Langsung ke konten utama

[FANFIC] When We Broke Up (Chap 1)








Fanfic chapter, semoga kalian suka dan bertahan untuk terus penasaran sama ceritanya. :D
Saran lagu untuk chapter 1, hmm, kalian bisa dengerin EXO - Don't Go | Peterpan, Teentop - Love fool | Date
Happy read all... Sorry kalo ada typo. :) :D



When We Broke Up
Cast: Kim Jongin | Kang Jiyoung | Oh Sehun | Jung Krystal | Choi Sulli | Byun Baekhyun | Do Kyungsoo | Park Chanyeol | Kim Junmyeon a.k.a Suho | Lee Taemin | Kim Kibum | Choi Minho | Lee Jinki | Kim Jonghyun
 Pairing: KaiJing | HunJi
Lenght: Chapter
Genre: Romance, Comedy, School story, Friendship
Summary: Kebiasaan buruk Jongin dan para sahabatnya membuat Jongin menghadapi masalah yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Jongin percaya kekuatan cinta, tapi bagaimana ketika keadaan membuatnya untuk mengkhianati cinta? Berbagai masalah muncul karena kebiasaan bodohnya bersama teman-temannya.



.
.
.
.



“Kau sudah sarapan Jing?” suara Jongin bisa diterima baik oleh Jiyoung yang sedang berjalan menuju kelasnya. Jiyoung menoleh untuk bisa melihat wajah Jongin lebih jelas, seraya tersenyum.
                “Tentu saja, bagaimana denganmu?”
                “Hmm... belum” Jongin terlihat berpikir sejenak, “Bolehkah aku memakanmu?” secara reflek Jiyoung terbahak mendengar pertanyaan Jongin.
                “Dasar gila. Bagaimana bisa aku menyukai namja gila sepertimu?” Jiyoung berjalan lebih cepat untuk mendahului Jongin. Jongin hanya tersenyum sambil terus berjalan di belakangnya.
                “Seharusnya kau bersyukur memiliki seseorang sepertiku. Kau tau sendiri banyak yang mengagumiku.” Jongin berkata di belakang Jiyoung.
                “Benarkah? Haruskah aku bersyukur?” Jiyoung menjawab tanpa menoleh pada Jongin yang ada di belakangnya. “Ya, paling tidak kau selalu ada untukku.”
                “Ya Kang Jiyoung!” Jongin berteriak seraya menjambak rambut Jiyoung asal, membuat Jiyoung harus menghentikan langkahnya agar tak merasa semakin sakit.
                “Aouh! Jongin-ah!” rengek Jiyoung mundur beberapa langah, hingga dia menginjak kaki Jongin yang ada di belakangnya.
                “Berjalanlah di sampingku.” Jongin mengelus rambut Jiyoung seraya mulai berjalan berdampingan.
                “Sakit Kamjong!!!” Jiyoung protes dengan membalas dengan memukul kepala Jongin.
                “Ya! apa yang kau lakukan?!?!” Jongin mendekap Jiyoung dan menyeretnya untuk berjalan lebih cepat. Beberapa pasang mata sudah memperhatikan pasangan itu, antara pandangan kagum, menertawakan, iri, marah dan pandangan lainnya yang tak bisa digambarkan.
                Jiyoung dan Jongin tetap pada posisi itu, Jongin yang mendekap Jiyoung dan setengah menyeretnya sedangkan Jiyoung berusaha untuk lepas dari dekapan Jongin sampai mereka sampai di pintu kelas dan mendengar celotehan beberapa sahabatnya.
                “Ya! lihatlah pasangan yang sedang berbahagia itu. Bisakah kalian tidak membuat semua orang iri karena melihat kalian berdua?” Chanyeol, kakak kelas mereka sekaligus sahabat Jongin berdiri di depan mereka.
                “Biarkan saja Chanyeol, daripada kita melihat mereka berdua bertengkar. Itu akan lebih mengerikan.” Sahut Baekhyun yang asik bermain ponselnya.
                “Oppa, tolong aku!” Jiyoung berkata sambil terus berusaha melepaskan diri dari Jongin, tapi Jiyoung tau itu hanya sia-sia.
                “Diamlah Jing.” Jongin mengeratkan dekapannya.
                “Jongin-ah, lihatlah Jiyoung sudah kehabisan oksigen.” Kyungsoo angkat bicara sambil tertawa melihat ulah sahabatnya itu.
                “Oppa tolong.” Jiyoung kembali berteriak, namun yang Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo lihat, Jiyoung menikmati siksaan itu. Ketiganya hanya terbahak melihat mereka.
                “Sudah Jing, nikmati saja. Sebelum Jongin memeluk gadis lain.” Baekhyun berkata asal dan berhasil membuat Jiyoung menatap tajam pada Jongin.
                “Apa kau berniat memeluk gadis lain, eoh?” Jiyoung menatapnya tajam.
                “Tentu saja tidak! Aku lebih suka memelukmu.” Jongin mengeratkan pelukannya hingga Jiyoung tergagap karena sesak, detik berikutnya Jongin mencium pipi Jiyoung dan melepas pelukannya. Berlari ke dalam kelas.
                “Buakakakaka.!!!” Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo terbahak melihat wajah Jiyoung yang sudah semerah tomat.
                “Kim Jongin bodoh!!” Jiyoung memasuki kelas berniat untuk membalas.
                “Apa yang akan kau lakukan Jing? Berniat membalasku?” Jongin berkata dari bangku kelas paling belakang.
                “Tentu saja, dasar bodoh!” Jiyoung menatapnya dari depan kelas.
                “Syukurlah, kemarilah Jing! Jika kau akan membalasku, itu artinya kau menciumku.” Jongin terbahak melihat wajah Jiyoung yang memerah.
                “Baiklah, aku menyerah.” Jiyoung tersenyum seraya duduk di bangkunya, Jongin hanya tersenyum sampai kemudian Sehun datang dan duduk di sebelahnya.
***
                Jiyoung mengahabiskan waktu istirahatnya bersama Sulli, teman dekatnya sejak dia sekolah dasar. Jiyoung sedang asyik menghabiskan jus tomat kesukaannya, sedangkan Sulli sibuk dengan roti bakarnya.
                “Aku tidak mengerti Jing, awal hubunganmu dengan Jongin dulu. Aku rasa kalian selalu bertengkar di awal, dan akhirnya sekarang kau tergila-gila padanya.” Seru Sulli setelah menelan roti bakarnya.
                “Entahlah, aku juga sering berpikir begitu. Tapi dari awal kami tak pernah benar-benar saling benci kan.” Jiyoung menjawab dengan sejuta senyum di wajahnya.
                “Ya, aku tau itu. Jongin memang punya kharisma.” Sulli kembali sibuk dengan makanannya. “Ehm, mereka datang.” Sulli memberitahu Jiyoung ketika segerombolan anak laki-laki memasuki area kantin. Dengan mudah Jiyoung bisa menemukan Jongin yang mandi keringat, dan Jiyoung sudah hafal betul pasti Jongin baru saja bermain basket.
                “Mereka selalu taruhan.”desah Jiyoung seraya meminum jus tomatnya. Jongin, Sehun, Kyungsoo, Chanyeol dan Baekhyun sudah duduk di tempat mereka sekarang. Ya, tidak ada yang menempatinya kecuali mereka berlima. Jongin selalu meminta Jiyoung dan Sulli untuk bergabung duduk disana, tapi Jiyoung tak selalu mengiyakan permintaan itu. Hanya beberapa waktu saja dia akan bergabung dengan mereka.
                “Kau tak menghampirinya? Sepertinya mereka sudah menang lagi. Kita bisa minta traktir.” Bisik Sulli sambil terkikik.
                “Jangan, meskipun mereka tak menang taruhan pun kita sering mendapat makan gratis jika bersama mereka.” Jiyoung sudah menghabiskan jus tomatnya, “aiish, sudah habis. Aku ingin pesan lagi. Kau mau?” Jiyoung bangkit dari duduknya, Sulli mengangguk tanda mengiyakan tawaran Jiyoung.
                Jiyoung berjalan menuju counter jus disana, cukup ramai hingga membuat Jiyoung harus antri. Jiyoung menoleh, mencuri pandang pada Jongin yang sedang asik mengobrol dengan yang lain. Kemudian kembali konsentrasi para penjual karena sudah tidak ada orang di depannya.
                “Jus tomat, dua.” Jiyoung menyerahkan beberapa lembar uang. Menunggu jusnya yang sedang di buat. Sampai seseorang mebuatnya kaget.
                “Hei!” sapanya.
                “Sehun-ah!” jawab Jiyoung ramah, “Jus?”
                “Ya.” Sehun memberikan senyumnya, “Kau tak bergabung?”
                “Hmm, nanti aku dan Sulli akan ke meja kalian.” Jawab Jiyoung, kemudian penjual memberi jus pesanannya, “Sehun-ah, annyeong!” Jiyoung melambai pada Sehun dan kembali ke mejanya. Jiyoung bisa melihat Jongin sedang mengobrol dengan Sulli di mejanya.
                “ehem..” Jiyoung duduk di antara keduanya, menyerahkan jus Sulli dan mulai meminum jusnya sendiri.
                “Jing, lihatlah kekasihmu itu. Dia sangat menyedihkan.” Sulli tertawa.
                “Ada apa?” Jiyoung melihat Jongin yang balas menatapnya.
                “Seharusnya kau membawakan minum untukku setelah aku main basket.” Jongin merebut jus tomat Jiyoung dan meminumnya hingga tinggal setengah. “Kenapa kau absen hari ini? Kau tak punya uang untuk membeli air mineral untukku?”
                “Sulli kelaparan tadi, jadi aku mengantarnya kesini. Mianhae.”
                “KKK, ne ne. Kalian berdua harus lihat pertandingan Sabtu sore minggu ini. Itu akan menjadi pertandngan yang sangat sengit.” Jelas Jongin, Jiyoung dan Sulli mengerutkan keningnya.
                “Taruhan yang besar kalau begitu.” Tebak Sulli.
                “Bukan hanya masalah taruhannya, tapi aku kan bertanding dengan Lee Taemin.” Terdapat api berkobar di mata Jongin.
                “Kalian memang tak akan bisa akur. Padahal pertama kali aku melihatmu, kau mengingatkanku pada Taemin sunbae.” Jiyoung berkata dan membuat api dimata Jongin makin berkobar.
                “Jing, jangan pernah menyamakanku dengan Lee Taemin. Tentu saja aku jauh lebih tampan darinya. Apa kau tidak menyadari itu?”
                “Hmm, tapi tetap saja saat permata kali melihatmu, aku ingat Taemin sunbae.” Jiyoung tertawa melihat Jongin hanya mendengus kesal.
                “Hahahaha! Kalian memang pasangan yang paling membuat iri di dunia ini.” Sulli tertawa melihat tingkah kedua temannya.
***
                Jiyoung berjalan sendiri malam itu, ketika dia baru saja keluar dari toko buku langganannya. Sebenarnya dia bisa kapan saja menghubungi Jongin untuk menjemputnya, tapi malam itu Jiyoung tidak ingin menganggu Jongin. Mengingat Jongin akan taruhan bersama Taemin, dia tidak ingin membuat Jongin lelah.
                Ddrrrrtttt...
                Ponsel Jiyoung bergetar, dengan cepat jarinya menekan answer untuk mejawab panggilan itu.
                “Ne Sulli-ah?”
                “Jing, kau masih di toko buku?” suara Sulli terdengar tergesa disana.
                “Aku baru saja keluar, tapi aku masih belum jauh darisana. Kau butuh sesuatu?”
                “Untunglah, bisakah kau membelikanku buku matematika seperti milikmu Jing?”
                “Ah, buku itu. baiklah aku akan membelikan untukmu.” Jiyoung memutar balik arahnya dan berjalan kembali ke toko buku.
                “Gomawo Jiyoung-i, kau memang sahabatku yang paling baik. Maaf tidak bisa menemanimu.”
                “Ne, annyeong.”
                “Annyeong.” Jiyoung memutus telepon itu, dia memasuki toko buku dan mulai mencari buku untuk Sulli. Kemudian tak sengaja telinganya mendengar obrolan yang begitu menarik untuk didengar.
                “Aku tidak mau kalah dari Jongin kali ini.” terdengar suara Taemin, Jiyoung bersembunyi agar Taemin tak menyadari keberadaannya.
                “Lalu apa yang akan kau lakukan?” suara yang lebih berat bertanya, itu suara Kibum.
                “Apapun itu, yang pasti Jongin tak akan bisa berkutik.” Jawab Taemin. Jiyoung menahan nafasnya mendengar obrolan singkat itu. Jiyoung segera ke kasir dan keluar dari toko itu. dengan cepat dia menghubungi Jongin ketika toko buku itu sudah semakin jauh.
                “Ne chagi wae?” suara berat Jongin terdengar ceria seperti biasanya.
                “Jongin-ah, bisakah kau membatalkan taruhanmu dengan Taemin sunbae?” suara Jiyoung bergetar. Jongin menyadari ada yang tak beres dengan itu. “Jongin-ah?”
                “Ada apa?” suara berat Jongin kini terdengar serius.
                “Bisakah kau batalkan saja? Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu.”
                “Kau dimana Jing?” tanya Jongin, Jiyoung sedikit memutar otaknya. Jiyoung tak pernah pamit malam itu dia pergi ke toko buku, SENDIRIAN.
                “Ah, aku di rumah.” Jawab Jiyoung gugup.
                “Bohong, setauku rumahmu tak seramai jalan Jing. Katakan dimana kau sekarang, aku akan menjemputmu.”
                “Eh, aku ada di jalan, tak jauh dari toko buku langgananku.” Jiyoung menjawab jujur takut Jongin marah padanya.
                “Baiklah, jangan kemana-mana. Cari tempat yang ramai, aku akan segera sampai. Bye chagi!”
                Dieng!
                Jiyoung sudah takut jika saja Jongin marah padanya, tapi dari cara Jongin mengakhiri teleponnya menunjukkan bahwa dia tak mempermasalahkan kebohongan Jiyoung. Jiyoung memilih bersandar pada toko yang sudah tutup. Jiyoung tidak mendengar perintah Jongin untuk mencari tempat yang ramai. Jiyoung dengan asik memainkan game di ponselnya, sampai dua orang namja berdiri di depannya.
                “Lihatlah, dia Kang Jiyoung.” Namja yang Jiyoung ketahui bernama Kibum tersenyum padanya, disusul oleh senyuman Taemin.
                “Dimana ada Kang Jiyoung, pasti ada Kim Jongin. Dimana kekasihmu itu?” Taemin menertawakan Jiyoung dan disusul oleh tawa Kibum yang terdengar menyebalkan di telinga Jiyoung. Jiyoung hanya diam tak menjawab.
                “Taemin-ah, jangan menganggunya. Nanti Kim Jongin bisa berubah menjadi monster.” Lagi-lagi kedua namja itu tertawa terbahak. Jiyoung menunduk, tangannya bergetar memencet ponselnya untuk menghubungi Jongin. Jiyoung meletakkan ponsel di telinganya.
                “Siapa yang kau hubungi? Kim Jongin?” Taemin mendekat, mencoba untuk merebut ponsel Jiyoung.
                “Lepaskan!” Jiyoung berteriak.
                “Aku juga ingin bicara dengan Jongin. Kemarikan ponselmu.” Taemin memegang kedua tangan Jiyoung. Jiyoung meronta, Kibum hendak membantu aksi itu sampai
                “Jing!” Jongin sudah ada disana, diatas motornya dengan tatapan paling mematikan. Membuat Jiyoung ingin pingsan ketika melihatnya. Taemin dan Kibum beralih memandang Jongin, mengerti kelonggaran ini, Jiyoung berlari pada Jongin.
                “Maaf, kami hanya bermain-main dengan kekasihmu itu.” Taemin tertawa melihat Jongin yang murka itu.
                “Kang Jiyoung, kau baik-baik saja kan?” Kibum bertanya dengan senyum paling menyebalkan. Namun Jongin masih menatap dua namja itu dengan tatapan dinginnya.
                “Ayolah Jongin, bahkan kita masih belum menyentuh kulit Kang Jiyoung....”
                BUK!
                Belum sempat Taemin menyelesaikan kalimatnya, Jongin sudah mendaratkan pukulan di wajah Taemin.
                “Jaga bicaramu, Lee Taemin.” Jongin bicara di telinga Taemin denga senyum liciknya. Jongin sangat membenci siapa saja yang berusaha menganggu Jiyoung, apalagi mencoba merebut Jiyoung darinya. Jiyoung memekik melihat kejadian itu, ketika Jiyoung ingin mendekat, Jongin memberi isyarat agar Jiyoung tetap pada tempatnya.
                “Dia sangat berharga buatmu eoh?” Taemin masih bisa tersenyum.
                BUK!
                Jongin kembali mendaratkan pukulannya, terdapat darah di ujung bibir Taemin. Jongin melepas Taemin, kembali pada motornya dan menyuruh Jiyoung untuk segera naik di belakangnya. Jiyoung bisa melihat Kibum yang sedang membantu Taemin untuk bangkit sekarang.
                Jiyoung memeluk Jongin, Jongin mempercepat laju motornya. Jiyoung tetap memeluk Jongin sampai dia sadar sudah sampai depan rumahnya. Jiyoung tidak ingin cepat-cepat melepas pelukannya dan masuk ke dalam rumah. Sampai akhirnya suara berat Jongin kembali terdengar.
                “Jing.” Jongin memegang tangan Jiyoung yang memeluk tubuhnya, “Jangan membuatku khawatir lagi, ne?”
                “Mianhae!” teriak Jiyoung seraya mengencangkan pelukannya.
                “Berjanjilah jangan membuatku khawatir lagi. Jangan pernah keluar malam sendiri lagi, jika memang Sulli tak bisa menemanimu, bilanglah padaku. Aku pasti akan mengantarmu.” Jelas Jongin, Jiyoung hanya mengangguk.
                “Aku tak ingin menganggumu minggu ini, karena kau akan taruhan dengan Taemin sunbae. Tapi setelah aku mendengar apa yang dia bicarakan dengan Kibum sunbae tadi, sebaiknya kau membatalkan taruhan itu.” Jiyoung mencoba untuk meyakinkan Jonging, tapi Jongin hanya tersenyum.
                “Turunlah! Biar aku bisa melihat wajahmu.” Jiyoung menuruti perkataan Jongin dan berdiri dissampingya.
                “Batalkan! Ne?” Jiyoung memohon pada Jongin.
                “Memangnya seperti apa yang kau dengar?”
                “Entahlah, tapi apapun itu mereka akan mencelakaimu.”             
                “Dari dulu mereka ingin mencelakaiku, Jing.” Jongin tersenyum, meraih tangan bebas Jiyoung, “Dengar, semuanya akan baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya aku taruhan basket, kau harus percaya padaku dan doakan aku menang dalam pertandingan ini.”
                “Tapi...”
                “Sudahlah, semua akan berjalan baik-baik saja. Dan ingat, jika Taemin dan teman-temannya mengganggumu lagi kau harus cerita padaku.” Jiyoung hanya mengangguk. “Baiklah, kau boleh masuk sekarang.”
                “Tapi Jongin, aku khawatir.” Jiyoung memperlihatkan ekspresi yang membuat Jongin ingin memakannya. Gadis miliknya ini memang sangat istimewa.
                “Tenang saja Jing. Semua akan baik-baik saja. Tidur yang nyenyak, ne!” Jongin mengacak rambut Jiyoung. Jiyoung memeluk Jongin sekilas, kemudian Jongin berpamitan, dia melihat Jongin hingga hilang di kelokan. Menyimpan rasa khawatirnya yang begitu dalam. Jiyoung melangkah masuk dalam rumahnya.
***
                “Jongin-ah! Apa yang kau lakukan semalam?” Chanyeol berteriak ketika memasuki kelas Jongin, beberapa mata melihat mereka.
                “Ada apa hyung?” Sehun bertanya pada Chanyeol, Chanyeol tak menghiraukannya dan menatap Jongin menunggu jawaban darinya.
                “Kin Jongin, benarkah kau memukul Taemin semalam?” Baekhyun yang juga terlihat tak sabar ikut bertanya. Jongin hanya mengangguk.
                “Apa yang membuatmu memukulnya?” Kyungsoo yang kini duduk di depan Sehun juga ikut bertanya.
                “Hmm,, biar aku pikirkan hyung.” Jawab Jongin membuat semuanya ingin memakannya.
                “Yang benar saja kau memukul Taemin. Sudah kubilang jangan cari masalah dulu.” Sehun yang duduk di sebelahnya menatapnya tajam.
                “Benar, sebaiknya kita tidak membuat masalah duluan.” Kyungsoo bermain-main dengan buku tugas Sehun.
                “Mereka mengganggu Jiyoung semalam. Di jalan, Jiyoung sendiri dan Taemin itu bersama Kibum. Bagaimana bisa aku tak memukulnya!” Jongin menjawab dengan kesal.
                “Jiyoung?” Baekhyun tersedak minuman yang dibawanya tadi.
                “Jika urusannya dengan Jiyoung, harusnya aku membantumu memukulinya semalam.” Sehun berapi-api.
                “Sehun-ah jangan mulai.” Kyungsoo memperingatkan.
                “Jiyoung? Wah, kenapa kau melibatkannya? Jiyoung bisa menjadi sasaran mereka sekarang.” Chanyeol terlihat berpikir, dan kalimat teakhirnya membuat semuanya sadar, terutama Jongin, dia seperti dilempar dari lantai lima.
                “Aiiisshhh! Kenapa tak terpikirkan olehku hyung. Lalu bagaimana sekarang? mereka bisa saja menjadikan Jiyoung sebagai umpan.
                “Tapi sepertinya, Taemin sudah mengincar Jiyoung sejak dulu.” Baekhyun berargumen.
                “Tapi aku rasa Taemin tak akan berbuat macam-macam pada Jiyoung, ya kalian tau maksudku. Dia sosok yang sangat menghormati yeoja. Mungkin Jiyoung hanya di sekap atau semacamnya.” Jelas Kyungsoo yang sudah melihat ekspresi marah dan khawatir Jongin.
                “Yang kau khawatirkan tak akan terjadi. Aku tau Taemin tak akan berbuat kotor. Dia sebenarnya murid yang baik.” Jelas Chanyeol mencoba meredakan Jongin.
                “Dan mereka mulai mencari gara-gara menurutku. Bukan salah Jongin jika memukulnya, Taemin yang memulai semua ini.” Sehun berkata tepat ketika Jiyoung menghampiri mereka dengan wajah cerianya.
                “Annyeong, kalian semua ada apa?” Jiyoung tampak heran melihat wajah mereka yang menatapnya seakan Jiyoung ini merupakan orang paling menyedihkan di dunia. Jongin bangkit dari duduknya, memegang pundak Jiyoung.
                “Kau tidak boleh pergi sendiri mulai saat ini!”Jongin berkata kemudian memeluknya. Jiyoung yang tak mengerti maksudnya hanya diam. Jiyoung bisa melihat yang lainnya hanya pura-pura tak melihatnya dengan Jongin. Kyungsoo menyibukkan diri membaca buku Sehun, Baekhyun memainkan botol air minumnya, Chanyeol yang menyapa semua murid di kelas, hanya Sehun, Sehun dengan jelas sedang menatapnya.

                “Apa Jing? Jongin memukul Taemin oppa? Taemin oppa yang tampan itu?” Sulli mengguncang pundak Jiyoung.
                “Ya, siapa lagi kalau bukan Lee Taemin itu.”
                “Wah, beruntung sekali Jongin bisa menyentuh wajah Taemin oppa.” Sulli tersenyum, Jiyoung menatapnya aneh.
                “Kau boleh memukulnya jika dia kembali menggangguku Sulli-ah!” Jiyoung menghabiskan jus tomatnya. Kemudian Jiyoung terbatuk karena Sulli memukul punggungnya.
                “Lihatlah, itu Jung Krystal.” Jiyoung mengikuti arah mata Sulli. Jiyoung bisa melihat kecantikan gadis itu yang sungguh nyata. Jiyoung dengan sadar tau bahwa Krystal adalah mantan kekasih Jongin. Tapi mereka hanya berjalan beberapa bulan sebelum akhirnya Krystal bersama Minho.
                “Dia memang cantik.” Kata Jiyoung lirih.
                “Ya! Apa yang kau bicarakan? Kau iri denganya?” Sulli mulai menggoda Jiyoung.
                “Anio, dia memang cantik kan?”
                “Bagaimana jika Jongin kembali dengannya?”
                “Sulli! Jangan bicarakan itu lagi!” Jiyoung terlihat kesal dan justru itu yang membuat Sulli senang.
                “Oh ya, nanti sore pertandingan mereka kan?” Sulli menunjuk Jongin dan teman-teman dengan dagunya.
                “Hem, nanti sore. Kau berangkat dengan siapa?”
                “Aku berangkat sendiri, kau bersama Jongin kan?”
                “Ne, nanti hubungi aku jika kau sudah berangkat.”
***

Komentar

  1. Hola, I'm back. Highschool!AU, aku selalu suka teman ini :D
    Pertama waktu liat posternya, aku kira Sehun yang jadi pacarnya Jiyoung, tapi ternyata Kai. Mereka so sweet sekali disini, Kai-nya nakal-nakal romantis gitu, mau juga dong :3
    Taemin disini jadi bad boy yah, tumben. Tapi emang sih kalo lihat dari penampilan dia dan Kai sekarang, Taemin emang pantes jadi bad boy. Sehun kayaknya punya perasaan terpendam nih sama pacar sahabatnya. Andwae! Let KaiJing sails! Gonna go to next chapie ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hola...
      Abis liat Taemin di everybody, kaya cocok gitu jadi badboy. Ya di pakailah Taemin untuk karekter itu.
      Ayo nanti Jiyoung sama siapa? Kai atau Sehun. Just wait. :)

      Hapus
  2. Krystal ada mulu yak -_- berasa dihantui gitu, takut Jongin direbut ama dia, ahahaha. lanjut dulu :D

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gak ada Krystal gak greget eonn.. hehe :)

      Hapus
  4. Alur fict yg kaya gini favorit bgt..pertarungan tp melibatkan n memanfaatkan cinta.trus kai kliatan bgt sayang n cinta mati ma jjing
    Sehun apa dia suka jg ma jjing?wiiii pasti pasti pasti seru bgt deh
    Trus kata baekhyun, taemin ngincer jjing dr dulu?apa maksudnya mank udah suka dr dulu?gmn jimin knalan?n apa taemin n kai beda sekolah??

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah