Langsung ke konten utama

[FANFIC] In Your Eyes







In Your Eyes
Cast: Oh Sehun | Kang Jiyoung | Park Chanyeol
Lengt: Oneshot
Genre: sad romance              

 Lama gak bikin sad romance, semoga bisa bikin galau. Lebih galau dari Time Machine. kkk
Saran dengerin lagu Everytime nya BoA ya readers..
Maaf jika banyak typo bertebaran, males ngedit.! >_<
HAPPY READ ALL!!!


 Sehun masih sama seperti lima belas menit yang lalu, hanya diam melihat gadis di depannya menunduk menahan tangis. Ingin rasanya dia menawarkan pundaknya untuk tempatnya menangis. Tapi Sehun sendiri tak sanggup untuk menyentuh gadis itu, takut dia tak akan bisa melepasnya lagi.
                Sore itu berawan, membiarkan hawa dingin menyentuh kulit karena terbawa angin yang cukup kencang. Dua pasangan itu masih tetap pada posisi mereka dan mencoba bertahan selama mungkin. Perpisahan? Siapkah mereka dengan perpisahan?
                Sehun menggerakkan tangannya, pertahanannya sudah runtuh. Diarahkan tanganya itu ke rambut sang gadis yang terurai rapi, mengelusnya lembut. Gadis itu, pundaknya bergetar.
                “Jiyoung-ah..” kata Sehun lirih.
                “Tidak bisakah?” Jiyoung menatap perih memohon pada Sehun, matanya sudah merah karena menangis. Sehun menggeleng.
                “Mianhae.” Jawab Sehun masih lirih, terselip luka ketika Sehun mengucapkannya. Jiyoung hanya kembali menangis, menatap orang yang begitu dia cintai sedang duduk di hadapannya.
                “Jebal...” Jiyoung masih belum menyerah, berharap semua itu hanya mimpi. Berharap Sehun tak pernah pergi meninggalkannya.
                “Jiyoung-ah, sampai kapanpun aku akan mencintaimu. Dan jika kau bisa menunggu...” Sehun tak meneruskan kata-katanya karena secara tiba-tiba Jiyoung menghambur dalam pelukan Sehun.
                “Kau tau masalahnya Sehun-ah. Jangan pergi!” Jiyoung menangis dalam pelukan Sehun, Sehun hanya diam. Dia tak tau harus berbuat apa. Mungkinkah?
***
                “Jika kau pergi, Jiyoung akan dijodohkan dengan Chanyeol oppa. Jiyoung sudah menolak perjodohan itu, tapi kau tau sendiri bagaimana appanya. Karena itu Sehun-ah, jangan pergi.” Sulli menjelaskan semua masalah yang dialami Jiyoung.
                Sehun terlihat berpikir, dia harus pergi ke Jepang untuk membantu appanya mengurusi pekerjaan. Dia harus melakukan itu demi masa depannya, tapi disisi lain dia tak bisa meninggalkan Jiyoung yang juga dia harap menjadi masa depannya.
                “Tidak bisakah dia menungguku?” tanya Sehun, Sulli menggeleng.
                “Jiyoung tentu saja akan menunggumu, tapi aku tau kepergianmu tak sebentar Sehun-ah. Dan jika itu terjadi, kau tau Chanyeol oppa akan menjadi...” Sulli tak sanggup meneruskan kata-katanya.
                “Aku mengerti. Gomawo Sulli-ah!”
***
Jiyoung menggenggam erat tangan Sehun, Jiyoung mencoba berjalan sepelan mungkin supaya waktunya bersama Sehun bisa lebih lama. Tapi kenyataan tak bisa berbohong, sudah waktunya Sehun untuk pergi.
“Jiyoung-ah, kau harus bisa menjaga dirimu selama aku tidak ada di sampingmu.” Sehun menunduk untuk bisa melihat wajah Jiyoung. Jiyoung mengangguk sambil mencoba tersenyum.
“Hati-hati! Cepatlah kembali!” Jiyoung memeluk Sehun singkat.
“Ingat bagaimana halaman terakhir kisah kita kan?”
“Ne, berakhir bahagia.”
“Saranghaeyo Jiyoung-ah!” Sehun mencium bibir Jiyoung untuk perpisahan mereka. Sehun bisa merasakan Jiyoung menagis saat itu. “Uljima!”
“Cepatlah kembali!” kata Jiyoung di sela tangisnya.
“Tunggu aku, Jing!” Sehun mengecup kening Jiyoung. Sangat sulit untuk melepas tangan Jiyoung, sampai sebuah peringatan bandara membuat Sehun harus benar-benar melepas tangannya.
“Sudah waktunya, saranghaeyo Sehun-ah!” Jiyoung melambai pada Sehun yang juga di balas lambaian olehnya. Sehun bisa melihat Jiyoung menangis hebat ketika mereka makin jauh, membuat hati Sehun teriris.
***
Setiap hari Sehun menghubungi Jiyoung untuk sekedar menanyakan apa yang sedang Jiyoung lakukan dan apakah Jiyoung sudah makan. Mereka saling mengirim pesan, memberitau kabar mereka. Mengirim foto untuk mengatasi rasa rindu mereka. Sehun merasa dia bisa bertahan untuk dua tahun ke depan. Dia juga berharap Jiyoung dengan sabar menunggunya.
Tapi itu tak berlangsung lama, kesibukan Sehun membuatnya tak bisa sesering mungkin berbagi kabar dengan Jiyoung. Tetapi Sehun selalu menyempatkan untuk memberi kabar meskipun hanya sekali dalam sehari.
Sampai suatu saat Sehun tak lagi mendapat kabar dari Jiyoung. Jiyoung tak membalas pesannya, tak mengangat teleponnya. Dan yang lebih parah lagi, Jiyoung tak lagi bisa dihubungi. Ini membuat Sehun sedikit kesal, ada apa sebenarnya? Apa Jiyoung sudah menyerah untuk menunggunya?
Sehun mencoba menghubungi Sulli, mungkin dia tau kabar Jiyoung.
“Yeobosaeyo?”
“Sulli-ah, bagaimana kabar Jiyoung? Kenapa aku tak bisa menghubunginya?” tanya Sehun langsung pada permasalahan.
“Ah, dia baik-baik saja. Dia sedang bersamaku sekarang.” jawab Sulli terdengar aneh di telingga Sehun.
“Bisa aku bicara dengannya?”
“Tapi Jiyoung sedang sibuk saat ini. Kau bisa menghubunginya lain kali.”
“Tapi Sulli-ah...”
“Jiyoung-ah! Bagaimana keadaanmu sekarang?” Sehun bisa menangkap suara dari teleponnya. Sehun mengernyit, mencoba berpikir suara siapa itu?
“Sulli-ah, apa ada laki-laki disana?”
“Ah, bukan Sehun-ah. Dia hanya...” Sulli terdengar sedikit tergesa menjawabnya.
“Ceritakan apa yang terjadi disana Sulli-ah!”
“Sehun-ah mianhae, tapi aku dan Jiyoung sedang sibuk sekarang. Kau telepon lain kali ne.” Sulli memutus telepon mereka. Sehun kesal dengan itu, suara siapa yang tadi?

Setelah kejadian itu, Sehun tak lagi mencoba menghubungi Jiyoung ataupun Sulli. Dia memilih untuk konsentrasi pada pekerjaannya. Sehun berpikir, jika memang Jiyoung menunggunya, dia pasti mengerti bagaimana keadaaan Sehun sekarang. Bukankah dia meniggalkan Jiyoung untuk kebahagiaan Jiyoung juga pada akhirnya?
Setiap malam Sehun masih memikirkan Jiyoung, dia membayangkan bagaimana keceriaan mereka ketika bersama dulu. Sehun memasang banyak foto Jiyoung di kamarnya. Jauh dalam hati Sehun, Sehun masih mencintai gadis itu.
“Apa kau masih menungguku Jing?” Sehun bertanya pada semua foto yang dia pasang di kamarnya.
“Kenapa kau tak bisa di hubungi?”
“Bahkan sekarang Sulli juga tak bisa dihubungi.”
“Kau melanggar janjimu Jing!” tak terasa setetes air mata mengalir di pipi Sehun. Rasa rindunya pada gadis itu sudah sampai puncak. Sehun mengambil ponselnya, mencoba menghubungi no lama Jiyoung. Dan masih sama, no itu sudah tak bisa dihubungi. Sehun tak menyerah, dia mencoba menghubungi no Sulli, dan hasilnya sama.
Sehun tak mengerti dengan apa yang terjadi disana, dia menyesal tak segera menghubungi Sulli kembali setelah kejadian itu. Ini sudah sangat lama ketika Sehun menghubugni ponsel Sulli kala itu. Namun siapa sangka ponselnya berbunyi, menunjukkan kode Korea, Sehun segera mengangkatnya.
“Yeobosaeyo.”
“Yeobosaeyo, Oh Sehun?” suara seorang laki-laki di seberang sana.
“Ne, siapa kau?”
“Aku Park Chanyeol.”
Deg! Jantung Sehun tiba-tiba berdetak lebih cepat. Untuk apa Park Chanyeol meneleponnya?
“Oh Sehun, kau masih disana?”
“Ne, ada yang harus kau bicarakan?”
“Ini masalah Jiyoung, aku harap kau segera pulang untuk menemuinya.”
“Untuk apa?” Sehun berpura-pura, sebenarnya dia kesal karena Chanyeol pastinya tau keadaan Jiyoung sekarang.
“Dia membutuhkanmu Sehun-ah.” Jawab Chanyeol.
“Chanyeol oppa, apa kau menyebut nama Sehun?” Sehun tau suara Jiyoung berteriak pada Chanyeol yang terdengar dari ponselnya.
“Anio Jiyoung-ah, kau mungkin salah dengar.” Jawab Chanyeol singkat.
“Ah, aku pikir dia akan segera kembali.”
Sehun menangis mendengar suara yang begitu dia rindukan, Jiyoung masih menunggunya. Ya benar, Jiyoung masih menunggunya.
“Oh Sehun, aku tak bisa menjelaskannya disini. Yang paling penting cepatlah kembali.” Chanyeol menutup teleponnya. Sehun terpaku di tempatnya berdiri. Kang Jiyoung, apa yang terjadi?
***
Sehun segera kembali ke Korea tak lama setelah mendapat telepon dari Chanyeol. Sehun segera pergi ke rumah Jiyoung ketika dia sampai. Rumah itu sepi, tak seperti terakhir kali Sehun datang kesana. Sehun merasa rumah itu jauh lebih tenang dari sebelumnya.
Sehun melangkah, membuka pagar besi rumah itu. Mendekati pintu, memencet belnya membuat jantungnya bergetar hebat. Memang bukan untuk yang pertama kalinya, tapi itulah yang dia rasakan.
“Ne, ah!” Sulli memekik begitu melihat Sehun berdiri disana.
“Sulli-ah, Jiyoung di rumah kan?” Sehun tersenyum.
“Sehun, akhirnya!” Sulli memeluknya singkat, Sehun bisa melihat airmata Sulli. “Jiyoung sudah lama menunggu, pasti dia sangat senang.” Sulli memberi kode agar Sehun mengikutinya.
Sehun mengikuti Sulli, dia tak sabar mendapatkan sambutan hangat dari kekasihnya itu. Mereka naik ke lantai atas yang Sehun yakin menuju kamar Jiyoung. Sulli membuka pintu, memperlihatkan isinya yang Sehun rasa lebih banyak barang di dalamnya dari terakhir dia masuk ke kamar Jiyoung beberapa tahun lalu.
“Dimana?” Sehun melihat ranjang Jiyoung yang sedikit berantakan.
“Balkon.” Jawab Sulli singkat, dan benar Sehun bisa mendengar suara dari luar. Bukan hanya suara Jiyoung, tapi juga suara lain.
“Jiyoung-ah, ada tamu untukmu!” kata Sulli ceria, menghentikan tawa Jiyoung yang Sehun yakin dia tertawa karena Chanyeol, orang yang ada bersamanya.
“Nuguya?” jawab Jiyoung, suara itu terdengar tak seceria sebelumnya.
“Jing!” kata Sehun pelan, namun berhasil membuat Jiyoung terdiam. Sehun sadar, Jiyoung duduk di kursi roda saat itu. Sehun menghampirinya, dia tersenyum pada Chanyeol yang berdiri di belakang Jiyoung.
“Sehun-ah?” Jiyoung berkata, bibirnya bergetar. Sehun sedang berlutut didepannya sekarang, menatap mata kosong Jiyoung. Kenapa Jiyoung tak membalas tatapannya?
“Jing, aku disini.” Sehun memegang kedua tangan Jiyoung, airmata jatuh bebas di pipi Jiyoung.
“Sehun? Seperti apa kau sekarang? Apa kau tetap tampan seperti terakhir kali aku melihatmu?” Jiyoung meraba wajah Sehun dengan kedua tangannya. Sehun menyadari sesuatu, Jiyoung tak bisa melihat?
“Apa yang terjadi padamu Jing? Kenapa kau tak memberitahuku?” Sehun membiarkan tangan Jiyoung meraba wajahnya, Sehun tak keberatan sama sekali akan itu.
“Mianhae, aku tidak ingin mengganggumu.” Jiyoung mencoba tersenyum, Sehun memeluknya, mencoba merasakan apa yang dirasakan gadis itu.  “Aku baik-baik saja Sehun-ah.” Bisik Jiyoung di telinga Sehun.

“Jiyoung mengalami kecelakaan malam itu, dia dinyatakan buta. Kami semua mencari donor untuknya, tapi sampai saat ini rumah sakit masih belum memberi untuk Jiyoung. Kakinya juga, Jiyoung mengalami lumpuh. Tapi kata dokter itu bisa sembuh jika Jiyoung menjalani terapi. Tapi mau bagaimana lagi, terapi tak bisa berjalan maksimal karena Jiyoung tak bisa melihat.”
“Aku sangat iri padamu Sehun-ah. Selama aku merawat Jiyoung, tak pernah sedetikpun dia lupa untuk bercerita tentangmu. Dia sangat mencintaimu. Aku harap kau tak mengecewakannya. Lihatlah aku, aku dengan tulus mencintainya, aku menjaganya, tapi tetap saja hanya kau yang ada dalam hatinya.”
Perkataan Chanyeol berputar di kepala Sehun. Sehun menatap Jiyoung yang terlelap diranjangnya. Malam itu Sehun memutuskan untuk bermalam di rumah Jiyoung. Sehun membelai rambut Jiyoung, hatinya menangis melihat keadaan Jiyoung sekarang. Dia mengutuk dirinya sendiri karena tak ada disamping Jiyoung selama ini.

“Selamat pagi tuan putri, kau sudah bangun kan?” Sehun bisa mendengar suara Chanyeol pagi itu, tapi Sehun pura-pura masih tertidur sambil tetep mendengar mereka.
“Ne oppa!” jawab Jiyoung ceria.
“Ayo segera bangkit dan bersihkan dirimu. Sulli tak bisa kesini sekarang, jadi kau harus mandi sendiri, kau bisa kan?” Sehun yang membuka matanya sedikit melihat Chanyeol membantu Jiyoung untuk berdiri dan duduk di kursi rodanya.
“Ne aku bisa. Oppa, bisa kau pelankan suaramu? Aku tidak ingin Sehun terbangun.”
“Ah, tentu saja. Aku akan memelankan suaraku. Kajja!” Chanyeol berbisik, membuat Jiyoung tersenyum. Seakrab itukah mereka? Jadi selama Sehun tak disini, Chanyeol yang selalu ada untuk Jiyoung?
BRAKK!!
“OPPA!!!” jeritan Jiyoung terdengar, membuat Sehun segera bangkit dan menuju kamar mandi, dia bisa melihat Chanyeol akan mendobrak pintu.
“Jiyoung-ah, menjauhlah dari pintu!” teriak Chanyeol.
“Ne oppa.” Jiyoung berkata disela tangisnya.
“Hyung, kita bisa lakukan sama-sama.” Chanyeol mengagguk, keduanya mendorong pintu itu dan membuatnya sempurna terbuka meskipun mengalami kerusakan.
Keduanya bisa melihat Jiyoung terbaring di lantai, tangannya berdarah karena gelas yang pecah dia sentuh dengan tangan terbuka.
“Bagaimana ini terjadi Jing?” Sehun membantu Jiyoung untuk bangun.
“Aku menjatuhkan handuk, aku mencoba untuk mengambilnya.” Jiyoung menangis dipelukan Sehun.
“Ayo, kita harus mengobati lukanya.” Chanyeol menyuruh Sehun untuk menggendong Jiyoung kembali ke ranjangnya.

“Aku sangat merepotkan Sehun-ah.” Kata Jiyoung lirih ketika lukanya sudah dibalut.
“Apa yang kau katakan.” Sehun mengusap wajah Jiyoung dengan handuk basah.
“Aku tidak seperti dulu lagi.” Jiyoung kembali menangis, “Mianhae.”
“Apa yang kau bicarakan? Aku tak pernah mempermasalahkan keadaanmu.” Sehun memeluknya erat, Sehun berjanji tak akan meninggalkan gadis ini untuk kedua kalinya.
Seseorang memerhatikan pasangan itu. Disatu sisi dia kesal melihat gadis yang dia cintai bersama laki-laki lain, namun disisi lain dia bahagia karena orang yang dia cintai sudah bisa menemukan orang yang dia butuhkan.
Chanyeol meninggalkan rumah Jiyoung tanpa pamit. Chanyeol mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berharap sesuatu yang buruk datang padanya.
***
“Bagus! Seperti itu Jing!” Sehun berteriak.
“Aku lelah Sehun-ah!” Jiyoung menyerah dan meminta Sehun untuk menghampirinya.
“Baiklah cukup untuk kali ini. Sekarang kita istirahat.” Sehun membantu Jiyoung kembali ke kursi rodanya.
“Sehun-ah lihat! Aku ingin bunga itu!” teriak Jiyoung ketika melihat bunga liar ditepi taman.
“Baiklah tunggu sebentar. Aku akan merangkaikannya untukmu.” Kata Sehun seraya mulai memetik bunga liar itu.
“Aku suka warna yang putih, ambil putih lebih banyak Sehun-ah!” pinta Jiyoung.
“Ne, aku mengerti.” Setelah merangkainya dengan baik, Sehun menyerahkan pada Jiyoung.
“Sehun-ah, aku ingin bertemu Chanyeol oppa. Bisa kita kesana?”
“Aku juga berpikir kita harus kesana, sudah lama kita tak mengunjunginya.” Sehun mengajak Jiyoung ke tempat Chanyeol.

“Oppa, bagaimana kabarmu? Maaf lama tak mengunjungimu, aku dan Sehun sangat sibuk mengurusi cafe baru kami. Kau baik-baik saja kan? Dan aku selalu berterimakasih padamu, karena kau mengjinkanku untuk kembali melihat indahnya dunia ini. Aku akan selalu menjaga pemberianmu ini. Gomawo, saranghae!” Jiyoung meletakkan rangkaian bunga itu diatas tanah. Sehun tersenyum, dia juga sangat berterimakasih pada Chanyeol karena menjaga Jiyoung selama dia tak ada dan yang paling penting Chanyeol membiarkan Jiyoung untuk kembali bahagia melihat berbagai warna di dunia.

Komentar

  1. waaaaaa ini bagus banget authornim. Sedih tapi adil, trus chanyeolnya kesian banget deh... Tp kalau dia ngga mati, ngga ada yang kasih donor mata ke Jiyoung, ugh bagus bgt deh pokoknya authornim

    BalasHapus
  2. ne ne, terima kasih ya. :)
    author bakal lebih semangat lagi nulisnya kalo gini..
    terima kasih! :)

    BalasHapus
  3. ah risa gak asik..
    terlalu tega sama si Channie :(
    mungkin alure kecepetan kali ya..
    tapi suka kok, dan selanjutnya jangan terlalu tega ya sama org ketiganya :D

    BalasHapus
  4. haha... Chanyeol termasuk jajaran biasku kok mbak.
    cuma ya biar greget aja. hihi :)
    Kecepeten ya? hehe
    next bakal bikin yg happy-happy sama Chanyeol.

    BalasHapus
  5. Kasian jjing..sehun qo bisa setega itu sihh.lbu pilih kerjaan drpd jjing..knp g bawa jjing aja drpd d jodohin kn
    chanyeol good boy

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi... ^___^
      I like Chanyeol's caracter in here..

      Hapus
  6. Sedih Amat Liat Chanyeol :(
    Tp Ceritanya Bagussss
    Aku suka aku suka :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah