Langsung ke konten utama

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]









 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D

Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya:


                “Dia terus menangis memikirkanmu.”
                “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”
                “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”
                “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”
                “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”
                “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”
                Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah bagi Jiyoung, maupun Jongin.
                Sore itu dia meminta Jongin untuk membawa Jiyoung menemuinya, untuk terakhir kalinya.
Jiyoung memimpin Sehun untuk pergi ke sebuah taman rahasia. Setidaknya menurut Jiyoung itu masih rahasia, karena dia tak pernah bertemu orang lain selama dia disana.
                Sehun menikmati hembusan angiin sore itu, Jiyoung hanya menatapnya dalam diam. Merasa diperhatikan, Sehun menoleh menatap mata Jiyoung dan berkata, "Aku tak bisa selamanya disini. Aku harus kembali ke masa depan."
                “Bawa aku bersamamu kalau begitu.”
                “Tidak semudah itu putri. Aku rasa sudah cukup aku berada disini. Jongin adalah Kai milikmu, dia adalah Kai yang sesungguhnya, bukan aku.” Sehun menatap Jiyoung yang berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.
                “Oh Sehun saranghae!” Jiyoung menghambur dalam pelukan Sehun. Sehun membalasnya.
                “Nado, saranghaeyo.” Sehun memeluknya erat, tau itu menjadi pelukan terakhir untuk mereka.
                “Jangan pergi!”
                “Tidak bisa putri. Aku tak mau menjadi pemuda jahat untukmu. Ada Jongin yang selalu menjagamu. Kau harus merelakanku!” hembusan angis sore itu memperkuat Jiyoung untuk menangis hebat. “Uljima.” Sehun menghapus air mata dipipi Jiyoung.
                “Oh Sehun! Bawa aku bersamamu!”
                “Tidak putri, kau mempunyai tanggung jawab besar disini!”
                “Aku pasti juga akan meninggal Sehun. Akan lebih baik jika aku mati ketika aku bersamamu.”
                Deg
                Jantung Sehun berpacu, matanya panas. Airmatanya juga ingin jatuh melihat gadis di depannya menangis untuknya. Sehun memeluknya, menghirup aromanya dalam.
                “Aku mohon, bawa aku Oh Sehun!” Jiyoung menangis hebat dalam pelukan Sehun. Jongin bisa melihat kejadia itu dengan jelas.
                Kau tak boleh pergi dengan sia-sia Kang Jiyoung. Kau tak boleh peprgi bersama Sehun, jika pada akhirnya kau tak bisa bersamanya. Itu percuma putri, percayalah padaku pasti ada cara lain.
                Putri, tak pernahkah kau menganggapku ada? Kita sudah bersama sejak kecil, apa kau tak mengerti perasaanku?
                Jongin telah memberitahu Sehun segala informasi bagaimana dia bisa kembali ke masa depan. Dia bisa melewati dimensi berbeda di taman rahasia itu. Sehun hanya perlu berjalan ke arah barat, dan ketika dia bisa melihat langit lebih biru dari tempatnya berdiri, disanalah dimensi berbeda itu. itu akan membawa Sehun ke masa depan.
                Tapi....
                Sehun tak sanggup melakukan itu semua....
                Hatinya sudah terpaku pada seorang putri....
                Sehun berniat mengajaknya, tapi itu hanya akan mengakhiri hidup sang putri...
                Kang Jiyoung...

                Hari sudah gelap ketika tenda yang Jongin dirikan sudah berdiri. Ketiganya masuk dalam tenda itu. berusaha untuk menutup mata, tapi ketiganya hanya diam, tak bisa menutup mata mereka. Hati mereka hancur, mereka harus membuat keputusan yang menyakitkan untuk kebaikan semuanya.
                Jiyoung memilih keluar tenda, dia duduk sembarangan di rumput, menatap langit yang terlihat begitu indah malam itu.
                “Putri.” Suara Jongin terdengar, membuat sang putri tersenyum, meskipun semua tau, itu sangat dipaksakan.
                “Kim Jongin!” serunya.
                “Putri, apa kau ingat kau selalu menghabiskan waktumu bermain di bawah pohon itu ketika kita masih kecil?” Jongin mencoba menghibur gadis itu.
                “Tentu saja, tempat ini selalu menjadi tempat yang baik untukku.” Jiyoung tersenyum.
                “Kau adalah seorang putri yang paling hebat. Kau sangat kuat putri. Apapun masalah yang kau hadapi, kau selalu tersenyum. Aku rindu pada senyum tegarmu itu.”
                “Tapi aku juga manusia Jongin.” Matanya mulai berkaca-kaca. “Bolehkah aku ikut bersama Sehun?” Jiyoung berbicara tanpa melihat Jongin disampingnya.
                “Aku tak akan membiarkan itu putri, maaf.”
                “Bagaimana jika aku memaksa?”
                “Aku bisa lebih memaksa.” Jongin berkata tegas, “Percayalah padaku, ada cara putri. Ingat kan, aku akan selalu membuatmu bahagia, apapun caranya aku akan melakukannya untukmu.”
                “Jangan membuatku terlihat kejam Jongin.”
                “Tapi itu janjiku putri. Aku akan melakukannya.”
                Sehun yang mendengar perbincangan itu hanya bisa menahan tangis, hatinya terasa sakit harus meninggalkan orang yang dia cintai. Dan dia begitu tersentuh dengan perngorbanan Jongin.
***
                Pagi sudah datang, Sehun tengah berdiri menikmati angin pagi yang menyenjukkan.
                “Bertahanlah hingga sore nanti. Berikan waktu yang terindah di akhir ceritamu bersama putri.” Tiba-tiba Jongin berkata di belakang Sehun.
                “Hingga sore nanti, kau sudah mengerti rencanaku kan?” tanya Sehun yang di jawab anggukan oleh Jongin.

                “Sehun, apa yang kau lakukan?!?” Jiyoung berteriak ketika Sehun menggendongnya, berputar-putar membuat Jiyoung terbahak.
                “Jongin, tangkap putri. Aku akan melempar padamu!” teriak Sehun pada Jongin, Jongin bersiap untuk menerimanya. Jiyoung makin teriak histeris.
                “Apa yang kalian berdua lakukan. Jangan bodoh itu sangat berbahaya!” Sehun mengambil ancang-ancang untuk melemparnya, dan pada hitungan ketiga, Jongin mendekat dan mengambil Jiyoung dari pelukan Sehun.
                “Kau tertipu putri.” Kedua laki-laki itu tertawa.
                “Kau harus terus tertawa putri.” Kata Sehun singkat.
                “Kalian berdua, bisakah kalian memanggilku Jiyoung? Ini bukan permintaan, tapi ini perintah!” kata jiyoung tegas.
                “Baiklah, Kang Jiyoung!” Sehun dan Jongin dengan kompak memanggilnya.

                “Jiyoung-ah, biar aku mengikat rambutmu!” Sehun kini berdiri di belakang Jiyoung, mencoba mengikat rambut Jiyoung. Sedangkan Jongin membuat sebuah mahkota dari bunga.
                “Ini untuk Jiyoung!” Jongin memakaikan mahkota buatannya di kepala Jiyoung.
                “Gomawo... gomawo...” Sehun lega bisa melihat Jiyoung kembali tersenyum, meskipun Sehun tak tau bagaimana perasaan dalam hatinya.
                Ketiganya terus bermain-main hingga mereka sadar senja mulai terlihat. Sehun memberi isyarat pada Jongin.
                “Jiyoung-ah, aku ingin kita jalan-jalan sekarang. kau mau?” Sehun berkata seraya memegang tangan Jiyoung.
                “Tentu saja. Kemana kau ingin pergi, disana ada sebuah sungai dan itu sangatindah.” Jawab Jiyoung semangat seakan lupa dengan semua masalah hatinya.
                “Tidak, aku ingin kita berjalan ke arah barat.” Kata Sehun tersenyum, jiyoung terlihat berpikir, namun kemudian dia meniyakan ajakan itu.
                “Baiklah, Jongin-ah ayo!” Jiyoung mengajak Jongin.
                “Aku akan menyusul, sebaiknya kalian pergi dulu.”
                “Cepatlah, kami akan berjalan dengan lambat.” Jiyoung segera melangkah, berjalan dalam diam bersama Sehun. Sehun memegang tangan Jiyoung lebih erat dari sebelumnya, bahkan Jiyoung merasa Sehun tak pernah menggenggam tangannya seerat ini.
                Langit senja memberi semburat merah, membuat sore itu lebih terasa mengharukan dari sore-sore yang pernah dialami Sehun. Angin sore itu juga begitu lembut, menerbangan poni Jiyoung membuatnya begitu terlihat sempurna dimata Sehun.
                Rumput-rumput hijau dan tumbuhan bergoyang dengan pelan. Sehun merangkul Jiyoung, Jiyoung hanya diam sambil terus berjalan menikmati sore itu. Jiyoung tersenyum, dia merasakan indahnya sore itu.
                Jantung Sehun berdegup kencang, matanya bisa melihat, tak jauh dari tempatnya berjalan dia bisa melihat langit memberi semburat lebih merah dari langit dimana dia berdiri. Sehun tidak sanggup melakukan semuanya, dai tidak danggup kehilangan Jiyoung.
                “Bisa kita berhenti disini?” Sehun menghentikan langkahnya.
                “Kenapa? Aku rasa langit disana lebih indah.”
                “Jangan, aku ingin disini.” Sehun berdiri dihadapan Jiyoung.
                “Oh Sehun, boleh aku mengatakan sesuatu?”
                “Katakan saja.”
                “Jangan pergi.”
                Hening, Sehun tak mampu menjawab permintaan Jiyoung. Sehun memeluknya erat.
                “Kau tau kan? Aku bukan Kai di cerita ini. akulah yang bisa membuatmu menghilang. Jika aku mengiyakan permintaanmu utnuk ikut denganku, maka kau akan menghilang.”
                “Akan lebih baik aku mati bersamamu.” Mata Jiyoung mulai brkaca-kaca.
                “Jiyoung, aku tak ingin melihatmu menangis.” Sehun menghapus airmata itu, airmata terakhir yang akan dia sentuh.
                “Kau ingat bagaimana pertama kali kita bertemu. Pada saat itulah aku mulai tertarik padamu, seawal itu Sehun-ah.” Airmata Jiyoung terus mengalir. Membuat hati Sehun rapuh, tak sanggup meninggalkannya.
                “Nado, aku juga menyukaimu. Seawal itu. tapi bagimanapun juga aku datang utnuk menyelamatkanmu. Tapi ketahuilah, Kai ada Jongin.”
                “Sehun, bisakah kau kembali kesini suatu saat?” Jiyoung berharap dia akan mendengar sesuatu yang melegakan. Namun Sehun menggeleng seraya berkata, “tidak bisa putri.”
                “Lalu apa yang harus aku lakukan untuk bisa denganmu?” Jiyoung menangis hebat. Sehun memeluknya.
                “Kau tau aku mencintaimu Oh Sehun! Jangan pergi!!” Jiyoung mulai memukul Sehun, Sehun tak mampu menahan airmatanya.
                “Kang Jiyoung!”
                “Saranghae Oh Sehun!”
                “Jiyoung-ah!”
                “JANGAN PERGI! JEBAL!” Jiyoung berteriak, Sehun memeluknya membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.      
                Matahari sudah semakin turun, langit merah menambah rasa haru Sehun untuk meninggalkan gadis itu. Sehun melepas pelukannya, menatap dalam mata Jiyoung yang penuh airmata.
                “Jaga diri baik-baik!”
                “Jangan pernah menangis lagi!”
                “Jeongmal saranghaeyo!”
                Detik berikutnya Sehun mengangkat dagu Jiyoung dan mencium bibirnya lembut. Sehun masih bisa merasakan isak tangis Jiyoung, kemudian Sehun memeluknya tanpa melepas ciumannya. Keduanya memejamkan mata mereka. Sehun berjalan mundur, Jiyoung mengikuti langkahnya. Jiyoung merasa ada yang aneh saat itu, Jiyoung membuka matanya dan mendapati sosok Sehun semakin menipis. Sehun sudah masuk pada dimensi yang berbeda. Jiyoung berteriak dan hendak berlari mengikuti Sehun ketika Jongin sudah menahannya dari belakang.
                “OH SEHUN!!!” Jiyoung berteriak, meronta dari pegangan Jongin.
                “APA YANG KAU LAKUKAN! KEMBALI!!!”
                “OH SEHUN KAU TAK MENDENGARKU?!?!” sosok Sehun seamkin jauh dan tipis, Jiyoung bisa melihat Sehun tersenyum sambil melambai padanya.
                “JONGIN! TARIK SEHUN KEMBALI! JONGIN CEPAT!” Jongin hanya menahan rasa sakitnya melihat Jiyoung seperti itu. “SEHUN! SEHUN!!!!” bayangan Sehun sudah menghilang sepenuhnya.
                “Oh Sehun...” Jiyoung menangis hebat, Jongin memeluknya. Mencoba merasakan sakit hati gadis itu.
***
                Sudah satu minggu setelah kepergian Sehun, dan Jiyoung tak pernah bertemu dengan Jongin. Tiba-tiba malam itu, Jongin menemuinya di istana. Seperti biasa keduanya berbincang di ruang pribadi Jiyoung.
                “Besok aku akan mengajakmu ke taman rahasia. Tapi kau harus membuat wasiat malam ini juga.” Jongin menjelaskan pada Jiyoung.
                “Untuk apa?”
                “Turuti saja perintahku. Kau ingat, aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia.” Jiyoung mengikuti semua permintaan Jongin, dari membuat wasiat, pembagian tugas, meminta maaf pada semua keluarganya. Esoknya, Jongin mengajak Jiyoung ke taman rahasia.
                “Jiyoung, ganti pakaianmu!” Jongin menyuruh Jiyoung berganti pakaian, pakaian yang terlihat sangat aneh. Sebuah baju lengan panjang dan sebuah rok pendek. “Pakai saja, turuti permintaanku.” Jiyoung memakai baju yang terkesan modern itu.
                “Kau sudah siap?”
                “Ya, aku sudah siap.” Keduanya mulai berjalan ke arah barat. Jongin menggenggam tangan Jiyoung erat.
                “Sebenarnya kita mau kemana?” tanya Jiyoung pada Jongin yang terlihat menyembuyikan sesuatu.
                “Kau akan segera tahu.” Jongin tersenyum padanya, “Kau harus menyimpan ini, dan bukalah pada saat waktunya datang.” Jongin memberinya sebuah kotak berukuran kecil.
                “Kenapa kau membawaku kesini?” Jiyoung melihat tempat dimana Sehun menghilang karena dimensi yang berbeda.
                “Boleh aku memelukmu?” tanya Jongin tak menghiraukan pertanyaan Jiyoung. Belum sempat Jiyoung menjawab Jongin sudah memeluknya. “Jangan pernah menangis lagi Jiyoung-ah. Saranghae!” Jongin melepas pelukannya, menatap Jiyoung dalam. Jiyoung bisa melihat Jongin mengenakan kalung berinisial KJ.
                “Ada apa denganmu?”
                “Sudah kubilang kau akan segera tahu.” Jongin melepas pelukannya. “Dengar, aku akan berjalan kesana, setelah aku benar-benar menghilang, kau harus mengikutiku, kau mengerti?”
                “Tapi kau akan menghilang jika kau kesana.”
                “Aku tau, kau harus berjanji, jika aku sudah menghilang sesegera mungkin jalan menembus dimensi itu.” Jongin menatapnya tegas. Jiyoung mengangguk, “Kau sudah berjanji!” jongin tersenyum, senyum itu terlihat berbeda di mata Jiyoung.
                “Apa yang akan terjadi padamu?”
                “Lihat saja!” Jongin berjalan mundur sambil terus menatap Jiyoung. “Aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia!” bayangan Jongin mulai hilang dan menipis. Jongin tersenyum padanya, Jiyoung membalas senyumnya.
                “Kim Jongin, kau terbaik yang pernah aku miliki. Saranghaeyo!” Jiyoung berteriak, Jongin mengangguk mendengar itu. Tapi detik berikutnya senyum itu hilang, Jiyoung bingun apa yang harus dia lakukan sekarang. Jiyoung berlari menembus dimensi itu. Gemerincing mesin terdnegar di telinganya, detak jam terdengar. Jiyoung tak lagi menginjak tanah rumput, senyum Jongin sudah hilang. Mungkin dia tak akan pernah melihat senyum itu lagi.
***
                “Sehun!”
                “Hyung!” Sehun memeluk kakaknya.
                “Kemana saja kau selama ini? aku selalu menghubungimu!” Luhan terlihat khawatir dengan adiknya.
                “Aku melaksanakan tugas hyung. Dimana appa?” Sehun mulai mencari appanya.
                “Dia hanya bisa berbaring di kamar sejak kepergianmu.”
                “Mianhae hyung.”
***
                Jiyoung sudah berdiri di sebuah ruang persegi, penuh dengan tumpukan buku dan alat-alat yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
                “Ambil saja di kamarku hyung!” Jiyoung mengenali suara itu. pintu terbuka dan membuat orang itu nyaris mematahkan gagang pintu karena kaget.
                “Siapa kau?” kata orang yang terlihat mirip dengan Sehun.
                “Aku...” Jiyoung tak bisa meneruskan kalimatnya.
                “Sehun! Apa yang kau lakukan? Kau membawa kekasihmu ke kamarmu, eoh?” Luhan berteriak, Sehun segera beralri menuju kamarnya. Dan betapa kagetnya Sehun melihat Jiyoung berdiri disana.
                “Jiyoung?” teriak Sehun.
                “Sehun-ah!” Jiyoung berhambur memeluk Sehun, Luhan tak mengerti apa yang terjadi dengan adiknya dan gadis itu.
                “Sehun-ah, dia kekasihmu?” tanya Luhan yang hanya di jawab senyum oleh Sehun.
                “Mulai sekarang dia kan tinggal disini hyung!” seru Sehun.
                “Apa??!!?!?!” Luhan berteriak.
***
                “Bukan seperti itu, ya ya begitu.” Sulli mengajari Jiyoung untuk berjalan dengan menggunakan highheels. Selama ini Sulli membantu Sehun untuk memperkenalkan dunia modern pada Jiyoung. Sulli sudah tau semua cerita Sehun ketika dia menghilang selama dua tahun.
                “Gomawo Sulli, aku rasa cukup untuk latihan hari ini.” Jiyoung memohon pada Sulli.
                “Baiklah, aku rasa cukup untuk hari ini.” Sulli tersenyum. “Lihat, Sehun sudah menjemputmu!” Sehun bersandar di pintu seraya melihat Jiyoung yang terlihat kesakitan.
                “Apa sangat sakit?” tanya Sehun.
                “Tenang saja, itu karena dia baru mulai. Kelamaan dia akan terbiasa.” Sulli tersenyum.
                “Ne, gomawo Sulli-ah!” Jiyoung memeluk Sulli.
***
                Jiyoung dan Sehun sedang menikmati senja sore itu. mereka berdiri di tepi jembatan, melihat semburat merah di sungai yang mengalir pelan. Jiyoung memegang kalung yang ada di lehernya, berinisial KJ.
                Jiyoung membuka kotak pemberian dari Jongin, kotak itu berisi sebuah kalung berinisial KJ persis seperti milik Jongin yang pernah dilihat Jiyoung waktu itu. dan satu lagi, ada surat dalam kotak itu. jiyoung membuka dan mulai membacanya.
                Untuk: Kang Jiyoung
                Maaf karena aku tak bisa memberitahumu di awal dan memilih berpisah denganmu menggunakan cara ini. aku mencari cara bagaimana agar kau bisa ke masa depan bersama Sehun tanpa perlu menjadi abu. Dan akhirnya aku menemukan cara itu. aku tau caranya.
                Jika ada seseorang yang menjamin nyawamu dimasa depan, kau kau bisa hidup selamanya disana. Ya, itulah cara yang aku gunakan karena itu memang satu-satunya cara. Aku menjamin nyawaku untukmu, agar kau bisa tersenyum. Aku benci pada diriku sendiri jika melihatmu menangis.
                Ketika kau membaca surat ini, kau tak akan bisa bertemu denganku lagi. Tapi yakinlah, aku hidup dalam hatimu. Hiduplah sengan bahagia Kang Jiyoung. Jangan biarkan pengorbananku sia-sia. Dan satu lagi, aku harap kau tak melupakanku.
                Aku harap kau mau menggunakan kalung dariku itu. berinisial KJ untuk Kang Jiyoung dan Kim Jongin.
                Seperti janjiku, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia. Dan kau harus menepati janjimu, kau harus selalu tersenyum dan menyimpanku dalam hatimu.
Kim Jongin

Komentar

  1. wih ini keren, karena bisa membawa emosi pembaca XD
    (tapi sehun terlihat bodoh banget itu di chapter2 sebelumya dan kai kelewat pinter XD)
    great job ide ceritanya'-')b

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampe nangis?
      chap 1-2 membosankan yo? menurutku sih rada membosankan... hehe
      alhamdulillah, great job ide

      Hapus
    2. ngga... ngga sampe nangis. mana pernah saya menangis pas baca FF? XDXD

      Hapus
  2. daebakkkkk!!keren,jonginnya sosweet bingitttt:(aaaaaaa sumpah nangis baca surat dari jongin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih. :D
      Mampir ke ff yang lain ya... ^^

      Hapus
  3. Daebak Bangeettttt >_<
    Sumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,Segitu banget pengorbanan Jongin Untuk Jiyoungg >_<
    Omooo ._.

    BalasHapus
  4. Daebak Bangeeetttt >_<
    Sumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,Segitunya banget pengorbanan Jongin untuk Jiyoung >_<
    Omoooo ._.

    BalasHapus
  5. Daebak Bangeeetttt >_<
    Sumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,
    Segitunya banget pengorbanan Jongin untuk Jiyoung >_<
    Omoooo ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ^^ trims....
      mampir k ff lainnya ya.... ^^

      Hapus
    2. Daebak!! Jujur aku lebih suka peran kai disini dia kelihatan lebih tulus author^_^

      Hapus
  6. Jongin kok so sweet yah? Nangis baca surat dr jonginT^T
    DAEBAK THOR^-^)b

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh