
                “Jiyoung! Kau berdarah, apa kau sakit?” Chanyeol meletakkan tangannya pada dahi Jiyoung.
                “Oh jadi kau diam karena kau sakit!” Baekhyun berdiri mendekati Jiyoung.
                “Jiyoung, ayo aku antar ke ruang kesehatan.” Chanyeol ikut berdiri, beberapa teman mereka melihat, dan Jongin langsung mendekap Jiyoung agar semua temannya tak melihat Jiyoung mimisan.
                “Jiyoung gwenchana?” tanya Sulli mencoba melihat wajah Jiyoung yang tertutup karena Jongin mendekapnya.
                “Gwenchana, dia baik-baik saja. Sepertinya kalian sudah terjebak Chanyeol dan Baekhyun.” Kata Jongin mencoba menjelaskan pada lainnya. “Duduklah biar aku jelaskan!” kata Jongin menyuruh Chanyeol dan Baekhyun yang setengah sadar.
                Jiyoung melepas diri dari Jongin dan mendapati darah menodai seragam Jongin. “Mianhae.” Kata Jiyoung singkat.
                “Jadi seperti inilah.” Kata Jongin menunjuk Jiyoung yang sibuk membersihkan hidungnya.
                “Apanya?” sentak Chanyeol dan Baekhyun tak sabar.
                “Beginilah reaksinya jika bertemu Sehun.” Jawaban Jongin membuat rasa khawatir di wajah keduanya hilang dan berganti gelak tawa.
                “Jadi ini karena dia? Kau kena sindrom? Ah, kita harus menyebutnya apa?” tanya Baekhyun pada Chanyeol yang memegangi perutnya.
                “Apa kalian pikir ini lelucon?” Jiyoung mulai kesal dengan mereka dan berhasil membuat mereka diam menahan tawa. Belum sempat membahas itu lebih lanjut, Kim songsaenim sudah masuk kelas dan membuat semuanya diam.

                Bel sekolah berbunyi membuat Jiyoung sadar malam akan segera tiba dimana dia harus ke rumah Sehun. Chanyeol dan Baekhyun sudah mengerti sekarang dan berjanji akan membantunya seperti apa yang dilakukan Jongin selama ini. Jiyoung tetap duduk dibangkunya ketika keals sudah hampir sepi membuat Chanyeol iba dan menghampirinya.
                “Ayolah, semua akan baik-baik saja.” Chanyeol mengulurkan tangannya agar Jiyoung mau bangkit. Jongin dan Baekhyun menunggunya di depan kelas.
                “Kajja Jiyoung-i. Akan kubuatkan ramuan untuk mengatasi masalahmu itu.” Baekhyun lagi-lagi bercanda dan berhasil membuat Jongin mendaratkan pukulannya pada kepala Baekhyun. “Aiisshh! Ara!” keluhnya.
                “Kenapa harus mimisan?” Jiyoung menerima uluran tangan Chanyeol dan segera keluar kelas bersama lainnya.
                “Dan kenapa kau tanya itu padaku? Seharusnya kau tanya pada dirimu sendiri! Hanya kau yang bisa mengendalikan dirimu sendiri.” Kata Chanyeol memberinya semangat.
                “Aku sudah mencoba, tapi tetap saja. Bahkan kali ini lebih parah, berada di dekatnya sudah membuatku mimisan.” Jiyoung berkata seraya memainkan pita panjang yang dia miliki.
                “Tenanglah, nanti masih ada aku. Aku akan membantumu!” Baekhyun berkata sambil memukul dadanya.
                “Seandainya bisa, aku akan pergi ke rumah Sehun juga nanti. Tapi kelompokku juga mengerjakan di jam yang sama.” Kata Jonginme mandang penuh maaf pada Jiyoung.
                “Gwenchanayo.” Jiyoung tersenyum pada Jongin, Jongin dengan gemas mengacak poni Jiyoung dan kejadian itu terekam dimata Sulli yang beberapa meter di dekat mereka.
                “Hai Sulli!” sapa Baekhyun dengan tawa bodohnya. Sulli hanya diam.
                “Ah kotak itu. Apa kau akan memberikan itu padaku?” goda Chanyeol, dan betapa kagetnya Chanyeol ketika Sulli menyerahkan kotak kue itu pada Chanyeol dalam diam. Kemudian berlari meninggalkan mereka.
                “Aku pikir dia akan memberinya padamu.” kata Baekhyun heran menatap Jongin.
                “Aku juga yakin begitu, tapi dia berubah pikiran ketika melihatmu dengan Jiyoung.” Kata Chanyeol terpaku, dia sungguh merasa tak enak.
                “Sudahlah makan saja.” Jawab Jongin enteng.
                “Iya, aku lapar.” Baekhyun mengambil kue dari kotak itu memakannya dengan lahap. Chanyeol juga membagi itu dengan Jongin dan Jiyoung.

***

                Esoknya di sekolah, Jongin meliarkan pandangannya mencari Jiyoung yang tak kunjung datang. Jongin berdiri di pintu kelasnya menunggu Jiyoung, atau Baekhyun atau siapa saja yang tau tentang kejadian semalam di rumah Sehun. Jongin melihat Chanyeol berjalan dengan headphonenya, Jongin melepas headphone Chanyeol agar anak itu menyadari keberadaannya.
                “Jongin-ah! Wae? Kau mengagetiku saja.” Chanyeol sadar ada Jongin yang berdiri di pintu kelas.
                “Kau tidak berangkat dengan Baekhyun?” tanya Jongin dan Chanyeol melihat ke dalam kelas mencoba mencari Baekhyun.
                “Aku pikir dia sudah datang. Dia mengirim pesan padaku bahwa aku tak perlu menunggunya.” Chanyeol melihat raut khawatir di wajah Jongin. “Jiyoung juga belum datang?”
                “Belum, handphonenya juga mati. Aku tak bisa menghubunginya dari semalam.” Jongin terlihat memencet kasar layar handphonenya.
                “Aku sangat penasaran apa yang terjadi semalam di rumah Sehun.” Chanyeol berkata dengan sedikit nada khawatir.
                “Kenapa kalian ingin tau apa yang terjadi di rumah Sehun?” tiba-tiba Krystal sudah berdiri di belakang Chanyeol dengan tatapan curiga. Jongin dan Chanyeol spontan kaget dengan kedatangan Krystal yang tiba-tiba.
                “Kenapa kau ingin tau bahwa kami sangat ingin tau dengan apa yang terjadi di rumah Sehun?” Chanyeol balik bertanya dengan nada jahilnya membuat Krystal sedikit kesal.
                “Apapun yang terjadi semalam kalian tak akan senang mendengarnya!” Krystal tersenyum kecut, Jongin dan Chanyeol bertatap penuh arti.
                “Apa terjadi sesuatu pada Jiyoung?” Jongin bertanya pada Krystal.
                “Kenapa kau begitu mengkhawatirkannya Kim Jongin?” Krystal kembali menampakkan wajahnya yang menyebalkan.
                “Jadi benar terjadi sesuatu pada Jiyoung semalam?” Chayeol ikut menaikkan nada suaranya dan membuat kening Krystal mengerut.
                “Apa yang istimewa dari Kang Jiyoung hingga kalian begitu peduli padanya?” Krystal memberi penekanan dalam setiap katanya.
                “Karena kami menyayanginya dan Jiyoung sahabat kami!” Baekhyun berteriak dari luar kelas membuat ketiga orang melancarkan pandang pada Baekhyun. “Kenapa? Kau iri?”
                “Apa yang kau katakan Byun Baekhyun?” “Krystal seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan Baekhyun.
                “Baekhyun-ah ceritakan apa yang terjadi? Kenapa sampai saat ini aku tak bisa menghubungi Jiyoung?” Jongin bertanya sedikit tergesa.
                “Jiyoung baik-baik saja kan?” Chanyeol mendekat pada Baekhyun.
                “Kalian akan lihat sendiri.” Kata Baekhyun singkat kemudian dia melewati mereka dan segera duduk di bangkunya.
                “Aiisshh, aku tak mengerti dengan jalan pikiran para pria ini. Bahkan Sehun juga mulai menyebalkan seperti kalian. Jiyoung Jiyoung dan Jiyoung!” Krystal meninggalkan Chanyeol dan Jongin yang masih berdiri disana.
                “Sebenarnya apa yang terjadi.” Chanyeol mengikuti Baekhyun yang skarang sudah tertidur di bangkunya. Chanyeol mencoba membangunkannya namun nihil. Baekhyun tetap tidur.
                Sampa bel berbunyi Jiyoung belum masuk kelas. Jongin bisa melihat Sehun dengan wajahnya yang terlihat beda dari biasanya. Tak lama kemudian Jiyoung muncul.
                “JIYOUNG-AH!” teriak Jongin dan Chanyeol bersamaan membuat Baekhyun bangun dari tidurnya, Krystal tersenyum kecut, Sehun melihat ke arah mereka, Sulli yang seperti menahan tangis melihat Jongin dan teman lainnya yag juga ikut kaget dengan teriakan mereka.
                “Bisakah kalian menjadi lebih sopan?” Krystal berkata menyindir namun tak dihiraukan oleh Jongin dan Chanyeol.
                “Jongin... Chanyeol...” kata Jiyoung lirih, lebih terlihat malas.
                “Kau kenapa?” Chanyeol menyeret kursi agar Jiyoung bisa duduk nyaman di kursinya.
                “Ceritakan dari awal!” kata Jongin dan Jiyoung menggeleng pelan.
                “Ayolah, kami perlu tau.” Chanyeol mengguncang pundak Jiyoung pelan.
                “Aku pikir Baekhyun sudah menceritakan semua pada kalian.” Jiyoung menatap Baekhyun yang tidur.
                “Dia tak berkata apa-apa. Kau lihat, dia tidur!” Jongin kesal melihat Baekhyun yang dengan santainya masih bisa tidur.
                “Tunggu sampai Baekhyun bangun. Aku tak mampu menceritakan semuanya sendiri.”kata Jiyoung, belum sempat mengajukan aksi protesnya Lee Songsaenim sudah masuk kelas mau tak mau Jongin dan Chanyeol kembali ke bangku mereka.

                “Ayo ceritakan semua!” tantang Jongin pada Jiyoung dan Baekhyun.
                “Darimana aku harus mulai?” tanya Baekhyun pada Jiyoung.
                “Terserah kau saja. Kau pembicara yang baik.”
                “DARI AWAL!” sentak Jongin dan Chanyeol bersama.
                “Baiklah, jadi kemarin aku menjemput Jiyoung di rumahnya untuk ke rumah Sehun. Jiyoung bersiap-siap cukup lama dan aku harus menunggu di ruang tamu dan......”
                “Bukan seawal itu bodoh!” potong Chanyeol tak sabar.
                “Ara ara. Hem, kau tau Jiyoung sudah mulai mimisan ketika kami baru memulai semuanya.” Kata Baekhyun dengan tatapan iba pada Jiyoung. “Aku tentu tak tinggal diam, ketika darah mulai keluar aku memeluknya agar Sehun dan Krystal tak melihatnya.”
                “APA?” Jongin dan Chanyeol lagi-lagi berteriak.
                “Berhenti berteriak! Ehm, lalu setelah Jiyoung bisa mengambil saputangannya aku melepas pelukanku dan melihat wajah Sehun begitu merah. Sepertinya dia marah.”
                “Aku sungguh terlihat bodoh semalam.” Sela Jiyoung.
                “Ya, kau terlihat sangat bodoh, terutama aku!” Baekhyun menatap Jiyoung, “Dan sepertinya Krystal menyukai Sehun. Sehingga dia tak suka melihat reaksi Sehun yang berlebihan ketika aku memeluknya. Dan pertengkaran dimulai darisana.”
                “Apa menurut kalian Sehun dan Krystal itu pacaran?” Chanyeol melirik Krystal cepat kemudian kembali menatap sahabatnya.
                “Bisa jadi, tapi yang lebih parah, aku rasa Sehun mulai tertarik pada Jiyoung.” Kata Baekhyun dengan gaya bijaknya.
                “Apa kau yakin Krystal pacar Sehun?” tanya Jongin pada Baekhyun.
                “Mungkin saja, karena keluarga Sehun terlihat sangat mengenal Krystal. Dan semalam Krystal terus saja mendekat pada Sehun. Berharap Jiyoung cemburu kurasa.”
                “Jiyoung-ah, apa Sehun tau kau menyukainya?” tanya Chanyeol dan Jiyoung hanya mengangguk ragu.
                “Bagaimana dia tidak tau! Jiyoung terlalu terlihat dia menyukainya.”
                “Tapi aku rasa Krystal juga sadar jika kau menyukainya.”
                “Aku rasa begitu.”
                “Karena itu Krystal juga bersikap tak baik pada kita.”
                “HENTIKAN!” Jiyoung berteriak dan membuat semuanya diam.
                “Lalu bagaimana kelanjutannya?” tanya Chanyeol ragu.
                “Jiyoung sangat pucat, karena aku tak mau dia kehilangan banyak darah, aku mengantarnya pulang.” Baekhyun menyudahi ceritanya.
                “Tugas kalian selesai?” tanya Jongin.
                “Tentu saja tidak, aku yang mengerjakan semuanya dangan bantuan hyung-ku. Dan aku sangat lelah sekarang. Aku ingin tidur.” Baekhyun menguap lebar.
                “Bagaimana caranya agar kau berhenti mimisan jika dengannya?” Chanyeol menatap Jiyoung penuh sayang, merasa kasihan pada sahabatnya.
                “Molla.” Jawab Jiyoung singkat.
                “Bisakah kau melupakannya agar kau tak tersiksa seperti ini?” tanya Jongin membuat Jiyoung menatapnya tajam. Tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

                Beberapa hari berikutnya Jiyoung selalu mencoba menghindari Sehun, dengan bantuan ketiga sahabatnya tentu itu berjalan dengan mudah. Sehun sering sekali mencuri kesempatan agar bisa berbincang dengan Jiyoung, namun sahabatnya selalu mempunyai ide agar hal itu tak terjadi.
                “Jiyoung-ah!” panggil Sehun waktu istirahat, dengan cepat Baekhyun menarik Jiyoung.
                “Jiyoung-ah, kau tau aku akan membeli sebuah game baru nanti sore.” Kata Baekhyun, obrolan itu terdengar sangat memaksa.
                “Hei Sehun-ah!” dengan cepat pula Chanyeol menghampiri Sehun yang masih berusaha menjangkau Jiyoung.
                “Aku mau bicara dengan Jiyoung.” Kata Sehun tapi Chanyeol menghalanginya.
                “Jiyoung? Ah dia sudah pergi.”
                “Dia dibelakangmu.”
                “Benarkah?” Chanyeol menoleh dan mendapati Jiyoung dengan Baekhyun.
                “Jiyoung!” Sehun kembali memanggilnya dan sekarang Baekhyun memegang kepala Jiyoung agar tak menoleh.
                “Jangan menoleh atau darahmu akan habis dan kau bisa mati.” Bisik Baekhyun sambil tersenyum.
                “Baekhyun-ah ottokhae, aku dengan senang hati menerima tawaran itu.” kata Jiyoung pada Baekhyun yang masih tersenyum.
                “Diamlah.” Kata Baekhyun. “Jongin dimana Jongin.”
                “Jiyoung-ah!” Sehun berteriak lagi.
                “Ayo kita pergi!” bisik Baekhyun.
                “Untuk kali ini saja biarkan seperti ini. Aku ingin mendegar suaranya.” Jiyoung memohon pada Baekhyun dan Baekhyun tak bisa menolaknya.
                “Jangan bodoh, Jiyoung sedang ada urusan dengan Baekhyun.” Chanyeol tetap menahan Sehun yang terus ingin menggapai Jiyoung.
                “Jongin-ah!” teriak Chanyeol ketika matanya menangkap sosok itu. Tau dengan keadaan itu Jongin segera bergabung untuk membantu.
                “hei, Sehun-ah!” Jongin ikut gabung dalam obrolan teraneh itu.
                “Apa kau juga berniat membuat Jiyoung menjauh dariku?” tanya Sehun dingin ketika melihat Jongin.
                “Mwo? Untuk apa? Aku tak melakukan itu.” kata Jongin membela diri.
                “Aku tau kau dekat dengannya. Tapi kau bukan pacarnya Jongin-ah!” Sehun menatap mata Jongin tajam. Chanyeol terlihat bingung harus berkata apa.
                “Jongin oppa!” Sulli menghampiri Jongin yang sedang berseteru dengan Sehun.
                “Sulli-ah!” Chanyeol memanggil Sulli dan langsung menarik tangannya untuk menjauh darisana.
                “Apa yang kau lakukan? Aku ingin bicara dengan Jongin oppa.” Sulli mencoba melepas pegangan Chanyeol tapi Chanyeol menahannya.
                “Oppa? Sejak kapan kau meamnggilnya oppa?” Chanyeol makin mengeratkan pegangannya. Disana Sehun dan Jongin terlibat aksi tatap, mereka seakan ingin menghabisi satu sama lain. Sedangkan Baekhyun yang melihat itu hanya bisa diam sambil terus memegang kedua tangan Jiyoung. Jiyoung yang membelakangi Jongin dan Sehun megerutkan keningnya.
                “Kenapa Sehun tak bicara, dia sudah pergi?” tanya Jiyoung pada Baekhyun.
                “Ani, dia belum pergi. Dia hanya sedang bersama Jongin.” Jelas Baekhyun dan Jiyoung mengangguk mengerti.
                “Kau menyukai Jiyoung kan?” tanya Sehun dingin seakan menohok jantung Jongin.
                “Bukan urusanmu.” Jawab Jongin tak kalah dingin.
                “Itu alasan kenapa kau selalu menjauhkanku dari Jiyoung. Dan kau juga membujuk Chanyeol dan Baekhyun untuk membantumu. Membantu membuatku jauh dari Jiyoung.” Sehun mendekat satu langkah hingga jarak keduanya sangat dekat. Mereka sudah menjadi tontonan sekarang, di lapangan basket terlihat Sehun dan Jongin yang siap saling pukul, Baekhyun yang terlihat bingung sambil terus memegang kedua tangan Jiyoung juga Sulli yang berteriak ingin melepas diri dari pegangan Chanyeol. Ini sungguh terlihat konyol.
                “Kau hanya akan menyakiti Jiyoung. Dan aku tak suka itu!” kata Jongin tajam.
                “Apa maksudmu? Aku bahkan tertarik padanya, atas dasar apa aku menyakitinya?”
                “Bukankah kau sudah punya Jung Krystal?” Jongin memberi penekanan saat menyebut nama Krystal.
                “Jadi ini karena Krystal?” Sehun tersenyum hampa. “Dia bukan kekasihku!” sentak Sehun seraya mendorong Jongin menjauh darinya. Sulli berteriak melihat Jongin terjatuh, Chanyeol terus memegangnya agar dia tak berlari pada Jongin yang terlihat akan bertarung dengan Sehun.
                “Jongin oppa!” teriak Sulli ketika Sehun mendaratkan pukulan di wajah Jongin yang terjatuh. Mendengar itu membuat Jiyoung menoleh dan memekik melihat Jongin yang terjatuh dan wajah Sehun yang terlihat marah.
                “Jongin-ah!” Jiyoung ikut berteriak. Baekhyun makin mengeratkan pegangannya.
                “Kalian berdua jangan bodoh ini sekolah!” teriak Baekhyun ketika melihat Jongin bangkit dan melancarkan tinjunya pada Sehun. Baekhyun sudah bisa melihat Jiyoung mimisan sekarang, Baekhyun menutup hidung Jiyoung dengan jarinya.
                “Sehun-ah hentikan!” Sulli berteriak, dengan sekuat tenaga Chanyeol menahan Sulli agar tak berlari.
                “Diamlah kau bisa kena pukul.” Chanyeol mengalungkan lengannya pada leher Sulli. “Jongin kendalikan dirimu!” teriaknya pada Jongin yang amat terlihat murka.
                “Katakan saja bahwa kau mencintai Jiyoung!” Sehun memegang hidungnya yang berdarah sambil berteriak pada Jongin.
                Jiyoung sadar darah keluar begitu banyak dari hidungnya. Baekhyun terus menyeka darahnya. “Ada apa denganmu? Ini lebih banyak dari bisanya.” Keluh Baekhyun, darah sudah menodai seragamnya dan seragam Jiyoung saat ini.
                “Jongin-ah!” Jiyoung berlari mendekap lengan Jongin.
                “Kembali pada Baekhyun!” perintah Jongin tegas.
                “Jiyoung-ah, sebaiknya aku membawaku ke ruang kesehatan. Darahmu terlalu banyak.” Baekhyun menarik Jiyoung namun Jiyoung tak pindah dari tempatnya.
                “Kau menjadi tontonan sekarang. Ayolah sudahi saja.” Jiyoung memohon pada Jongin namun Jongin tetap menatap tajam Sehun.
                “Jiyoung-ah!” panggil Sehun parau.
                “Jangan panggil namanya!” bentak Jongin membuat Sehun makin marah.
                “Kau menyukainya Kim Jongin!” Sehun berlari ke arah Jongin, dengan cepat Baekhyun menarik Jiyoung dalam pelukannya dan membawa Jiyoung sedikit menjauh dari pertarungan itu. darah di seragam Baekhyun makin banyak saat ini.
                “Sehun apa yang kau lakukan! Jauhi Jongin oppa!” Sulli berteriak dan meronta. Chanyeol membekap mulutnya agar dia tak berteriak lagi dan menahan rontaan Sulli.
                “Bersainglah seperti laki-laki jika kau memang menyukainya!” Sehun menarik kerah seragam Jongin dan mengguncangnya. Jiyoung menagis dan merasa pusing karena darahnya begitu banya yang keluar. Baekhyun terus mendekapnya tanpa memikirkan seragamnya yang sudah basah.
                “Kalian berdua hentikan!” teriak Baekhyun lagi. Banyak siswa yang bersorak membuat suara Baekhyun tak begitu terdengar.
                “Kau hanya menyakitinya Oh Sehun!” Jongin berhasil lepas dari pegangan Sehun dan memukul hidung Sehun yang sudah berdarah. Chanyeol melerai mereka namun Sulli menyusulnya dan membuat Chanyeol kembali mendekap Sulli yang berusaha memukul Sehun.
                “Aku tak akan menyakitinya!” Sehun lagi-lagi membalas pukulan Jongin. Pukulan Sehun berhasil membuat Jongin terjatuh, Sehun menendanginya. Chanyeol dan Baekhyun melerai mereka. Dan lagi-lagi Chanyeol harus menjaga Sulli agar tak bersikap brutal.
                “Jongin-ah hajima!” Baekhyun bisa melihat Jiyoung berteriak lemah. Sorak sorai makin ramai, Baekhyun bisa melihat Jiyoung hampir pingasan.
                “Hentikan!” Baekhyun mendorong Jongin menjauh, kemudian kembali berlari pada Jiyoung yang tampak hampir pingsan. “Ayo ke ruang kesehatan!” Jiyoung menolak tawaran Baekhyun.
                “Akui saja bahwa kau menyukainya!” Sehun hendak melayangkan pukulan lagi, namun Jongin menahannya.
                “YA, AKU MENCI...HMBMBBGTMMNJSGSG” seseorang melepas tangan Jongin yang menahan pukulan Sehun. Seseorang itu juga membuatnya tak bisa bicara. Untuk sesaat Jongin tak bisa mengerti apa yang terjadi. Sorak sorai juga tak terdengar, semuanya diam melihat ke arah lapangan basket diamana ada kejadian yang menghebohkan. Lalu dia sadar seseorang itu sedang menyentuh bibirnya dengan lembut. Untuk sesaat Jongin menikmati ciuman itu, namun dia segera sadar dan melepas pelukan gadis itu, mendorong dia menjauh darinya.
                “Apa yang kau lakukan!” teriak Jongin mendapati Krystal hampir terjungkal karena dorongannya.
                “Menyadarkanmu bahwa kau bukan anak kecil lagi!” kata Krystal dingin. Sulli menangis sejadi-jadinya melihat itu, Chanyeol secara otomatis memeluknya mencoba menenangkannya. Jiyoung yang melihat kejadian itu merasa ada sesuatu yang janggal pada dirinya. Baekhyun yang sedari tadi terlihat khawatir dengan keadaan ini tiba-tiba meladak tertawa.
                Meledaknya tawa Baekhyun memicu ocehan seluruh siswa yang melihat kejadian itu. wajah Krystal memerah sekarang. Jongin terus menatap Krystal tak percaya, wajah cantiknya tak seperti biasanya. Wajah itu selalu dingin dan menyebalkan, namun kali ini pandangan itu seakan meneduhkan.
                “Apa kau baru menyadari kecantikanku Kim Jongin?” Krystal berkata menyebalkan seperti biasa, Jongin yang menyadari itu mengumpat. Krystal manatapnya sejenak kemudian berbalik menuju Sehun yang menahan rasa sakit di belakangnya. “Tak kusangka kau melakukan hal sebodoh ini Sehun-ah!” Krystal menarik Sehun dan mengajaknya untuk berjalan bersama.
                “DAN KALIAN SEMUA! SEBAIKNYA CEPAT KEMBALI KE KELAS, SEBELUM GURU TAU BAHWA YANG KALIAN TONTON BUKANLAH PERTANDINGAN BASKET!” teriak Krystal pada yang lain, lalu kembali mengalungkan tangannya pada lengan Sehun. Sehun terlihat ingin menghampiri Jiyoung namun Krystal menahannya.
                Jiyoung merasa kepalanya begitu berat, dia bisa mendengar Baekhyun masih terbahak disebelahnya. “Baekhyun-ah!” panggil Jiyoung lirih. Baekhyun terdiam ketika Jongin menatapnya dingin. “Mianhae Jongin-ah, tapi apa yang dilakukan Krystal tadi benar-benar luar biasa!” Baekhyun memberi tanda v dengan tangan kirinya yang bebas memeluk Jiyoung.
                “Jiyoung-ah!” Jongin menghampirinya dan membuat Baekhyun sadar bahwa gadis yang dipeluknya sudah amat pucat.
                “Jiyoung-ah! Ah, gwenchana?” Baekhyun menggendong Jiyoung yang sudah tak sadar dengan bantuan Jongin. Mereka membawa Jiyoung ke ruang kesehatan.

                Jiyoung merasa sesuatu diambil dari tangan kirinya, dia bisa merasakan ngilu disana.
                “Pelan-pelan, ini bisa membuatnya terbangun.” Jiyoung bisa mengenali suara Chanyeol berbisik.
                “Arasho.” Suara yang lebih lembut menjawab. Jiyoung ingin menggerakkan tangan kanannya, tapi tak bisa.
                “ah!” Jiyoung mengeluh lirih karena rasa ngilu menyerang tangan kirinya.
                “Gwenchana Jiyoungi, ini akan segera selesai.” Dia bisa mendengar suaru Jieun, sepupunya.
                “Tidur saja agar kau tak merasa sakit.” Perintah Baekhyun seraya menutup mata Jiyoung dengan tangannya.
                “Sudah selesai.” Kata Jieun lega.
                “Kau boleh melihat sekarang!” kata Baekhyun seraya melepas tangannya. Jiyoung bisa melihat Chanyeol, Baekhyun dan Jieun. Tapi seseorang yang dia harapkan tak bisa dilihatnya.
                “Disampingmu!” Chanyeol seakan mengerti apa yang dicari Jiyoung, dan benar saja Jongin tersenyum padanya dan Jiyoung sadar Jongin menggenggam tangannya.
                “Gwenchana?” tanya Jiyoung khawatir pada Jongin. Jongin mengelus rambutnya pelan.
                “Gwenchanayo, kau yang harusnya dikhawatirkan.” Kata Jongin tersenyum, Jiyoung bisa melihat beberapa luka dan memar diwajah Jongin akibat pukulan Sehun tadi.
                “Kau terlihat buruk. Seragammu kotor.” Kata Jiyoung melihat setiap senti tubuh Jongin.
                “Ya! apa kau tak melihat seragamku? Ini lebih buruk Jiyoung-ah” Baekhyun memperlihatkan bagian depan seragamnya penuh noda darah.
                “Ah mianhae!” kata Jiyoung seraya tersenyum.
                “Dan kau lihat ini Jiyoung-ah! Seragamku basah karena airmata Choi Sulli!” kata Chanyeol tak mau kalah.
                “Tapi aku lihat kau menikmatinya.” Sergah Baekhyun dan memicu pertengkaran kecil antara keduanya.
                “Jieun-ah, kapan kau datang?” tanya Jiyoung pada saudaranya.
                “Pagi tadi aku datang dan aku sudah mengurus kepindahanku ke sekolahmu.” Jieun terseyum senang.
                “Apa yang terjadi ketika aku pingsan?”
                “Kau butuh banyak darah!” kata Chanyeol.
                “Dan kami berbohong bahwa kau terkena bola basket.” Kata Baekhyun.
                “Dan aku harus bersembunyi agar para guru tidak tau dengan semua luka ini.” Jawab Jongin.
                “Ah, gomawo. Mianhae!” kata Jiyoung.
                “Dan kami baru saja melepas jarum dari tanganmu dan membuatmu tersadar karena rasa sakitnya.” Jelas Jieun. “Jongin-ah, biar kulanjutkan mengobati lukamu!” ajak Jieun.
                “Mwo? Biar aku saja yang mengobatinya. Kau hanya perlu mengajariku.” Kata Baekhyun menyeruak. Jongin ragu melihat Baekhyun. “Gwenchana, aku bisa melakukan ini.”
                “pelan-pelan Baekhyun-ah!” Jongin beteriak.
                “Hehe, mianhae.” Baekhyun meneruskan kegiatannya mengobati Jongin dengan instruktur dari Jieun. Sedangkan Chanyeol sekarang sudah ikut rebah di ranjang Jiyoung. Tidur di sebelah Jiyoung bercerita tentang pengalamannya ketika memeluk Sulli tadi.
                “Kau tau bagaimana rasanya? Aku rasa jantungku akan berhenti berdetak ketika dia memelukku.” Kata Chanyeol mengundang tawa Jiyoung.
                “Kau sudah menyukainya?” tanya Jiyoung yang hanya dijawab senyuman oleh Chanyeol. Chanyeol, Jongin, Baekhyun dan Jieun sudah sepakat tak membahas apapun tentang Sehun setelah dia sadar. Takut topik itu akan membuatnya semakin sedih.

                Hari-hari setelah kejadian di lapangan basket membuat Jieun sedikit terganggu. Pasalnya semua siswa selalu berbisik ketika Jiyoung lewat. Jieun sudah pindah ke sekolahnya, namun dia tidak ditempatkan di kelas Jiyoung. Jadi hanya waktu istirahat saja dia bisa bersama Jieun. Siang itu Lee songsaenim tidak masuk dan sebagai gantinya memberi tugas merangkum untuk siswanya.jiyoung merangkum tugasnya dan melihat Baekhyun dan Chanyeol terus bergurau dengan yang lainnya. Semua tertawa mendengar lelucon yang dibuat Baekhyun dan Chanyeol.
                “Baekhyun-ah Chanyeol-ah! Kalian tak mengerjakan tugas kalian?” tanya Jiyoung sedikit kesal.
                “Aku akan mengerjakan jika kau sudah selelai Jiyoung-ah.” Jawab mereka kompak. Jioyung hanya mendengus dan menoleh melihat Jongin tidur di sebelahnya.
                “Jongin-ah ireona! Kerjakan tugasmu!” Jiyoung membangunkan Jongin.
                “Aku sudah mengerjakannya.” Kata Jongin sambil tetap bertahan tak mau bangkit.
                “Aku tak percaya!”
                “Lihat saja!” Jiyoung merampas buku Jongin, benar dia sudah tuntas mengerjakannya. Namun rangkuman ini terlalu singkat bagi Jiyoung.
                “Ini terlalu singkat kau tak bisa mengumpulkan seperti ini.”
                “Akan aku tambah jika kau sudah selesai.” Jongin kembali tidur. Jiyoung mencoba konsentrasi, dia harus menyelesaikannya. Setelah selesai dia mulai bosan karena Jongin tak juga bangun dan Chanyeol dan Baekhyun sedang asyik bergurau dengan beberapa siswa lainnya. Jiyoung memutuskan untuk ke toilet. Dan kembali dari toilet dia sudah bisa melihat Krystal di depan pintu. Awalnya Jiyoung ragu, namun dia melewatinya saja sampai Krystal memanggl namanya.
                “Kang Jiyoung!” Jiyoung menghentikan langkahnya, Sehun melihat pemandangan itu dan terus menatap Krystal tak mengerti apa yang akan dia lakukan.
                “Kau ada masalah denganku?” tanya Jiyoung.
                “Jadi siapa yang kau pilih?” tanya Krystal dengan seringainya.
                “Krystal-ah!” bentak Sehun mengetahui kemana arah pembicaraan Krystal.
                “Kau tak mendengarku?” tanya Krystal sambil terus menatap Jiyoung.
                “Apa yang harus kupilih?” Jiyoung balik bertanya membuat Krystal kembali menyeringai. Jiyoung hendak kembali ke bangkunya ketika Krystal menjegalnya dan membuatnya tersungkur.
                “Antara Oh Sehun yang sudah lama kau cintai atau Kim Jongin sahabatmu sejak kecil?” perkataan Krystal membuat kelas hening. Jiyoung tak tau harus berkata apa.
                “Aku pikir kau tak tau apa-apa. Dan bukankah kau kekasih Oh Sehun?” Jiyoung memberanikan diri berbicara seperti itu dan bangkit dari jatuhnya.
                “Ah, apa kau pikir aku dan Sehun sangat cocok?” Krystal mendekat pada Jiyoung.
                “Krystal apa yang kau lakukan!” Chanyeol angkat suara, dia menatap Krystal tajam.
                “Aku lupa, kau punya berapa pangeran? Chanyeol dan Baekhyun juga selalu ada di belakangmu.” Krystal menyentuh rambut panjang Jiyoung yang terurai. Baekhyun memukul punggung Jongin hingga ia terbangun dan Baekhyun menghampiri Jiyoung.
                “Sudah cukup bermain-mainnya nona Jung.” Kata Baekhyun seraya menarik tangan Jiyoung.
                “Berapa pria lagi yang akan kau kencani Jiyoung?” Krystal berteriak, dia terlihat kesal. Sehun menarik Krystal untuk menjauh dari Jiyoung. Namun Jiyoung sudah sangat marah saat itu. dia melepas pegangan Baekhyun, menyambar sebuah kayu berukuran 20cm yang digunakan untuk praktek seni rupa dan dengan kasar memukulkannya pada Krystal. Jiyoung bisa melihat darah keluar dari hidungnya.
                “Jiyoung-ah!” Baekhyun menarik Jiyoung yang terlihat marah. Sehun mencoba menenagkan Krystal yang menagis dan membawanya ke ruang kesehatan.
                “Harusnya kau memukulnya dua kali!” Chanyeol sudah berada di belakang Jiyoung. Kemudian dia merasa seseorang memegang tangannya.
                “Kenapa kau melakukan itu?” Jongin berkata sambil menatap Jiyoung dalam.
                “Aku kesal padanya, kau tau? Dia selalu menjelekkanku Jongin-ah! Bahkan ketika kami satu kelompok dia tak henti-hentinya menghinaku. Apa kau suka?” Jiyoung menangis.
                “Tak seharusnya kau melakukan itu.” kata Jongin dingin.
                “Kau suka aku selalu direndahkan olehnya? Kau suka? Jongin-ah, aku pikir kau yang paling memahamiku, tapi ternyata aku salah!” Jiyoung melepas pegangan Jongin dan pergi keluar.
                “Tak seharusnya kau mengatakan itu padanya!” kata Chanyeol kemudian berlari mengejar Jiyoung. Baekhyun hanya menatap Jongin kecewa. Lalu pergi untuk mengikuti Chanyeol mencari Jiyoung.

                Sepulang sekolah Jiyoung dihukum karena perbuatannya memukul Krystal. sore itu dia harus berdiri ditengah lapangan basket dengan papan bertuliskan ‘Aku harus berbuat baik’. Banyak siswa yang menertawakannya.
                “Siapa dia, dia pikir bisa menandingi Krystal?” Jiyoung bisa mendengar seseorang berkata seperti itu membuatnya ingin menagis. Setidaknya hatinya lebih baik dari pada Jung Krystal yang mereka banggakan. Sore itu hujan, namun hukuman tetap hukuman. Jiyoung tetap berdiri meskipun badanya basah kuyup. Jiyoung bisa melihat Krystal dijemput oleh orangtuanya. Dia merasa amat bersalah, tapi disisi lain dia merasa sangat puas.
                Ketika pulang sekolah, seperti yang diperkirakan Jiyoung, makin banyak siswa yang mencemoohnya. Bahkan ada beberapa yang menjambak rambutnya. Hujan makin deras, tawa siswa teredam oleh suara hujan. Dengan bebas Jiyoung bisa menangis.
                Seseorang memakaikan topi dikepalanya, dia mendongak dan melihat Chanyeol tersenyum padanya. “Aku ada disini untuk menemanimu!” kata Chanyeol sambil tersenyum. Kini Chanyeol sama basah kuyupnya. Jiyoung tertawa dalam tangisnya, “Gomawo.”
                Kemudian seseorang mengambil papan yang sedari tadi ia pegang, menyerahkannya pada Chanyeol dan memakaikan jaketnya pada tubuh Jiyoung. Senyumnya berkembang disana, Jiyoung membalas senyum itu. “Dan aku Byun Baekhyun juga akan menemanimu disini.” Katanya seraya tersenyum. Jiyoung kembali merebut papan yang ada pada Chanyeol.
                “Aku beruntung memiliki kalian.” Jiyoung berteriak dan membuat Baekhyun dan Chanyeol tertawa. Banyak cemooh yang terus datang.
                “Apa yang kalian lihat? Kalian tak penah hujan-hujanan?” bentak Baekhyun ketika ada segerombolan gadis melewati mereka dengan payung. Atau Chanyeol berkata, “Apa kalian iri? Ayo bergabung!”
                Ketiganya mulai kedinginan ketika sekolah sudah mulai sepi.
                “Ah, ini dingin sekali!” teriak Baekhyun.
                “Aku tau Baekhyun bodoh, siapa saja bilang ini dingin!” Chanyeol balas berteriak. Ketiganya kembali terbahak. Jiyoung jadi memikirkan absenya Jongin, pasti semua akan menyenangkan jika ada Jongin disini.
                Prraashshsh!!
                “Aiiisshhh!” Jiyoung mengerjap karena serangan air dari Baekhyun.
                “Hahahaha. Menyenangkan?” Baekhyun kembali menendang hujan diikuti Jioyung dan Chanyeol. Mereka bertiga terbahak.
                “Sudah, aku lelah.” Kata Jiyoung seraya terkekeh. “Oh, aku masih kedinginan.”
                Seseorang mengambil Jiyoung dalam pelukannya. Jiyoung berterimakasih pada seseorang itu, dia begitu hangat.
                “Jiyoung-ah!” panggil Jongin seraya melepas pelukannya.
                “Aku rasa kami akan menunggu kalian di loby sekolah.” Kata Chanyeol seraya menyeret Baekhyun.
                “Mwo?” tanya Jiyoung singkat.
                “Mianhae!” Jongin kembali memeluk Jiyoung.
                “Gwenchana, aku juga minta maaf. Tak seharusnya aku memukul Krystal.”
                “Apa kau mau melupakan Sehun? Aku rasa itu akan menyakitimu, jika perasaan itu tetap ada pada hatimu.” Perkataan Jongin membuat Jiyoung membelalak kaget. Sedetik kemudian Jonging menoleh ke belakang dimana terdapat koridor kelas yang terlindung dari hujan. “Apa barusan ada orang?” tanyanya pada Jiyoung.
                “Molla.” Jawab Jiyoung singkat.
                “Jiyoung-ah!” Jongin memanggil namanya dengan tatapan tak percaya.
                “Wae?”
                “Kenapa hidungmu berdarah?” tanya Jongin dan dengan otomatis membawa jari Jiyoung untuk menyentuh hidungnya yang berdarah. Bagaimana mungkin Jiyoung berdarah ketika dia bersama Jongin?

                “Mungkin kau mulai menyukai sahabatmu, kurasa.” Kata Jieun setelah Jiyoung selesai bercerita.
                “Andwe! Tidak mungkin, aku hanya menganggapnya sahabat. Dia temanku sejak kecil dan kau tau itu.” Jiyoung seakan tak bisa menyadari kenyataan.
                “Jiyoung-ah, perasaan itu bisa tiba kapan saja. Kurasa tak ada yang salah jika kau menyukainya, kau sangat dekat dengannya.”
                “Tapi jika aku menyukainya, aku tak akan bisa dekat lagi dengannya. Karena kau tau, aku akan berdarah.”
                “Pernahkah kau mencoba mengendalikan dirimu sendiri? Hmm, maksudku ketika kau bertemu Sehun, kau bisa membuat dirimu sendiri tak berdarah?” tanya Jieun terdengar penasaran.
                “Aku bisa tak berdarah di dekatnya, jika aku melupakan perasaanku padanya.” Jelas Jiyoung terdengar sakit dengan pernyataannya itu.
                “Aku yakin, jika kau bisa mengendalikan dirimu semua akan baik-baik saja.” Kata Jieun dengan senyum di bibirnya.

                “Jiyoung!” tiba-tiba Baekhyun sudah mengalungkan lengannya pada Jiyoung ketika mereka berjalan menuju kelas. “Benarkah kau berdarah ketika bersama Jongin kemarin?”
                “Ya! bagaimana kau tau?” Jiyoung terlihat sangat kaget mengingat dia belum menceritakan itu pada Baekhyun maupun Chanyeol.
                “Jieun yang memberitahuku. Jadi benar kan? Ah sudah ku duga sebenarnya kalian saling suka.” Baekhyun bicara terlalu asyik dengan argumennya sendiri.
                “Tapi aku masih menyukai Sehun. Aku tak bisa melupakannya.” Kata Jiyoung tepat ketika Jongin mendekat. Baekhyun yang menyadari Jongin mendengar apa yang mereka bicarakan jadi merasa canggung dengan keadaan itu. “Jongin.” Kata Jiyoung lirih. Namun Jongin hanya tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas dalam diam.

                Lagi-lagi sore itu turun hujan, Jiyoung, Baekhyun, Jongin dan Chanyeol menunggu hujan reda di kelas mereka sambil mengobrol hangat. Jiyoung masih merasa canggung dengan Jongin. Tapi Jongin bersikap seakan tak pernah terjadi apa-apa.
                “Ternyata kalian disini!” Jieun masuk kelas mereka tiba-tiba membuat Baekhyun tersenyum sedikit berlebihan.
                “Jieun-ah, apa yang membuatmu kemari?” tanya Chanyeol riang.
                “Aku memutuskan untuk bolos kursus hari ini dan mencari kalian.” Jieun memilih duduk di bangku sebelah Jiyoung. “Aku harap kau tak menceritakan ini pada ajeoma Jiyoung.” Katanya menatap Jiyoung tajam.
                “Ara, aku akan tutup mulut.” Katanya sambil tertawa. Setelah beberapa menit bergurau, Jiyoung berpamitan untuk ke toilet. Dia memutuskan untuk pergi sendiri menolak tawaran Jieun yang bersedia untuk mengantarnya.
                Koridor sekolah sudah sepi, mengingat sudah sore saat itu, hanya menyisakan beberapa siswa yang mempunyai kepentingan di sekolah. Dalam perjalanan kembali dari toilet, seseorang menahannya.
                “Mwo?!” pekik Jiyoung kaget melihat Sehun sudah ada di depannya sekarang.
                “Aku ingin bicara denganmu.” Katanya tenang, Jiyoung bisa merasakan jantungnya berdetak cepat dan cairan merah sudah siap keluar dari hidungnya.
                “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Jiyoung gugup, Sehun tersenyum padanya membuat darah mengalir dari hidungnya.
                “Kau sakit?” tanya Sehun seraya menyeka hidung Jiyoung yang berdarah.
                “Gwenchana, jinjha.” Kata Jiyoung menyingkirkan tangan Sehun dari wajahnya dan hendak berlari meninggalkan Sehun namun Sehun menahannya.
                “Ini alasanmu menghindariku?” tanya Sehun khawatir, Jiyoung tak menjawab. “Jiyoung-ah jebal, apa kau menyukaiku?”
                “Sehun-ah...”
                “Aku menyukaimu!” kata Sehun membuat Jiyoung terdiam. “Ini yang membuatmu menghindariku kan?” Jiyoung mulai menangis kemudian mengangguk pelan.
                “Aku juga tak tau. Kenapa ini bisa terjadi, aku selalu seperti ini jika berada di dekatmu.” Aku Jiyoung membuat Sehun memeluknya.
                “Mianhae aku menyakitimu. Tapi aku benar-benar menyukaimu Jiyoung.”
                “Bagaimana dengan Krystal?”
                “Krystal lagi? Sudah aku bilang dia bukan kekasihku, dia sepupuku.” Kata Sehun seraya mengusap darah yang keluar dari hidungnya. “Apa kau berniat akan melupakanku seperti saran Jongin?”
                “Bagaimana kau tau tentang itu?”
                “Aku melihatmu ketika kau bersama Jongin dilapangan.” Perkataan Sehun menjelaskan semuanya, dia berdarah ketika bersama Jongin bukan karena dia menyukainya, tapi karena Sehun berada di dekatnya.
                “Aku tak mau melupakanmu, saranghae.” Sehun memeluknya , kemudian dia mencium bibir Jiyoung dengan lembut. Dan entah mengapa darah berhenti keluar dari hidung Jiyoung.

                Kim Jongin
                “Kenapa Jiyoung lama sekali?” tanya Jongin pada yang lain.
                “Mungkin dia tertidur di toilet.” Jawab Chanyeol asal.
                “Biar aku menyusulnya.” Jongin bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kelas.
                “Bagaimana jika dia benar-benar tertidur? Aku harap kau kuat menggendongnya!” kata Baekhyun diikuti tawa yang lain. Jongin hanya tersenyum mendengarnya.
                BRAK!
                Jongin menabrak seseorang di depan kelas.
                “Sulli? Kenapa belum pulang?” tanya Jongin yang melihat wajah merah Sulli.
                “Aku tidak membawa payung.” Jawabnya tanpa melihat Jongin, “Oppa, apa Chanyeol ada di dalam?” tanyanya ragu membuat Jongin tertawa.
                “Jadi itu yang membuatmu begitu gugup? Dia ada di dalam, masuklah!” kata Jongin dan meninggalkan Sulli yang ragu untuk masuk kelas.
Jongin bisa mendengar percakapan dua orang. Dia berhenti agar dua orang itu tak menyadarinya, Jongin mengendap dan bersembunyi di balik pintu kelas yang terbuka. Dia bisa melihat Jiyoung dan Sehun dari celah pintu yang terbuka itu.
                Jongin berniat untuk menghampiri Jiyoung ketika melihat Sehun memeluk Jiyoung. Apalagi bisa dipastikan Jiyoung pasti sudah mimisan hebat sekarang. Belum sempat dia melangkah seseorang menarik tangannya dan menahannya.
                “Sshh!” gadis itu meletakkan telunjuknya di bibir Jongin agar dia tak membuat suara.
                “Aku harus kesana!” kata Jongin pelan, gadis yang dia kenal bernama Krystal menggeleng pelan.
                “Biarkan mereka mengungkapkan perasaan mereka. Apa kau tak suka melihat sahabatmu bahagia?” tanya Krystal, kedua tangannya memegang tangan Jongin agar dia tak berlari ke arah Sehun dan Jiyoung.
                “Kau tak tau...”
                “Aku tau Jongin-ah, aku sangat paham. Jiyoung menyukai Sehun dan begitu juga sebaliknya. Aku yakin Jiyoung bisa mengatasi dirinya dan berhenti mimisan.” Jelas Krystal sabar, keduanya melihat Sehun dan Jiyoung yang masih berbincang.
                “Dia menangis.” Kata Jongin lirih, “Aku tak bisa melihat wanita menangis, apalagi aku tau dia sahabatku.” Krystal semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Jongin menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya. Sehun mencium bibir Jiyoung, dengan gerakan cepat Krystal memegang tengkuk Jongin dan mendekatkan bibirnya pada bibir Jongin. Jongin ragu menerima ciuman itu, tapi beberapa detik selanjutnya dia menikmati dan membalas ciuman Krystal.
                “Kau tak bisa melihat wanita menangis kan? Jadi aku mohon jangan buat aku menangis lagi karena cemburu.” Kata Krystal lirih. Jongin sadar sekarang, perlakuan kasarnya pada Jiyoung dilandasi oleh rasa sayangnya pada Jongin.
                “Harusnya kau tau Jiyoung itu sahabatku dari kecil. Aku tak mau kau cemburu melihatku dengannya karena kami hanya sebatas teman.” Jongin menatap mata Krystal memberi peringatan. Krystal tersenyum.
                “Mianhae, aku tau aku salah. Untung saja Sehun mampu menyadarkanku.” Kata Krystal masih dengan senyumnya, berbeda dengan tatapan sombong menyebalkan yang selalu dilihat Jongin selama ini.

Park Chanyeol
“Bagaimana mungkin tertidur di toilet?” Baekhyun berkata disambut ledak tawa Jieun dan Chanyeol.
“Aku kasihan padanya, dia begitu menyukai Sehun.” Kata Jieun membuat Baekhyun dan Chanyeol diam.
“Aku pikir dia mulai menyukai Jongin.” Kata Chanyeol santai.
“Tidak, dia hanya menganggap Jongin sahabatnya. Seperti kalian.” Jelas Jieun.
“Ya! apa ada orang di luar?” Baekhyun berteriak menyadari seseorang di pintu kelas mereka. “Apa kau menguping?”
“Anio.” Sulli menampakkan diri, ketiganya heran melihat wajah Sulli yang begitu merah.
“Kau mencari Jongin kan, dia tak ada disini!” kata Chanyeol dengan nada yang terdengar aneh di telinga Baekhyun dan Jieun. Sulli tampak ragu untuk menjawab, namun akhirnya dia bicara juga.
“Aku mencarimu, Park Chanyeol.” Sulli menundukkan kepalanya setelah berkata, senyum lebar terlihat di wajah bahagia Chanyeol. Baekhyun terlihat menahan tawa dan mendapat tatapan peringatan dari Jieun.
“Benarkah, ah baiklah.” Chanyeol bangkit dari duduknya. “Aku keluar dulu ne! Ah tidak, kami hanya di depan pintu sini saja.” Jelas Chanyeol memandang Baekhyun dan Jieun yang hanya mengangguk.
“Ada apa?” Chanyeol bersandar pada pintu kelasnya yang sekarang sudah tertutup.
“Aku hanya... ahh.. Aku..” Sulli terlihat gugup.
“Katakan saja jika kau mulai menyukaiku.” Chanyeol makin membuat wajah Sulli memerah. Dia bahkan tak pernah serius.
“Apa bisa?” Sulli mengangkat wajahnya sekarang.
“Jadi kau benar-benar menyukaiku?” Chanyeol bertanya dengan riang.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Sulli mendengus kesal. Chanyeol amat bahagia saat itu, dia memegang pundak Sulli, kemudian menatapnya tajam.
“Dengarkan aku!” Sulli menatap mata Chanyeol, “Aku rasa aku menyukaimu Sulli-ah. Walaupun kau terlihat lebih tertarik pada Jongin, tapi aku rasa aku harus jujur tentang perasaanku. Saranghae Choi Sulli!” Sulli tersenyum.
“Nado, saranghae!” jawab Sulli seraya menghambur pada pelukan Chanyeol. Namun Chanyeol melepas pelukannya dan menatap Sulli tajam. Detik berikutnya bibir mereka sudah bertemu.

Byun Baekhyun
“Benarkah, ah baiklah.” Chanyeol bangkit dari duduknya. “Aku keluar dulu ne! Ah tidak, kami hanya di depan pintu sini saja.” Jelas Chanyeol memandang Baekhyun dan Jieun yang hanya mengangguk. Setelah Chanyeol menutup pintu kelasnya, Baekhyun bangkit mendekati jendela.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jieun heran.
“Tentu saja melihat mereka. Ah, terlihat jelas dari sini.” Kata Baekhyun melakukan aksi jahilnya.
“Bisakah kau menjaga privasinya!” Jieun memperingatkan Baekhyun.
“Apa yang bisa kita lakukan berdua disini?” tanya Baekhyun dan mendapat respon tatapan tajam dari Jieun. “Ah maksudku, kemarilah!” dan akhirnya Jieun bangkit dan berdiri dibelakang Baekhyun.
“Kau dengar? Chanyeol sangat bodoh.” Baekhyun terkekeh.
“Bagaimana bisa Chanyeol berskap seperti itu?” runtuk Jieun.
“Bagaimana seharusnya?” tanya Baekhyun manatap Jieun.
“Seharusnya pria yang menyatakan perasaannya, bukan malah seperti itu.” jelas Jieun membuat Baekhyun tersenyum. “Ah, pasti Sulli sangat malu saat ini.”
“Jieun-ah saranghae!” kata Baekhyun.
“Ya seharusnya seperti itu.” jawab Jieun sambil tetap melihat Chanyeol dan Sulli di luar kelas, “Ah MWO? Apa yang kau katakan?” sambungnya sambil melihat Baekhyun.
“Ne, jeongmal saranghaeyo! Seperti itu kan?” tanya Baekhyun dengan senyum yang begitu meneduhkan dan membuat Jieun salah tingkah.
“Apa kau sungguh-sungguh?” tanya Jieun lirih.
“Tentu saja, aku menyukaimu.”
“Kau yakin?”
“Sangat yakin!”
“Baiklah!”
“Apa?”
“Aku juga menyukaimu.” Jawab Jieun malu, Baekhyun mengacak rambut Jieun dengan senyumnya yang begitu cerah.
“Mereka berpelukan.” Kata Jieun kembali melihat Chanyeol.
“Apa kau ingin aku memelukmu?” tanya Baekhyun dengan senyum jahilnya.
“Ani, tidak perlu. Chanyeol sudah melepas pelukannya.” Kata Jieun santai. Baekhyun melihat Chanyeol menatap Sulli tajam, Baekhyun mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Kalau begitu biar aku melakukan apa yang mereka lakukan setelah berpelukan.” Kata Baekhyun masih tersenyum pada Jieun yang bingung dengan perkataan Baekhyun.
“Ne?” Jieun mengerutkan keningya melihat wajah Baekhyun yang tersenyum dan makin lama makin dekat dengan wajahnya. Jieun mencoba mundur namun Baekhyun menahannya, Baekhyun mempertemukan bibir mereka.

Pada hari yang sama, jam, menit dan juga detik yang sama, Jiyoung, Jongin, Chanyeol dan Baekhyun melakukan hal yang sama. Keempat sahabat itu terlihat lebih bahagia setelah kejadian sore itu, dimana mereka bisa menyatakan perasaan mereka. Begitupun dengan Jiyoung, dia tak pernah mimisan lagi ketika dia bersama Sehun tanpa menghilangkan perasaannya.


Komentar

  1. aku suka Jiyoung sama Kaaaai >.<
    rada sebel waktu Krystal cium Kai >.<
    hueeeeee, tapi aku suka dialog dialognya, trus ceritanya remaja bangeeeeet >.<
    karakter Kai juga aku suka, tapi berharap dia sama Jiyoung ajaaa jangan yang laiiin >.<

    BalasHapus
  2. hehe... >_<
    terimakasih...
    iya iya, nanti bikin KaiJing deh.. :)

    BalasHapus
  3. Suka banget!!! Plotnya fresh banget! Tapi ngecrack yah, ceritanya full of Kaijing tapi berakhir Sejing. Unpredict banget. Padahal aku udah yakin banget kalo Jiyoung bakal jadian sama Kai haha. Sayang banget padahal Kai suka beneran sama Jiyoung, tapi doi gak ada perasaan apa-apa ke dia :(
    Best scene itu pas Jiyoung mimisan di depan Kai. Reader pasti nyangka Jiyoung mulai suka sama Kai... Tapi authornya pinter banget bikin twist disitu, ternyata ada Sehun juga lol.
    Yah Kai-nya berakhir sama Krystal, mana banyak adegan kissu mereka lagi :( Aku pribadi lebih suka Sehun Krystal daripada Kai Krystal hehe. But it's okay, aku suka karakter Krystal disini. Pemberani banget XD

    BalasHapus
  4. Unpredict banget. Padahal aku udah yakin banget kalo Jiyoung bakal jadian sama Kai haha. Sayang banget padahal Kai suka beneran sama Jiyoung, tapi doi gak ada perasaan apa-apa ke dia :(
    Best scene itu pas Jiyoung mimisan di depan Kai. Reader pasti nyangka Jiyoung mulai suka sama Kai... Tapi authornya pinter banget bikin twist disitu, ternyata ada Sehun juga lol.
    Yah Kai-nya berakhir sama Krystal, mana banyak adegan kissu mereka lagi :( Aku pribadi lebih suka Sehun Krystal daripada Kai Krystal hehe. But it's okay, aku suka karakter Krystal disini. Pemberani banget XD

    BalasHapus
  5. Unpredict banget. Padahal aku udah yakin banget kalo Jiyoung bakal jadian sama Kai haha. Sayang banget padahal Kai suka beneran sama Jiyoung, tapi doi gak ada perasaan apa-apa ke dia :(
    Best scene itu pas Jiyoung mimisan di depan Kai. Reader pasti nyangka Jiyoung mulai suka sama Kai... Tapi authornya pinter banget bikin twist disitu, ternyata ada Sehun juga lol.
    Yah Kai-nya berakhir sama Krystal, mana banyak adegan kissu mereka lagi :( Aku pribadi lebih suka Sehun Krystal daripada Kai Krystal hehe. But it's okay, aku suka karakter Krystal disini. Pemberani banget XD

    BalasHapus
  6. Hai, ini Miki (miki501.wordpress.com). Aku gak tahu kenapa kok gagal terus mau komen pake WP.
    Aku suka banget ceritanya! Fresh dan young banget lol. Unpredict banget. Padahal aku udah yakin banget kalo Jiyoung bakal jadian sama Kai haha. Sayang banget padahal Kai suka beneran sama Jiyoung, tapi doi gak ada perasaan apa-apa ke dia :(
    Best scene itu pas Jiyoung mimisan di depan Kai. Reader pasti nyangka Jiyoung mulai suka sama Kai... Tapi authornya pinter banget bikin twist disitu, ternyata ada Sehun juga lol.
    Yah Kai-nya berakhir sama Krystal, mana banyak adegan kissu mereka lagi :( Aku pribadi lebih suka Sehun Krystal daripada Kai Krystal hehe. But it's okay, aku suka karakter Krystal disini. Pemberani banget XD

    BalasHapus
  7. iya, terimakasih ya... :)
    aku pribadi juga suka banget sama ff ini. hehe :)
    syukur deh kalo suka... jadi lebih semangat mau bikin-bikin ff lainnya....

    BalasHapus
  8. itu si jongin nya dikit2 meluk jing, dikit2 nge-dekap jing.. seenak nya aja si kimjongin ini :))

    d awal kirain ntar bakal kaijing..tp akhir ny tetep jinghun.
    agak kasian sama jongin sebenar nya...
    jiyoung nya juga ga peka bgt jongin suka dia..

    suka bgt sama jongin yg care bgt sama jing...
    nama nya juga sahabat ya, apa lagi org yg d sukai...walau akhir nya ga bareng...

    suka bgt tuh pas scene sehun sama jongin berantem..
    ngarep nya d scene ini jongin ngaku kl suka sama jing, tp malah d potong sama krys...d cium pula. T______________T my kaijing feels

    over all, cerita nya lain dr yg lain.
    thumbssss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apapun yg dilakukan Jongin, apapun. hehe

      Banyak yg mikir bakal berakhir KaiJing. Tapi entah, aku juga bingung sekarang kenapa bisa berakhir Sejing begini. Hehe.

      Hapus
  9. sejing. kaijing. siapapun, aku tetep suka kedua couple ini :"""|

    keren lho meski rada cekikikan bacanya soalnya tingkahnya baekyeol di sini apa banget gitu. trus jiyoung enak bener gitu dikelilingi tiga cowok ganteng yang senantiasa ngebantuin dia. trus ngerasa agak sesek juga jadi jiyoung yang gak bisa deket orang yang disukainya. cuma aku ngitung berapa kali coba jiyoung mimisan---apa dia gak lemah ntar? *....**kok fokusnya*

    anyway, ceritanya terakhir kirain emang bener bakal berakhir kaijing eh ternyata empat bersahabat itu malah menemukan cintanya masing-masing. ehehe. gpp lah. share more, yak! sukii! <"3

    BalasHapus
  10. Wah bener deh dikira aku kai sama jiyoung! Gataunya engga:( jujur sih lebih suka liat kaijing dibanding kaistal hehe tapi nice ff author:)

    BalasHapus
  11. waah author hiihih,, mungkin aku beda yah sm yang lain,, aku suka sm krystal F(x) siih hihi jadi pas kkamjong sm krystal aku rada2 suka gimana gitu hehhe mianhae kalo selera pasangannya beda hohoho tapi aku selalu suka FFmu the chingu :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah