Langsung ke konten utama

[FANFIC] When We Broke Up - Chap 4 (END)

 
 
 
When We Broke Up
Cast: Kim Jongin | Kang Jiyoung | Oh Sehun | Jung Krystal | Choi Sulli | Byun Baekhyun | Do Kyungsoo | Park Chanyeol | Kim Junmyeon a.k.a Suho | Lee Taemin | Kim Kibum | Choi Minho | Lee Jinki | Kim Jonghyun
 Pairing: KaiJing | HunJi
Lenght: Chapter
Genre: Romance, Comedy, School story, Friendship
 
Chapther 4 [END]
Semoga semua suka dengan endingnya. >_<
Bagi yang belum baca chapter sebelumnya silahkan cek link di bawah ini:
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-when-we-broke-up-chap-1.html
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-when-we-broke-up-chap-2.html
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-when-we-broke-up-chap-3.html

Saran: dengerin EXO - Don't Go | Peterpan dan Teentop - Love Fool | Date
Happy read all!!! jangan lupa comment! >_<




Sehun menunggu Jiyoung selesai memasukkan semua buku pada tasnya, dengan isyarat pelan Jiyoung memberitahu Sehun bahwa dia sudah siap.
                “Mau kemana kita sebenarnya?” Jiyoung mendongak pada Sehun yang berjalan di sebelahnya.
                “Makan siang, kau lapar kan?”
                “Ne, ide bagus kau mengajakku makan siang.” Jiyoung lega setidaknya sebentar lagi perutnya akan terisi. Jiyoung jarang pulang bersama Sulli sekarang, Jiyoung rasa Sulli punya sesuatu yang sangat pnting untuk dilakukan.
                Sehun mengajaknya makan di sebuah kedai, kedai itu sangat nyaman bagi Jiyoung. Jiyoung dan Sehun segera memesan makanan dan kemudian melanjutkan obrolan hangat mereka. Sesekali Jiyoung tertawa mendengar lelucon Sehun, Jiyoung pikir diantara teman-temannya Sehun orang yang paling diam, tapi setelah mengenalnya Sehun sama sekali bukan sosok pendiam.Mereka terus bergurau seraya mulai menyantap makanan mereka. Untuk pertama kalinya, Jiyoung melupakan sakit hatinya.
                “Huwah! Aku suka makanan disini Sehun-ah!” Jiyoung sudah menyelesaikan makannya, sedangkan Sehun yang menunggu Jiyoung menghabiskan makannya tersenyum bisa melihat gadis itu ceria lagi.
                “Siapa untuk perjalanan selanjutnya?”
                “Heh? Kau ingin mengajakku kemana?”
                “Kau akan segera tau!” Sehun menarik tangan Jiyoung dan segera mengajaknya untuk berkeliling.
                Sehun mengajak Jiyoung untuk sekedar jalan-jalan, berhenti di toko satu ke toko lainnya untuk melihat. Jiyoung dengan antusian melihat berbagai pernak-pernik lucu. Melihat itu, Sehun membelikan beberapa untuk Jiyoung.
                “Gomawo Sehun-ah! Sebenarnya ada apa ini? apa kau ulang tahun?” tanya Jiyoung ketika Sehun menyerahkan berbagai pita rambut pada Jiyoung.
                Eh? Ulangtahun? Aku menyukaimu Jing! Jawab Sehun dalam hati.
                “Aku hanya ingin saja, ayo lanjutkan perjalanan!” Sehun menarik tangan Jiyoung untuk kembali menyusuri jalanan ramai itu. Sehun sudah tidak tau berapa kali Jiyoung berteriak, mengajaknya untuk melihat apa yang dia tunjuk, diseret kesana kemari oleh Jiyoung, apapun itu Sehun tetap menyukainya.
                “Jing Jing, lihat! Jus tomat!” Sehun memberitahu Jiyoung ada sebuah konter jus disana. Jiyoung tersenyum penuh arti dan mengajak Sehun kesana.
                “Kau tau aku menyukai tomat?”
                “Tentu saja, kau bisa berkali-kali membelinya di kantin.” Mereka melanjutkan perjalanan dengan jus ditangan mereka. Hari sudah semakin sore tapi mereka sama sekali tidak merasa kelelahan. Jiyoung mengajak Sehun untuk duduk di sebuah bangku disana.
                “Kau senang?” tanya Sehun dan hanya di jawab anggukan oleh Jiyoung. “Lupakan saja semuanya itu!” meskipun Sehun hanya bicara seperti itu, tapi Jiyoung tau kemana arah pembicaraan itu. Pasti masalah Jongin.
                “Sudahlah aku tidak ingin membahasnya.” Jawab Jiyoung singkat.
                “Baiklah, jika aku jadi Jongin hyung aku tidak akan berbuat seperti itu.” Jiyoung menoleh seketika, melihat Sehun yang lurus memandang kedepan. Anak ini??
                “Aiiishh!” tiba-tiba Jiyoung mengucek matanya.
                “Wae?”
                “Ada yang masuk!” Jiyoung masih menguceknya, Sehun menahan tangan Jiyoung agar dia berhenti menguceknya.
                “Jangan seperti itu!” Sehun mendekatkan wajahnya dan meniup mata Jiyoung. Siapa saja yang beridi di belakang Jiyoung atau Sehun pasti mengira mereka sedang berciuman.
                “Kang Jiyoung!” seseorang di belakang Jiyoung memanggilnya, Jiyoung menoleh untuk mencari tau siapa yang memanggilnya.
                “Jung Krystal?” Jiyoung heran melihat Krystal terlihat kaget melihatnya dan Sehun.
                “Kenapa kau dan Sehun?” Krystal menatap mereka.
                “Ayo pergi Jing!” Sehun menyeret Jiyoung, Sehun tidak ingin melihat Jiyoung sedih gara-gara Krystal. Tapi Krystal tetap berteriak pada mereka.
                “Jinyoung-ah, ada yang harus aku katakan padamu!” teriak Krystal, tapi Jiyoung sudah tidak ingin melihatnya. Melihat Krystal membuautnya sakit hati.
***
                Sehun memainkan ponsel di ponselnya ketika Kyungsoo dan Baekhyun datang membawa makanan. Chanyeol yang mendengar kedatangan mereka langsung bersemangat.
                “Dimana Jongin?” tanya Kyungsoo pada Sehun, Sehun hanya menggeleng.
                “Apa kalian masih bertengkar?” tanya Baekhyun seenaknya, dan Sehun hanya diam.
                “aiiissh. Bagaimana bisa kalian menyukai gadis yang sama?” Chanyeol mengeluh seraya memakan pizza yang dibawa Baekhyun.
                “Jika bukan karena taruhan konyol itu, semuanya tidak akan seperti ini. Kau tau bagaimana perkembangan taruhan itu?” Kyungsoo duduk di lantai dan bersandar pada sofa.
                “Entahlah, tapi seingatku Jongin tidak berhasil membuat Taemin mengganti taruhannya. Bahakan Taemin menolak tawaran Jongin utnuk menjadi budaknya.” Jelas Chanyeol.
                “Dan tadi pagi Jongin memberitahuku bahwa sore ini dia dan Taemin akan bertarung.” Jawan Baekhyun santai, namun berhasil membuat Sehun, Kyungsoo dan Chanyeol kaget.
                “Apa kau bilang hyung?” tanya Sehun.
                “Ya, sore ini mereka akan bertarung.” Baekhyun kembali menggigit pizzanya. “APA? HARI INI MEREKA BERTARUNG? BERKELAHI? OH TIDAK, INI SUDAH MALAM. BAGAIMANA NASIB JONGIN! AKU LUPA!” Baekhhyun melempar pizzanya sembarangan.
                “Bagaimana kau ini hyung!” protes Sehun. Keempat orang itu langsung bangkit, menuu mobil dan menghampiri Jongin yang entahlah bagaimana kabarnya.
                “Kita harus berdoa semoga Jongin baik-baik saja!” Kata Chanyeol yang mengemudi mobil.
                “Tuhan, lindungi Jongin. Jika terjadi apa-apa dengannya aku adalah orang yang menyebabkan itu.” Baekhyun berdoa, dia benar-benar merasa bodoh karena lupa akan itu. mereka menuju belakang lapangan indoor sekolah, dan benar saja mereka bisa melihat Jongin tersungkur disana. Lima lawan satu?!?!?! Sehebat apapun Jongin dalam berkelahi dia pasti kalah.
                “Hei hei hei, apa yang kalian lakukan!!” Kyungsoo berteriak membuat Taemin dan teman-temannya menghentikan aksi seru mereka menendangi Jongin yang hanya diam di tanah.
                “APA KALIAN BENAR-BENAR NAMJA? KENAPA KALIAN MENGEROYOK JONGIN? DASAR BANCI!” Baekhyun berlari membuat kerumunan itu menjauh dari Jongin.
                “Berhubung temanmu sudah datang, akan meninggalkanmu.” Kata Kibum membungkuk pada Jongin.
                “Kami tak tega meninggalkannya disini sendiri. Jadi urulah teman kalian ini.” kata Taemin, membuat Chanyeol melempar sepatunya dan tepat pada mulut Taemin yang sedang tertawa.
                “HAHAHA! Bagaimana rasanya? Aku tidak yakin sepatuku itu bersih!” kata Chanyeol membuat taemin murka.
                “Cepatlah pergi, karena guru akan datang tak lama lagi!” ancam Sehun berhasil membuat Taemin dan teman-temannya kabur tanpa bisa membalas lemparan sepatu Chanyeol.
                “Jongin-ah gwenchana?” Kyungsoo menguncang tubuh Jongin, Jongin hanya mendesah kesakitan. Keadaan Jongin benar-benar buruk, memar dimana-mana, ujung bibir dan hidungnya berdarah. Siapapun yang melihatnya akan merasa iba.
                “Jongin-ah maafkan aku.” Baekhyun membantu Jongin agar bisa duduk.
                “Hyung, sebaiknya kita cepat ke rumah sakit.” Sehun menyadarkan semuanya dan segera membawa Jongin ke rumah sakit.
               
                Mereka membawa Jongin ke rumah Sehun setelah dari rumah sakit. Mereka tidak ingin orang tuanya shock melihat anak laki-laki satu-satunya itu babak belur. Dan beruntung orang tusa Sehun sedang di luar kota, jadi mereka berlima memutuskan untuk menginap di rumah Sehun.
                Jongin tidur di kamar Sehun, dan yang lain duduk mengelilinginya merasa kasihan sekaligus bersalah. Mereka semuanya diam, merasa bodoh, bagaimana bisa membiarkan Jongin berkelahi dengan tidak fair seperti itu. Ponsel Jongin berkali-kali berbunyi, tapi tidak ada yang menyentuhnya karena panggilan itu dari Krystal.
                “Jing....” Jongin mengigau dalam tidurnya. Yang lain segera mendekat pada Jongin.
                “Jongin-ah?” Chanyeol memanggilnya pelan, perlahan Jongin membuka matanya, Chanyeol, Baekhyun, Kyungsoo dan Sehun bernapas lega.
                “Akhirnya kau bangun.” Kata Baekhyun.
                “Kenapa rasanya sakit sekali?” Jongin berkata pelan, menyaadari tubuhnya sudah di gerakkan.
                “Ya, memang sepertinya sangat sakit. Kau istirahat dulu saja. Ini tengah malam.” Jelas Kyungsoo.
                “Ponselku berbunyi?” tanya Jongin, Sehun menyerahkan ponsel itu. Jongin membaca semua pesan yang masuk disana. Beberapa kali matany terbelalak tak percaya. Dia baca semua pesan itu berulang kali. Kemudian Jongin melemparnya sembarangan, ponsel itu menghantam meja belajar Sehun.
                “Wae wae wae?” Baekhyun kaget dengan Jongin yang tiba-tiba marah.
                “Kau kenapa?” Chanyeol memegang pundak Jongin yang naik turun.
                “Apa mereka akan membuatmu babak belur lagi?” tanya Kyungsoo.
                “APA YANG KAU LAKUKAN PADA JIYOUNGKU???” Jongin menarik bagian depan kaos Sehun, meskipun dia terlihat lemah, tapi Jongin cukup kuat untuk sekedar menarik kaos itu.
                “Apa maksudmu hyung?” Sehun terlihat lebih kaget lagi.
                “KAU MENCIUMNYA EOH? KAU INGIN MATI? HA? APA YANG KAU LAKUKAN?” Jongin terlihat frustasi. Chanyeol mencoba memisahkan Jongin dari Sehun, Kyungsso memegang tangan Sehun agar tidak menyerang Jongin sedangkan Baekhyun mencoba membantu Chanyeol untuk menarik Jongin.
                “Anio, kau salah paham hyung!” jawab Sehun.
                “KENAPA KAU MENDEKATI JIYOUNG? KAU TAU AKU SANGAT MENYUKAINYA!”
                “Kau juga tau aku juga menyukainya! Aku sudah bilang dari awal kan hyung, jangan lakukan taruhan itu! Aku siap membantumu! Tapi apa??? Kau malah menyetujuinya! KAU MEMBUAT JIYOUNG TERLUKA! APA KAU TAU?” Sehun ikut teriak sekarang. Kyungsoo berusaha tatap memegang tangan Sehun.
                “BODOH, JIKA AKU TIDAK MELAKUKANNYA TAEMIN AKAN MENYERANG JIYOUNG! LAGI PULA AKU TIDAK BENAR-BENAR KEMBALI PADA KRYSTAL! KARENA KRYSTAL SUDAH TIDAK MENYUKAIKU!” Jongin berteriak, membuat telingga Baekhyun mendengung.
                “ITU URUSANMU HYUNG! YANG PALING PENTING PERASAAN JIYOUNG. JIYOUNG MENAGIS SETIAP HARI GARA-GARA KAU DAN JUNG ITU!”
                “KALIAN SEMUA TIDAK TAU RENCANAKU DENGAN KRYSTAL! KALIAN SEMUA MENYALAHKANNKU TANPA TAU YANG SEBENARNYA!” Jongin memukul wajah Sehun ketika Chanyeol melepasnya sesaat.
                “YA YA YA! SUDAH HENTIKAN!” Baekhyun mendorong Sehun agar turun dari ranjang. Kyungsoo menyeret Sehun untuk keluar kamar di bantu oleh Baekhyun.
                “Lukamu belum sembuh, kenapa kau sudah ingin berkelahi lagi.” Chanyeol berkata seraya mencoba menenangkan Jongin.
                “Jiyoung hyung, JIYOUNG!” rengek Jongin. Semuanya sudah tau, meskipun Jongin jago dalam hal berkelahi dan kegiatan namja lainnya, efek mempunyai dua kakak perempuan menjadikannya sedikit manja di waktu tertentu.
                “Sudahlah aku yakin Jiyoung juga sangat menyukaimu.” Chanyeol mengambil es untuk mengompres kaki Jongin yang bengkak.
                “Tapi Sehun hyung! Dia mencium Jiyoungku! Andwe!!!” Jongin menghentakkan kakinya di atas ranjang dan “AAAAAAAAHH! ITU SAKIT SEKALI!” Jongin menyadari kakinya masih sakit dan sekarang sibuk mengumpat karena kakinya sakit.
                “Sudah diamlah dan kembali tidur. Rumah Sehun sangat sepi tadi, tapi berubah setelah kau bangun!” Jongin hanya diam mendengar Chanyeol.
***
                Paginya, Sehun dan Jongin sama sekali tidak bertegur sapa. Kyungsoo memasak untuk sarapan mereka. Chanyeol dan Baekhyun membantu Jongin berjalan, dan semua persiapannya sekolah. Sebenarnya semua melarang Jongin pergi ke sekolah, tapi Jongin tetap bersikeras.
                “Di sekolah aku bisa bertemu Jiyoung hyung!” protesnya setiap kali ada orang menyuruhnya untuk di rumah saja. Dan yang lain hanya menurut saja. Mereka segera berangkat setelah selesai mengisi perut mereka.
                Baekhyun dan Chanyeol membantu Jongin berjalan, Sehun dan Kyungsoo berjalan di belakangnya. Jongin bisa melihat Jiyoung sedang asik berdiskusi dengan Sulli, Jongin berharap Jiyoung melihatnya, mengkhawatirkannya, membantunya berjalan, memberinya minum, memeluknya, memegang tangannya dan hal lainnya yang biasa mereka lakukan. Tapi mungkinkah Jiyoung masih mau menerimanya? Bukankah Sehun selalu ada untuknya selama ini?
                Jongin bisa melihat Sulli memberi isyarat kedatangan Jongin pada Jiyoung. Sayangnya Jiyoung sama sekali tidak melihat ke arahnya, Jongin merasa sangat sedih.
                “Kau duduk dengan Sehun kan?” tanya Chanyeol.
                “Tidak, aku duduk disana.” Jongin menunjuk bangku pojok dan ada Kim Kiman disana. Semua tau Kim Kiman si aneh itu.
                “Kau duduk dengan Kim Kiman? Aiishh! Jongin-ah, jika aku jadi kau aku akan bertahan dengan Sehun.” Baekhyun terlihat ngeri, namun Jongin tidak peduli.
                “Sudah kalian pergi saja!” kata Jongin setelah dia sudah duduk, Kim Kiman tersenyum miring pada Chanyeol dan Baekhyun khas orang sinting.
                “Aku harap kau baik-baik saja selama duduk dengannya!” Kyungsoo melambai pada Jongin dan pergi ke kelasnya bersama Chanyeol dan Baekhyun.
                Jongin terus menatap punggung Jiyoung, berharap gadis itu menoleh ke arahnya. Menoleh saja cukup Jing! Tapi Jiyoung tidak menunjukkan gerak gerik akan menoleh.
                “Kau sudah putus dengan Kang Jiyoung itu?” tanya Kim Kiman yang sedari tadi melihat Jongin gundah.
                “Apa kau bilang? Tidak!” elak Jongin, terlihat sedikit kesal. Dia tidak menerima kenyataan saat Jiyoung memutuskannya waktu itu.
                “Kenapa kalian tidak lagi bersama? Aku lihat dia terlihat nyaman dengan Oh Sehun!” kata Kim Kiman tanpa memikirkan perasaan Jongin. Hatinya terbakar, apalagi melihat ekspresi Kim Kiman yang seakan tak bersalah, dia tetap menunjukkan senyum sintingnya itu.
                “Kenapa kau sangat menyebalkan?” Jongin memukul kepala Kim Kiman, anehnya namja itu malah tertawa.
                “Kekekeke, Kim Jongin marah!”
                Heh? Namja ini benar-beanr aneh. Jongin menyesal sudah duduk disini untuk beberapa hari, Sehun kenapa kau tak menawariku untuk duduk denganmu lagi? Meskipun dia sedang tidak akur dengan Sehun, Sehun tetap jauuuuuuuuuuuuuh lebih baik dari Kim Kiman makhluk aneh ini.
                “Terserah kau saja, kau pikir iru lucu?” Jongin mencoba untuk tidak memedulikannya, dan hasilnya Kim Kiman makin teratwa keras.
                “Kau memang sangat lucu Kim Jongin!” Jongin berpikir, mungkin Kim Kiman benar-benar sinting, apa lagi selama ini dia selalu duduk sendiri, dia tak punya teman, mungkin kehadiran Jongin sebagai teman sebangkunya membuatnya bahagia. Jongin menunjukkan gesture ingin muntah, dan parahnya tawa Kim Kiman makin keras, sehingga seisi kelas melihat ke arah mereka. Jongin sangat malu, Kim Jongin yang keren bisa membuat Kim Kiman tertawa seperi orang gila. Mungkin beberapa orang akan menganggap Jongin sinting juga. Jongin tidak mau itu.
                “Kau terlihat sangat akrab dengannya Jongin-ah!” teman sekelasnya berkata dan membuat seisi kelas tertawa, tapi tak mengalahkan tawa Kim Kiman yang semakin menjadi-jadi. Rasanya Jongin ingin pergi dari kelas saat itu juga. Tapi, Jiyoung menoleh ke arahnya. Oh! Jiyoung menoleh padanya! Jongin tiba-tiba menjadi sangat bersemangat. Gara-gara tawa Kim Kiman Jiyoung melihatnya. Yah meskipun banyak memar dan luka di wajahnya, itu tidak mengurangi ketampanannya bukan?
                “Kekekeke. Mereka bilang kita akran Jongin! Kekekeke” Kim Kiman berkata di sela tawanya seraya memukul pundak Jongin. Jongin yang pada saat itu setengah tidak sadar karena Jiyoung baru saja menoleh padanya, membuat tubuh Jongin tidak sekuat biasanya. Jongin jatuh kesamping, lengan kanannya membentur lantai dan membuat memarnya disana menjerit. Parahnya lagi, kaki Jongin terantuk meja dengan keras, bahkan pada saat tubuhnya sudah d lantai kakinya tersangkut kaki meja.
                “AAARRGGHHH!” Jongin menjerit kesakitan. Kim Kiman makin tertawa keras, seisi kelas ricuh. Mata Jongin berair karena rasa sakit yang amat sangat, dia tidak mampu bangkit, sibuk merasakan sakitnya.
                Tiba-tiba seseorang membantunya untuk bangun, Jongin merasa sangat berterimakasih. Di antara teman-temannya yang sibuk tertawa, ada orang yang mau membantunya. Mungkin mereka pikir Jongin hanya bergurau, tapi ini sungguh! Tubuhnya penuh luka! Dia butuh bantuan.
                “Aiiisshh! Ini sangat sakit!” runtuk Jongin ketika menggerakkan kakinya.
                “Kau memang seharusnya istirahat di rumah Hyung!”
                “Eh?” Jongin baru sadar Sehun sedang membantunya sekarang. Meskipun mereka sedang tak akur, sebenarnya keduanya masih saling peduli, karena mereka teman, ah tidak mereka bersahabat.
                “Gomawo-gomawo.” Kata Jongin kembali duduk di kursinya.
                “Sebaiknya kau kembali saja.” Sehun mengambil tas Jongin dan meletakkannya di meja sebelah meja Sehun kemudian kembali untuk memapah Jongin.
                “Jongin-ah, sebenarnya kau kenapa?” tanya Sulli ketika sadar Sehun memapahnya.
                “Kecelakaan!” jawab Jongin singkat, apa mereka tidak bisa melihat memar di wajahku?
                “Eh? Kecelakaan?” Sulli berdiri untuk menghampirinya, dan demi apa Jongin yakin baru saja dia melihat ekspresi khawatir Jiyoung. Ya meskipun Jiyoung tidak mengahmpirinya seperti yang dilakukan Sulli, Jongin tetap bahagia.

                Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dan Jongin sedih karena hari ini Jiyoung tak juga menyapanya. Jongin hanya diam di bangkunya ketika kelas mulai sepi, dan sampai Jiyoung benar-benar keluar kelas tanpa melihatnya. Sehun menunggunya untuk sadar.
                “Sudah hyung?” tanya Sehun pada Jongin.
                “Apa?” tanya Jongin bodoh.
                “Jiyoung sudah pulang, kau mau tetap disini?”
                “Tentu saja tidak.” Jongin bangkit dan Sehun kembali memapahnya. Mereka sampai lapangan ketika tiba-tiba Sehun berkata
                “Mianhae hyung!” kata Sehun tiba-tiba.
                “Untuk apa?”
                “Maaf untuk semuanya. Dan masalah semalam, jujur saja aku tiadk pernah mencium Jiyoung. Kau salah paham! Kau dapat berita darimana?” tanya Sehun.
                “Krystal, dia mengikutimu dan Jiyoung. Atas perintahku!”
                “Mwo? Ah, aku ingat, kemarin aku dan jiyoung bertemu dengan Jung itu. tapi berita yang disampaikan padamu salah besar!” Sehun mencoba meyakinkan Jongin.
                “Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” tanya Jongin seraya menatap Sehun tajam.
                “Tentu saja kau harus percaya padaku karena aku tidak melakukannya!” Sehun protes.
                “Ya beri aku alasannya!” Jongin mulai berteriak. Sehun hanya diam, dia menatap ke arah belakang Jongin. Jongin yang penasaran ikut berbalik dan betapa kagetnya Jongin karena tiba-tiba Jiyoung sudah menghambur di pelukannya.
                “AARRGHH! JING!” teriak Jongin, Jiyoung mengeratkan pelukannya. “Kenapa kau makin mengeratkannya Jing? Itu sakit Jing!” mata Jongin berair, dia bisa melihat Jiyoung di hadapannya sekarang, dan baru saja dia memeluknya. Iya! Jiyong memeluknya!
                “Jongin-ah! Kenapa kau sangat bodoh?” Jiyoung berkata, matanya berair menahan tangis, Jongin mengambil tangan Jiyoung yang bebas, menggenggamnya lembut.
                “Jing mianhae! Aku tau kau pasti sangat membenciku sekarang. Tapi kau harus tau, aku sangat menyukaimu Jing!” Jongin berkata membuat airmata Jiyoung tumpah.
                “Aku sudah tau semuanya.” Kata Jiyoung, dia tersenyum.
                “Eh? Bagaimana bisa?” Jongin mengerutkan keningnya.
                “Jongin-ah!” Krystal yang menghampiri mereka tersenyum, “Aku sudah mejelaskannya pada Jiyoung!” teriaknya lagi. Jongin bernapas lega.
                “Mianhae Jongin-ah, mianhae saranghae!” kata Jiyoung kembali memeluk Jongin.
                “Arrghh! Jing sudah aku bilang itu sakit!” teriak Jongin.
                “Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kecelakaan macam apa ini?” Jiyoung jinjit untuk melihat wajah Jongin yang penuh memar.
                “Dia tidak kecelakaan Jing!” sergah Sehun yang bersadar pada ring basket, tersenyum padanya.
                “Sehun-ah diamlah!” ancam Jongin.
                “Sudahlah Jongin-ah! Tidak ada yang perlu ditutupi sekarang!” Krystal berkata, seraya berjalan dan beridir di sebelah Jiyoung.
                “Tidak, ini hanya kecelakaan biasa Jing.” Jongin mencoba tersenyum.
                “Tidak, dia menghampiri Taemin untuk berkelahi. Sayangnya Taemin membawa keempat temannya dan Jongin hanya sendiri. Beginilah hasilnya.” Kata Sehun santai, Jongin tersenyum bodoh pada Jiyoung.
                “Jongin-ah, apa yang kau pikirkan?” Jiyoung menghampiri Jongin.
                “Aku sangat kesal dengan Taemin itu. Apa kau tau, jika aku tidak melakukan taruhan itu dia akan menyerangmu dan aku tidak mau itu terjadi!” jelas Jongin, “Awalnya Jung itu ingin mengikuti aturan Taemin, tapi setelah aku cerita bagaimana perasaanku padamu dia jadi sadar dan mau membantuku. Aku berusaha untuk segera mengakhiri taruhan konyol itu Jing.”
                Jongin merasa lelah dengan posisi berdirinya, tapi dia tetap melanjutkan bercerita, “ Sampai akhirnya kemarin aku sangat kesal dan aku menantangnya untuk berkelahi. Jika aku menang, aku tidak perlu melakukan itu lagi! Tapi sayangnya aku kalah.” Jongin tertunduk.
                “Tapi tenang, aku sudah meminta Taemin mengakhirinya. Dan dia setuju, aku bilang padanya jika Taemin tidak menyudahinya kau akan melapor pada guru masalah pengeroyokan kemarin sore.” Jelas Krystal dan membuat Jongin tersenyum lebar.
                “BENARKAH? Aa! Gomawo Jung!”kata Jongin yang hanya di balas senyum oleh Krystal.
                “YA!” Sulli berteriak sambil berlari ke arah mereka, di belakang Sulli terlihat Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo.
                “Apa kita meninggalkan sesuatu?” Baekhyun berteriak.
                “Jongin, Taemin sudah mengakhiri taruhan itu. kau sudah bebas!” kata Chanyeol ceria.
                “Ya aku sudah tau hyung!” jawab Jongin.
                “Bagaimana bisa?” tanya Kyungsoo bingung.
                “Kalian harus berterimakasih padaku!” kata Krystal ceria, tapi hening, semuanya masih bingung.
                “Bagaimana bisa Jiyoung, Jongin, Sehun dan Krystal ada di satu tempat? Kalian tak berniat saling membunuh kan?” Baekhyun menatap ngeri pada empat orang itu.
                “Untuk apa aku melakukan itu?” protes Krystal, “Asal kalian tau, aku tidak menyukai Jongin. Yang kemarin-kemarin itu hanya skenario Taemin oppa!”
                “HUEK! Kau memanggilnya oppa!” kata Chanyeol dan segera mendapat peukulan dari Sulli.
                “Sudahlah Jung, lihatlah pacarmu sudah menunggu!” Jongin memberi isyarat dimana ada seorang murid laki-laki yang terlihat berjalan ke arah mereka.
                “SUHO SUNBAENIM?” teriak Semuanya kecuali Jongin dan Krystal.
                “Suho sunbae anak profesor itu?”
                “Suho sunbae yang tampan itu?”
                “Suho sunbae yang kaya itu?”
                Suho sunbae yang ramah itu?”
                “Iya itu Suho sunbae!”
                “Annyeong, kalian sedang apa di lapangan seperti ini?” tanya Suho ramah ektika dia sudah dekat.
                “Kita berencana saling membunuh!” jawab Baekhyun asal dan disambut tawa yang lainnya. Jongin ingat semalam dia ingin membunuh Sehun, dan sekarang, dia rasa dia tak perlu melakukan itu.
                “Baiklah semuanya, aku pergi dulu. Annyeong!” Krystal dan Suho pamit. Mereka masih tercengang. Krystal itu...
                “Aku rasa kakiku tidak bisa berjalan, ini semua gara-gara Kim Kiman!” runtuk Jongin.
                “Salah siapa kau duduk dengannya, aku takut kau tertular sinting!” sergah Kyungsoo pada Jongin.
                “Sebentar, kalian semua sudah baikan kan?” Baekhyun melihat Jongin, Jiyoung dan Sehun.
                “Kami tidak pernah bertengkar.” Jawab Sehun seraya berjalan, dan kemudian semua mengikutinya. Jiyoung memapah Jongin utnuk berjalan, dan itu berhasil membuat Jioyung berkeringat karena Jongin cukup berat.
                “Biar Chanyeol hyung saja yang memapahku!” kata Jongin melihat Jiyoung kelelahan.
                “Anio anio, kau diam saja!” jawab Jiyoung.
                “Ah, sepertinya Chanyeol hyung tak bisa memapahku. Lihat!” Jiyoung bisa melihat tangan Chanyeol dan Sulli saling terkait. He? Apa ini? kenapa Sulli tidak bercerita padanya?
                “Mereka..”
                “Mungkin..” jawab Jongin seraya tersenyum.
                “Maaf kita harus berpisah disini ne!” kata Chanyeol ketika mereka sampai gerbang.
                “Kalian mau kemana?” tanya Jiyoung.
                “Biar saja, itu menjadi urusan pasangan baru itu.” kata Baekhyun membuat wajah Sulli memerah.
                “Kenapa kau tidak cerita padaku Sulli-ah!” protes Jiyoung.
                “Mianhae, tapi aku tak tega melihatmu beberapa terakhir gara-gara Kkamjong itu!” jawab Sulli, Jiyoung hanya tersenyum.
                “Apa yang kau bilang Choi?”
                “Berhentilah memanggil margaku Kkamjong!” Sulli membalasnya.
                “Sudah-sudah, annyeong!” Chanyeol menarik Sulli untuk memisahkan diri dengan mereka.
                “Sebentar, bagaimana nasib kita? Tadi pagi kita naik mobil Chanyeol, sekarang???” Baekhyun menyadarinya. Dan mereka terpaksa naik bus menuju rumah Sehun, mengingat barang mereka masih disana. Jiyoung juga ikut ke rumah Sehun.
                Selama di bus Jongin membiarkan kepala Jiyoung bersandar di pundaknya. Mendengarkan semua cerita kekesalan Jiyoung ketika melihatnya bersama Krystal. Jongin mendengarkannya dengan seksama, dan itu membuat Jongin merasa bersalah.
                “Tapi setelah melihatmu seperti ini, aku jadi merasa bersalah. Kau juga berkorban untukku.” Jiyoung menggenggam kedua tangan Jongin, dia berdoa semoga tidak ada kejadian seperti itu lagi.
                “Saranghae Jing!” Jongin mendorong tubuh Jiyoung agar tidak lagi menyandar padanya, kemudian Jongin mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Jiyoung lembut.

                Jiyoung membereskan semua barang Jongin yang ada di rumah Sehun. Setelah selesai dia membantu Kyungsoo memasak seraya mengobrol hangat. Jongin hanya duduk di depan TV, dia masih belum bisa bergerak bebas. Seandainya saja keadaannya tak seperti itu, dia pasti sudah loncat kesana kemari sekarang.
                Kyungsoo menata piring di meja, sedangkan Jiyoung masih di dapur. Sehun menghampirinya.
                “Jing!”
                “Ne, Sehun-ah!” jawab Jiyoung sambil masih sibuk dengan masakannya.
                “Kau sudah kembali sekarang. Tetaplah seperti itu.” kata Sehun, Jiyoung jadi merasa bersalah pada Sehun. Sehun lah yang selama ini ada di sampingnya.
                “Ne, gomawo Sehun-ah!” Jiyoung tersenyum.
                “Boleh aku memelukmu? Untuk yang terkahir, sebagai orang yang mencintaimu!” kata Sehun membuat Jiyoung terpaku di tempatnya. Sehun menghampirinya, memegang pundak Jiyoung sehingga Jiyoung berhadapan dengannya sekarang.
                “Ijinkan untuk terakhir kalinya aku memelukmu sebagai orang yang mencintaimu. Setelah ini, aku akan memelukmu sebagai sahabatmu!” Sehun memeluk Jiyoung, Jiyoung tidak tau apa yang harus dia lakukan, tapi Jiyoung membalas pelukan itu.
                “Mianhae, gomawo Sehun-ah!”
                “Bahagialah dengan Jongin hyung. Dia sangat mencintaimu!”
                “Ya! Sehun-ah jangan terlalu lama!” Jongin berjalan ke arah mereka, Sehun melepas pelukannya dan melihat Jongin terlihat susah berjalan. Sehun terawa,
                “Butuh bantuan hyung?” tawar Sehun menghampiri Jongin.
                “Ya, kau kan budakku!” jawab Jongin asal.
                “Sudah ku bilang kau duduk saja!” kata Jiyoung melihat Jongin berjalan di bantu Sehun.
                “Tidak-tidak, aku ingin melihatmu memasak! Ah ya, yang tadi itu yang terakhir Sehun-ah! Jangan lakukan itu lagi!” Sehun tertawa mendegar Jongin.
                “Ara hyung!”
***
                “Sebenarnya kalung siapa ini?” Jiyoung mengambil kalung di kamar Jongin yang dia temukan dulu.
                “kalung? Ha?” Jongin melihat kalung berinisial JK di tangan Jiyoung. “Oh itu...”
                “Jung Krystal kan?”
                “Bukan, itu Jiyoung Kang.” Jawab Jongin santai.
                “Sejak kapan margaku ada di belakang?” protes Jiyoung, Jiyoung mengangkat kalung itu sejajar dengan wajah Jongin.
                “Sejak aku menyebutkannya, itu Jiyoung Kang dan Jongin Kim.” Bela Jongin lagi. Jiyoung terkikik mendengar jawaban Jongin. Sebenarnya Jiyoung tau itu pasti kalung ketika Jongin masih bersama Krystal.
                “Kalau memang ini Jiyoung Kang, pakai ini!” tantang Jiyoung. Jongin terlihat berpikir.
                “Jangan, ini di buang saja!” Jongin merebutnya kemudian membuka jendela kamarnya dan melempar kalung itu. “Aku bahkan tidak ingat pernah memilikinya Jing. Kalung itu disini bukan berati aku masih menyimpannya.”
                “Aku pikir kau masih melihatnya setiap kali pergi tidur.” Jawab Jiyoung sengak, Jiyoung kembali menyusuri meja belajar Jongin.
                “Apa lagi yang kau cari?” Jongin berdiri di belakang Jiyoung yang sedang sibuk melihat laci Jongin.
                “Wah, kau mencetak semua foto kita?” Jiyoung melihat tumpukan foto mereka berdua.
                “Wah kenapa kau terlhat sangat bahagia?” goda Jongin membuat Jiyoung menutup laci dengan keras. Kemudian Jiyoung beralih pada almari Jongin.
                “Boleh kubuka yang ini?” tanya Jiyoung tersenyum jahil.
                “Ya! Jangan, ada yang seharusnya tak boleh kau lihat disana!” Jongin menyeret Jiyoung untuk keluar kamar. “Ayo pergi, aku bosan!”

                Jongin mengajak Jiyoung ke taman kota sore itu, untuk sekedar menikmati sore. Jongin menggandeng tangan Jiyoung, sesekali berhenti untuk merusak rambut Jiyoung yang sudah ditata serapi mungkin oleh Jiyoung.
                “Bisakah kau tidak mengacak rambutku?” Jiyoung terlihal kesal, dia kembali merapikannya dan membuat Jongin tertawa.
                “Haha. Kemari Jing!” Jongin meminta Jiyoung untuk kembali mendekat, Jiyoung menurutinya sambil mengerucutkan bibirnya. Jongin merangkul Jiyoung, menikmati hembusan sore itu; angin membuat poni Jiyoung berantakkan, melihat itu Jongin kembali tersenyum jahil.
                “Sudah lepas saja ikatannya!” Jongin menarik pita yang mengikat rambut Jiyoung dan membuat rambut Jiyoung berantakkan karena angin.
                “Jongin-ah!!!” Jiyoung brteriak, Jongin menjauh dari Jiyoung sambil terus tertawa. Jiyoung mengejarnya dengan kesal. Tapi dasar Jongin, dia tidak pernah bosan untuk menggoda Jiyoung.
                “Berhenti!” Jiyoung menaggil Jongin yang hanya berjalan cepat menghindari Jiyoung. Kemudian Jiyoung berlari mengejarnya dan menarik bagian belakang jaket Jongin. “Dapat!”
                “Kau marah Jing?” tanya Jongin melihat Jiyoung terus mengerucutkan bibirnya.
                “Kenapa kau masih bertanya?” Jiyoung memukul Jongin asal.
                “Ouch! Baiklah, kemari, duduk sini!” Jongin mengajak Jiyoung untuk duduk di salah satu bangku. Jongin memegang pundak Jiyoung dan menghadapkan punggungnya di hadapannya. Jongin menyisir rambut Jiyoung dengan jarinya.
                “Pelan-pelan!” kata Jiyoung.
                “Baiklah nona Kang.” Jongin melanjutkan kegiatannya, setelah itu dia mengikatnya dengan pita Jiyoung. “Seperti ini kan Jing?” tanya Jongin setelah mengikatnya.
                “Terserah kau saja, asalkan kau yang mengikatnya.” Jawab Jiyoung membuat Jongin tersenyum. Jiyoung berpikir dia tidak akan melepas ikatan itu sampai kapanpun, dan Jiyoung menertawakan dirinya sendiri menyadari apa yang sedang dia pikirkan.
                “Apa yang kau pikirkan?” tanya Jongin melihat Jiyoung tertawa.
                “Tidak ada.” Jawab Jiyoung singkat. Jongin hanya diam, Jiyoung jadi sedikit curiga.
                “Wae?” tanya Jiyoung karena Jongin hanya sibuk menoleh kesana-kemari.
                “Gwenchana.” Jawab Jongin seraya mengacak rambutnya, dan demi apapun Jiyoung sangat menyukainya. Jongin terlihat begitu.... aaarrrgghh!!!
                “Aku tampan kan?” tanya Jongin sambil menatap Jiyoung.
                “Kenapa kau percaya diri sekali?” Jiyoung memandang jijik ke arah Jongin.
                “Jujur saja!” Jongin mulai mengelitiki pinggang Jiyoung. Jiyoung hanya tertawa.
                “Hentikan Kkamjong!” teriak Jiyoung, sayangnya Jongin tak melepaskannya begitu saja.
                “Katakan kalau aku memang tampan!” bisik Jongin di telinga Jiyoung.
                “Kim Jongin kau sangat,.... jelek!” kelitikan Jongin di pinggang Jiyoung makin hebat, membuat Jiyoung tak bisa bernafas.
                “Tidak akan kuhentikan sebelum kau mengakui ketampananku.”
                “Ne ne Jongin kau sangat tampan.” Kata Jiyoung menyerah. Jiyoung sibuk mengatur nafasnya.
                “Butuh bantuan?” tanya Jongin.
                “Eh?” Jiyoung tidak mengerti maksud Jongin. Jiyoung mulai curiga jangan-jangan Jongin benar-benar sinting. Jongin hanya diam tapi dia memeluk Jiyoung.
                “Kang Jiyoung saranghae!” Jongin mencium bibir Jiyoung, awalnya Jiyoung ragu tapi detik berikutnya Jiyoung membalas ciumannya.
                “Letakkan disini!” Jongin mengambil kedua tangan Jiyoung yang ebbas, meletakkannya di pundaknya. Kemudian Jiyoung melingkarkan kedua tangannya di belakang leher Jongin dan lengan Jongin yang melingkar di pinggang Jiyoung. Ciuman itu cukup lama sampai...
                “YA! BERHENTILAH EBRCIUMAN DI DEPAN UMUM!” Baekhyun beteriak, Sehun, Kyungsoo, Chanyeol dan Sulli juga ada di sana seraya tertawa terbahak. Apalagi melihat wajah Jiyoung yang semerah tomat.           
                “Hyung, kalian mengganggu kami!” protes Jongin dengan senyum.

Komentar

  1. Glad that it ended up with KaiJing. Mereka cocok banget. Tapi sayang yah Sehun-nya, tegar banget harus ngalah. Baik banget karakter dia di sini. Krystal juga. Taemin doang nih yang bikin kesel disini.
    Bagus banget ficnya! Bikin Kaijing atau Sejing Highschool!AU lagi dong. Hihihi.

    BalasHapus
  2. Terima kasih Terima kasih Terima kasih. :) :D ;)
    Sebenernya mau bikin Kai sama Taemin baikan di akhir, tapi ribeeettt.. hehe
    Next bakal bikin lagi SeKaiJing Highschool AU... heheh
    di tunggu saja miki..
    Aku juga masih menunggu peterpan kamu loh.. :)

    BalasHapus
  3. WAhh happy ending..tp gantung dibagian taemin.gmn kisah dia ?apa masih lanjut jd musuh kai n the genk?
    Kasian n terharu bgt wkt sehun meluk jjing n blg kaya gtu. .rasanya mw nangis..mank lebay qu tp mank bnr,mungkin efek mendalami baca nyh ff
    Msh gak ngerti maksudnya taemin nyerang jjing ky gmn?maksudnya ngehajar pukul or gmn?untuk pertanyaan ini author wajib jawab yahh..
    Kayanya qu bakal jd reader setia d blog ini yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam cerita Jongin juga gak benar-benar tau Taemin bakal nyerang Jing kaya gimana. Jongin mikirnya Taemin bakal melakukan hal-hal buruk sama Jing. DI sandra mungkin, atau bakal maksa Jing jadi pacar taemin dan melakukan hal yang tidak di inginkan begitu deh. :D
      Terimakasih kalo jadi reader setia blog ini. ^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah