Langsung ke konten utama

[FANFIC] Vampire Detected - Chapter 2



Title: Vampire Detected
Cast: Kim Jongin a.k.a Kai | Kang Jiyoung | Oh Sehun | Byun Baekhyun | Kim Junmyeon a.k.a Suho | Jung Krystal | Choi Sulli | Bae Suzy | Lee Jieun | Xi Luhan | Wu Yifan a.k.a Kris
Pairing: KaiJiyoung | Sehun Jiyoung | other
Genre: Romance | Fantasy | Horror
Lenght: Chapter
Author: YRP

 Chapter 2 here...
Happy reading buat semuanya...
jangan lupa untuk comment setelah baca. Please.
Comment gampang kan? Tolong hargai author disini..
I hate silence readers!
Happy read all!!!!



                Pagi itu Jiyoung berangkat di antar sopirnya seperti biasa, Jiyoung menyandarkan kepalanya di jendela mobil memerhatikan jalanan yang terlihat lebih dingin dari biasanya. Kemudian matanya menangkap sosok yang berjalan di luar dan memaksanya untuk meminta sopirnya mengehentikan mobil.
                “Ajjeosi berhenti!” Jiyoung berkata spontan dan menurunkan kaca jendelanya.
                “Kim Jongin-ssi, kau mau berangkat bersama?” Jiyoung memberikan tumpangan pada Jongin atau lebih akrab dipanggil Kai. Kai menatapnya ragu.
                “Tidak perlu, terimakasih Kang Jiyoung.” Jawab Kai sopan.
                “Tapi kau bisa terlambat, ayolah!” Jiyoung sedikit memaksa dengan rengekannya.
                “Tidak terimakasih.” Kai menunduk, Jiyoung menatapnya kecewa.
                “Baiklah, hati-hati di jalan Kim Jongin-ssi. Sampai bertemu di sekolah.” Jiyoung melambai padanya, memberi pandangan  kecewa pada Kai.

                “Annyeong Kang Jiyoung!” Suho menyapanya ketika Jiyoung berjalan menuju kelasnya.
                “Ah, Suho oppa! Annyeong!” jawab Jiyoung ceria dan ramah.
                “Kau sendiri? Kau tidak bersama temanmu?”
                “Mereka sudah ada di kelas, kurasa.” Jiyoung tersenyum.
                “Jiyoung-ah!” Krystal memanggilnya dari depan kelasnya, memberinya padangan penuh arti, seakan pandangan itu berkata ‘sedang apa kau bersama Suho sunbae?’
                “Ah Krystal!” Jiyoung ikut berteriak, “Oppa, kurasa kau harus mengenal temanku!” Jiyoung menarik tangan Suho tapi dengan cepat di hempaskan olehnya. “eh? Maaf.” Kata Jiyoung.
                “Jiyoung-ah kau sudah datang?” Sulli yang ada di samping Krystal mencoba mencairkan suasana, dia tau Krystal pasti sangat senang sekaligus takut saat ini.
                “Oppa perkenalkan ini dua sahabatku. Dia Krystal dan Sulli.”
                “Annyeong hasaeyo Krystal-ssi Sulli-ssi.” Sapa Suho dengan senyum yang hampir membuat Krystal pingsan.
                “Annyeong, Suho sunbae!” sapa Sulli.
                “Jangan panggil sunbae, kalian bisa memanggilku oppa saja.” Suho yang begitu ramah membuat Krystal makin jauh menyukainya.
                “Kau baik-baik saja Krystal-ssi?” tanya Suho pada Krystal yang jelas-jelas menatap kosong ke arahnya.
                “Gwenchana, aku baik-baik saja oppa.” Jawab Krystal gelagapan membuat Suho tertawa dibuatnya. Jiyoung dan Sulli memukul kepala mereka sendiri karena kelakuan Krystal yang begitu bodoh.

                Jiyoung, Sulli dan Krystal berjalan cepat menuju lapangan indoor untuk pelajaran olahraga. Krystal tak henti-hentinya menyesal karena kebodohannya pada saat berkenalan dengan Suho tadi pagi, Jiyoung hanya mendengarnya dan sesekali menjawabnya sedangkan Sulli sama sekali tidak mendengarkan.
                “Jiyoung, kau harus katakan padanya aku tidak sebodoh itu.” kata Krystal pada akhirnya.
                “Nanti akan kusampaikan padanya.” jawab Jiyoung santai, matanya mencari sosok Sehun, rasanya sudah lama dia tidak melihat Sehun menggunakan kaos olahraga padahal baru seminggu lalu dia melihatnya.
                “Dia disana!” kata Sulli seraya menunjuk Sehun yang sedang duduk asal dengan bendera segitiga di tangannya.
                “Ah, dia tampan sekali.” Oceh Jiyoung.
                “Sebenarnya kita mau olahraga apa?” Krystal penasaran dan mereka mulai berkumpul dengan teman-teman lainnya.
                “Oke semuanya berkumpul dan dengarkan aku!” terdengar suara Chanyeol sekaligus ketua kelas mereka. “Oh Sehun, kesini! Kita harus berkumpul!”
                “Aku bisa mendengarmu dari sini. Sudah katakan saja, songsaenim tidak bisa datang kan?” Sehun berkata dengan tegas, membuat beberapa anak bersorak dan Chanyeol membelalakkan matanya.
                “Benarkah songsaenim tidak ada? Ah, aku senang sekali.” Teriak Sulli dan ikuti sorakan yang lainnya, Chanyeol merasa kalah cepat membagi kabar bahagia ini karena Sehun.
                “Baiklah, songsaenim memberi kita waktu bebas. Kalian bisa mengambil bola apa saja di gudang, tapi jangan lupa untuk mengembalikannya dengan rapi. Dan yang paling penting kalian harus tetap ada di lapangan indoor. Tidak ada yang boleh kembali ke kelas apalagi ke KANTIN!!!” Teriak Chanyeol. Anak-anak sudah berhamburan, beberapa dari mereka pergi ke gudang dengan Chanyeol untuk mengambil bola dan sisanya memilih untuk mengobrol di tepi lapangan.
                “Lalu apa yang akan kita lakukan? Ah, kenapa jadwal olahraga kita tidak sama dengan kelas Suho oppa?” Krystal mengutuk kesal.
                “Hahaha! Jing kau dengar, kurasa dia benar-benar gila karena Suho oppa.” Sulli menyikut lengan Jiyoung, tapi tidak ada tanggapan.
                “Kenapa Jing?” Krystal juga merasa keanehan Jiyoung, dan keduanya mengikuti arah mata Jiyoung yang terlihat sangat marah karena melihat Sehun sudah tidak duduk sendiri sekarang, ada Bae Suzy yang menemaninya.
                “Ouch Jing! Aku rasa Suzy benar-benar ingin menjadi rivalmu!” kata Sulli membuat dada Jiyoung panas.
                “Apa benar mereka berdua pacaran? Aku dengar banyak yang bicara seperti itu.” bisik Krystal.
                “Tapi setauku Suzy sudah punya pacar.” Sulli membenarkan.
                “Jadi menurutmu Suzy berselingkuh?” Krystal semakin mengecilkan suaranya.
                “Aku tidak bilang seperti itu.” Sulli membela diri.
                “Aaaahhhh!” Jiyoung merengek mendengar pembicaraan sahabatnya, “Mereka tidak boleh pacaran!”
                “Kalau begitu kau harus tunjukkan kalau kau benar-benar menyukai Sehun. Karena aku rasa Sehun juga menyukaimu. Dan singkirkan Bae Suzy itu.” kata Krystal membuat Jiyoung menelan ludahnya.
                Jiyoung menatap Suzy dan Sehun yang terlihat mengobrol hangat itu, hatinya perih melihatnya. Dia juga pasti punya berjuta topik untuk bisa di bahas dengan Sehun, tapi kenapa Sehun harus dengan Suzy?
                Beberapa anak laki-laki teman sekelas Jiyoung bermain basket, Jiyoung bisa melihat Sehun lebih konsentrasi melihat basket sekarang daripada mendengar Suzy bercerita. Jiyoung tersenyum melihat itu, dan betapa kagetnya Jiyoung ketika Sehun menatapnya dari seberang sana. Pandangan itu penuh peringatan, Sehun juga memberi gerak isyarat yang terlalu sulit untuk Jiyoung mengerti sampai akhirnya “BUK”
                “Aduh!” Jiyoung memegangi kepalanya yang terkena lemparan bola.
                “Maaf Jing, aku tidak sengaja!” Jiyoung bisa mendengar Minwoo berteriak. Jiyoung hanya menunduk, dia bisa merasakan Sehun masih menatapnya, tapi Jiyoung memilih untuk tidak melihatnya karena malu.
                “Jing, kau baik-baik saja kan?” Krystal bertanya seraya mengelus kepala Jiyoung.
                “Jing, jangan menangis!” Sulli sudah menepuk pundak Jiyoung.
                “Ayo ke toilet! Aku malu!” Jiyoung dengan cepat bangkit dan berjalan, Krystal dan Sulli mengikutinya.
                “Tidak, Sehun melihatku! Bagaimana ini!” Jiyoung mengamati dirinya di pantulan cermin.
                “Sudahlah, kau tidak terlihat jelek tadi.”
                “Tapi....”
                “Sudahlah Jing, Sehun tidak akan berpikiran buruk padamu. Mungkin dia khawatir sekarang.” kata Krystal membuat Jiyoung lega.
                “Baiklah, ayo kembali ke lapangan.” Sulli menarik Jiyoung.
                “Kim Jongin!” sapa Jiyoung ketika mereka bertemu di koridor.
                “Kang Jiyoung!” balas Kai sambil tersenyum. “Olahraga?”
                “Ne, kau sendiri?” Jiyoung bertanya pada Kai yang sedang membawa dua buku tebal.
                “Harus mengembalikan ini ke perpustakaan. Sampai jumpa Kang Jiyoung!” Kai pergi dengan sopan. Krystal dan Sulli hanya bengong melihat percakapan tadi.
                “Kau mengenalnya Jing?” tanya Krystal ngeri.
                “Memangnya siapa dia?” Sulli melihat punggung Kai yang makin jauh.
                “Jongin maksudmu, aku mengenalnya karena ternyata dia tinggal tak jauh dari rumahku.” Jawab Jiyoung ceria.
                “Jongin?” Krystal mengulangnya, “Maksudmu Kai?”
                “Sepertinya aku harus mengenalkannya pada kalian!” kata Jiyoung tersenyum.
                “Namanya Kai!” tiba-tiba Sehun sudah ada di hadapan mereka.
                “Sehun-ah...” Jiyoung canggung.
                “Kau baik-baik saja kan?” Sehun memerhatikan kepala Jiyoung.
                “Oh itu tidak seburuh yang kau pikirkan.” Jawab Jiyoung dengan senyum cerianya.
                “Baiklah Jing, aku masuk dulu!” Krystal dan Sulli menahan tawa kemudian masuk ke lapangan indoor.
                “Kau tidak ingin berkeliling?” Sehun menatap Jiyoung dalam.
                “Tapi kata Chanyeol...”
                “Sudahlah!” Sehun berjalan mendahului, dengan cepat Jiyoung mengikutinya. Jiyoung berhasil menyamai langkah Sehun dan berjalan di sampingnya, koridor sepi karena itu waktu pelajaran berlangsung.
                “Kau mau kemana?” tanya Sehun tiba-tiba.
                “Ehm, aku tidak punya tujuan pasti.” Jawab Jiyoung.
                “Kalau begitu kau hanya perlu mengikutiku.” Sehun tersenyum pada Jiyoung, dan demi apapun di dunia itu, Jiyoung hampir pingsan melihatnya. Sehun mengajak Jiyoung untuk bermain-main di taman belakang sekolah. Untuk beberapa menit pertama Jiyoung bisa bertahan, tapi kelamaan dia kedinginan juga. Ah, musim dingin sudah datang.
                “Kau kedinginan?” tanya Sehun khawatir melihat Jiyoung yang mulai menggosokkan kedua tangannya.
                “Bisakah kita kembali sekarang? Aku bisa beku jika terus berada disini.” Jiyoung menatap Sehun penuh permohonan dan berhasil membuat Sehun tertawa karena itu.
                “Aku rasa sekarang juga sudah waktunya untuk mengganti seragam kita.” Sehun menarik Jiyoung untuk segera masuk dalam gedung.
                “Kau pasti juga sangat kedinginan, tubuhmu dingin sekali.” Kata Jiyoung pada Sehun. Dan tepat ketika mereka masuk gedung, mereka melihat Kai yang sedang berdiri disana dengan mata memandang ke arah luar.
                “Jongin-ssi!” sapa Jiyoung.
                “Jiyoung-ssi, kau pasti sangat kedinginan!” Kai mengampiri Jiyoung, “Lihatlah, kau terlihat pucat!” Kai memberikan jaketnya pada Jiyoung, Jiyoung menatapnya penuh heran.
                “Kau tau udara di luar sangat dingin kan Oh Sehun?” tanya Kai penuh penekanan.
                “Gomawo Jongin-ssi!” Jiyoung berterimakasih setelah memakainya.
                “Jadi kau berkenalan dengan Jiyoung menggunakan nama Jongin, Kai-ssi?” tanya Sehun dengan seringai. Jiyoung di buat bingung dengan apa yang dua laki-laki ini.
                “Oh Sehun!” seseorang memanggil Sehun, dan Jiyoung bersumpah dia ingin melempar sepatunya pada orang itu.
                “Suzy-ah?” balas Sehun
                “Apa yang kau lakukan? Ayo cepat pergi dari sini, Suho oppa mencarimu!” Suzy dengan cepat menarik tangan Sehun agar berjalan bersamanya. Jiyoung ingin menangis melihat pemandangan itu.
                “Segera kembali ke kelas, Jiyoung-ah!” kata Sehun seraya mengikuti langkah Suzy. Jiyoung mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal pada Bae Suzy itu. Dia siapa? Seenaknya merebut Sehun darinya. Kai memerhatikan kekesalan Jiyoung, kemudian dia memilih untuk meninggalkannya dalam diam.
                “Jongin-ah gomawo!” teriak Jiyoung setelah Kai berjalan menjauh, Kai berhenti dan menoleh untuk melihat Jiyoung. “Gomawo!” sambungnya seraya melambai.

                “Apa saja yang kalian bicarakan? Ah, itu manis sekali. Seandainya aku dan Suho oppa bisa seperti itu.” Krystal memberi tanggapan cerita Jiyoung dengan Sehun tadi.
                “Aku benar-benar yakin sekarang. Sehun juga pasti menyukaimu, hanya saja Suzy itu terus saja mengikuti Sehun.” Sulli ikut berpendapat.
                “Suzy itu benar-benar menyebalkan!” Jiyoung mengepalkan tangannya. Sore itu sepulang sekolah Krystal dan Sulli memutuskan untuk berkunjung ke rumah Jiyoung. Mereka menunggu sopir Jiyoung di depan gerbang sekolah.
                “Jing, mana sopirmu? Aigoo, aku kedinginan!” Sulli merapatkan jaketnya, musim dingin benar-benar datang lebih cepat.
                “Berapa jaket yang kau pakai, kau terlihat baik-baik saja!” Krystal mendengus kesal melihat Jiyoung yang terlihat hangat terbalut jaket tebal.
                “Aku tidak pernah melihat jaket itu, apakah itu milik Oh Sehun?” Sulli menggodanya, membuat wajah Jiyoung memerah.
                “Haha, aku memakai jaketku sendiri.” Jiyoung membuka jaket yang dia pakai, memperlihatkan jaket berwarna pink miliknya, “Dan ini milik Jongin, aku merasa hangat!” sambungnya seraya merapatkan jaket biru milik Jongin.
                “Jongin?”
                “Kai, bagaimana bisa Kai memberinya untukmu?” tanya Krystal.
                “Tadi tak sengaja dia meminjamkannya untukku. Ah, itu ajjeosi, ayo!” Jiyoung menarik Krystal dan Sulli agar segera masuk dalam mobil. Dalam perjalanan mereka bercanda seperti biasanya, membayangkan bagaimana jika Suho tiba-tiba mengajak Krystal jadi pacarnya, bagaimana jika Suzy di tolak Sehun di depan umum dan hal konyol lainnya, sampai Jiyoung lagi-lagi meminta ajjeosi untuk menghentikan mobil.
                “Kenapa Jing? Ada barangmu yang tertinggal di sekolah?” tanya Krystal heran.
                “Ya ampun Jing, kita hampir sampai!” runtuk Sulli.
                “Bukan!” Jiyoung menjawab singkat kemudian dengan cepat keluar dari mobil.
                “Jongin-ah!” Kai menghentikan langkahnya dan mendapati Jiyoung berlari ke arahnya.
                “Jiyoung-ssi?”
                “Bagaimana kau bisa tidak memakai jaket di udara sedingin ini?” Jiyoung melepas jaket yang dia pakai –yang memang milik Kai- dan memberinya pada Kai.
                “Aku baik-baik saja.” Jawab Kai singkat seraya memaki jaketnya.
                “Kau hanya memaki jas seragam. Oh Jongin!” Jiyoung menarik resleting jaket Kai ke atas, “Lihatlah, tanganmu sangat dingin!” Jiyoung memegang tangan Kai yang sedingin es.
                “Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir.” Jawabnya tetap tenang.
                “Sebaiknya kau ikut aku, ayo!” Jiyoung menarik Kai dengan kasar, takut Kai akan menolak tawarannya.
                “Sulli-ah! Kau pindah ke depan!” Jiyoung membuka pintu dan dengan cepat Sulli pindah ke depan. Jiyoung segera masuk setelah itu dan kemudian menarik Kai agar masuk dalam mobil.
                “Annyeong Kai-ssi!” sapa Krystal pada Kai yang duduk di sebelah Jiyoung.
                “Annyeong!” jawabnya singkat.
                “Harusnya kau meminta jaketmu padaku tadi!” Jiyoung berkata seraya menggembungkan pipinya, Jiyoung terlihat kesal.
                “Kai-ssi, kau manis sekali mau meminjamkan jaketmu untuk Jiyoung sedangkan kau pulang tanpa memakai jaketmu.” Sulli menatap Kai dan berhasil membuat Kai menunduk malu.
                “Kau benar Sulli-ah, kau begitu baik pada Jiyoung. Setauku kalian belum lama kenal – ah seandainya Suho oppa juga mau meminjamkan jaketnya untukku!” kata Krystal dan mendapat pukulan pelan dari Jiyoung. Pada saat itu Sulli yakin dia bisa melihat raut wajah Kai berubah saat Krystal menyebut nama Suho.
                “Jongin, maaf aku tidak bisa mengantarmu sampai rumah. Ajjeosi yang akan mengantarmu!” Jiyoung berkata dan di balas raut wajah protes Kai.
                “Tidak perlu, aku bisa jalan dari sini. Terimakasih atas tumpangannya Jiyoung-ssi.” Kai menunduk dan dengan cepat dia segera pergi dari depan pagar rumah Jiyoung. Kai menghilang di belokan, Jiyoung menatapnya heran.
                “Jing aku kedinginan! Ayo masuk!” rengek Krystal membuyarkan lamunan Jiyoung.

***

                “HYUNG!!!” Kai berteriak.
                “Kenapa rumah ini berisik setelah kau datang?” Baekhyun muncul dengan secangkir kopi di tangannya.
                “Annyeong hyung!” Kai merebut cangkir dari tanga Baekhyun dan meminumnya.
                “Ada apa denganmu?” Baekhyun melihat Kai ngeri, kenapa dia kelewat ceria?
                “Boleh aku tanya tentang Lee Jieun itu?” Kai tersenyum padanya, Baekhyun hanya menatapnya. “Ayolah hyung! Aku ingin tau kisah cintamu itu!”
                “Sudahlah! Jangan banyak tanya!” Baekhyun memilih menghindar dari topik itu. “Kau bertemu dengan Sehun tadi?”
                “Hem!” Kai mengangguk.
                “Aku tak pernah bosan memperingatkanmu agar hati-hati dengannya! Ingat itu!” Baekhyun menatapnya penuh ancaman yang di balas dengan senyuman lebar oleh Kai.
                “Aku mengerti hyung!” jawabnya.

***
                “Wooaaa, kamarmu disini lebih luas Jing!” Sulli merebahkan tubuhnya di ranjang Jiyoung.
                “Tapi tidakkah ini sedikit menakutkan?” Krystal melihat berkeliling, “Kau harus mengganti dekorasinya secara total, aku tidak suka dengan ini.”
                “Aku tau, aku akan segera menggantinya, kau pikir aku juga tidak takut?” Jiyoung membuka lemari pakaian dan mulai memilih bajunya.
                “Wah, kamarmu tempat strategis. Kau bisa melihat jalan dengan baik dari sini!” kata Sulli yang sedang berdiri di depan jendela.
                “Ya, karena kamar ini tepat disudut, kau bisa melihat kelokan jalan itu.” jawab Jiyoung masih sibuk memilih baju.
                “Ah aku rindu Suho oppa.” Kata Krystal yang kini tiduran di ranjang Jiyoung.
                “Sekarang kau seperti Jiyoung yang selalu membicarakan Sehun dimanapun dan kapanpun.” Sulli menatap Krystal tajam, disambut tawa Jiyoung.
                “Bagaimana kabar Minho oppa?” tanya Jiyoung.
                “Dia baik-baik saja meskipun aku tidak menyebut namanya setiap saat.”jawab Sulli singkat, dia sibuk melihat-lihat barang Jiyoung di meja belajarnya. Jiyoung ke kamar mandi untuk ganti baju, Jiyoung terkejut ketika mendengar Sulli berteriak dan disusul oleh Krystal, dengan cepat Jiyoung keluar.
                “Ada apa?” tanya Jiyoung.
                “ Jing ini apa?” tanya Sulli melihat boneka voodoo yang ada di depannya.
                “Kau tidak menggunakannya kan?” Krystal menatap Jiyoung takut.
                “Ah itu, sepertinya itu milik penghuni rumah ini sebelumnya. Aku tidak sempat membuangnya.” Jawab Jiyoung santai.
                “Kalau begitu cepat buang sekarang!” Krystal memandang ngeri ke arah boneka voodoo.
                “Jangan di buang, jika kau buang itu bisa berpengaruh buruk padamu Jing. Kau harus menyimpannya.” Jelas Sulli.
                “Bagaimana bisa buruk untukku?” Jiyoung duduk di samping Krystal.
                “Aku pernah baca di salah satu majalah, kalian tau kan kegunaan boneka ini. Bisa saja kutukannya masih ada, lebih baik kau menyimpannya dan jangan pernah sentuh lagi.” Sulli segera memasukkan dua belas boneka voodoo itu dalam kotaknya.
                “Jadi aku harus menyimpannya? Tapi itu menakutkan.” Jawab Jiyoung.
                “Atau kau kembalikan pada pemiliknya. Jika kutukannya masih berjalan, kau bisa terlibat Jing.” Jelas Sulli penuh peringatan.
                “Bodoh, buang saja dan semuanya selesai.” Protes Krystal.

***
                Baekhyun memerhatikan foto gadis yang ada di genggamannya, entah sudah berapa lama Baekhyun tidak pernah bertemu dengannya. Dadanya sesak setiap kali menyadari sudah lama mereka tidak bertemu. Baekhyun selalu rindu senyum itu, senyum yang bisa meneduhkan hatinya. Suaranya yang halus, yang bisa membuatnya tenang. Baekhyun benar-benar merindukannya, merindukan sosok Lee Jieun. Cinta pertamanya, dan satu-satunya cinta yang dia miliki.
                Baekhyun mengambil kotak musik dari laci mejanya, membukanya dan mendengarkan musik orgel berputar. Lagi-lagi hatinya teriris, Lee Jieun masih jelas melekat di ingatannya. Baekhyun memainkan pena yang dia pegang, Baekhyun sudah tidak tertarik dengan tugas sekolahnya. Semakin banyak tugas di tahun terakhir sekolahnya, membuat Baekhyun sedikit jenuh dengan itu.
                “Hyung!” Kai berteriak seraya mengetuk pintu kamar Baekhyun. Dengan cepat Baekhyun mengambil foto Jieun dan meletakkannya dalam laci.
                “Masuklah!”
                “Hyung, kau memutar musik orgel itu?” Kai masuk dengan memancarkan pandangan darimana musik itu berasal.
                “Ne, kenapa? Kau keberatan?” jawab Baekhyun asal.
                “Itu membuatku takut hyung, terdengar jelas dari kamarku.” Protesnya seraya menutup kotak musik itu. Kai duduk di tepi ranjang Baekhyun, memerhatikannya.
                “Kenapa kau melihatku seperti itu?” protes Baekhyun.
                “Kau menangis hyung?” tanya kai dengan cengiran menyebalkan.
                “Tidak bodoh!”
                “Kau bohong, aku bisa melihatnya! Haha!” tawa Kai meledak, membuat Baekhyun makin kesal.
                “Sudah kembali ke kamarmu! Kerjakan tugasmu, kau mengganggu saja!” Baekhyun kembali melihat buku tugasnya.
                “Lee Jieun~ Lee Jieun~ dimana kau sebenarnya?” Kai melagukannya, membuat Baekhyun melempar bukunya pada Kai. Kai dengan cepat menghindar dan berlari keluar seraya tertawa terbahak.
                Baekhyun menganggap Kai seperti adiknya sendiri, mereka saling mengenal satu sama lain, kecuali satu, Jieun. Baekhyun tak pernah menceritakan secara lengkap dan detail tentang cintanya itu. Meskipun berkali-kali Kai menanyakan hal itu, Baekhyun masih merasa belum saatnya Kai untuk tau itu.
***
                Jiyoung bertekad mengerjakan tugasnya sampai selesai, ditemani dengan alunan musik pelan malam itu, Jiyoung mengerjakan semuanya. Setelah yakin semuanya selesai, Jiyoung menutup semua bukunya dan melihat ke jalanan depan rumahnya lewat jendela.
                Jiyoung berani bertaruh dia melihat seorang gadis di halaman depan rumahnya, gadis dengan rambut panjang hitam. Jiyoung membekap mulutnya, jantungnya berdebar, siapa gadis dengan paras cantik itu? Jiyoung melihat jam di kamarnya yang menunjukkan tepat tengah malam. Dengan gerakan cepat Jiyoung menutup tirai jendela kamarnya.
                Jiyoung mengambil ponselnya, menghubungi Krystal yang tak pernah di angkat oleh pemiliknya. Jiyoung yakin Krystal pasti tidur sekarang. Jarinya mencari nama Sulli, nada sibuk yang di dapat Jiyoung. Pasti Sulli sedang telepon dengan Minho oppa sekarang. Jiyoung takut sekarang, orangtuanya sudah memberitahunya tidak pulang malam itu karena akan menjemput kerabatnya yang datang ke Korea. Ajjeoma? Ya, Jiyoung tidak sendiri.
                Jiyoung membuka pintu kamarnya dan mendapati ruangan sudah gelap, membuat Jiyoung mengurungkan niatnya untuk turun ke bawah dan mencari ajjeoma. Jiyoung memilih diam di kamar, jantungnya berdegup cepat. Siapa yang dia lihat tadi? Hantu? Atau pencuri?
                Jiyoung memilih untuk tidur dan melupakannya, dia akan bangun esok hari, bersiap ke sekolah dan bertemu Sehun. Tapi sekuat apapun Jiyoung mencoba menutup matanya, dia tetap tak bisa tertidur, dia terlalu takut untuk itu. Jiyoung berdoa semoga Tuhan melindunginya malam itu.
                Drrtt drrrttt...
                Ponsel Jiyoung bergetar, Jiyoung bisa melihat nama Sehun di layarnya.
                “Yeobosaeyo?” jawab Jiyoung.
                “Kau belum tidur?” tanya Sehun di seberang sana.
                “Aku tidak bisa tidur Sehun-ah! Aku takut!” jawab Jiyoung menahan tangis, dan Sehun sepertinya mengerti arti takut Jiyoung dari sana.
                “Ini sudah malam, kau harus segera tidur. Pejamkan matamu!” perintah Sehun.
                “Tapi Sehun-ah...”
                “Aku tidak akan menutup teleponnya.” Jawab Sehun tenang membuat Jiyoung bisa bernafas lega.
                “Berjanjilah tidak menutupnya...” jawab Jiyoung dengan rengekan seperti biasanya.
                “Percayalah padaku, cepat pejamkan matamu!” Jiyoung mengikuti perintah Sehun, setidaknya dengan begini mengurangi rasa takut Jiyoung. Jiyoung bersyukur Tuhan sudah mengirim Sehun untuknya.

                Jiyoung perlahan membuka matanya, Jiyoung mengernyit karena cahaya sudah memenuhi kamarnya. Jiyoung mengambil ponselnya, ingat semalam Sehun sudah menemaninya untuk tidur dan Jiyoung sadar untuk segera bersiap-siap berangkat ke sekolah. Jiyoung segera berlari ke kamar mandi.
                Setelah memakai seragamnya dan menata rambutnya dengan rapi, Jiyoung segera turun untuk sarapan. Pagi itu terasa berbeda, Jiyoung merasa rumahnya sedikit ramai dari biasanya. Jiyoung bisa mendengar suara orang bercakap-cakap di meja makan.
                “Jiyoung pasti akan sangat terkejut!” seorang wanita paruh baya yang merupaka omma Jiyoung berkata. Jiyoung sudah berada disana dan betapa kagetnya dia melihat orang yang ada di hadapannya. “Ah uri Jiyoungi kau sudah bangun?” sapa ommanya.
                “Annyeong Kangji! Kau tidak melupakankukan?” seorang namja dengan wajah tampan itu berbalik utnuk menatap Jiyoung yang seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.
                “OPPA!!!” Jiyoung berlari dan menghambur dalam pelukannya.
                “Aku sudah menduganya Jiyoung pasti sangat senang!” kata appanya melihat kelakuan putri satu-satunya itu.
                “Oppa, kenapa kau tak memberitahuku terlebih dulu?” Jiyoung cemberut melihat namja itu tersenyum puas.
                “Ini kan kejutan Jing, kau senang? Kau merindukanku kan?” tanya namja itu lagi yang dijawab anggukan oleh Jiyoung.
                “Sudah sekarang kau sarapan dulu, lalu segera berangkat sekolah.” Perintah ommanya.
                “Bagaimana jika aku bolos saja, Luhan oppa disini, bagaimana bisa aku meninggalkannya?” rengek Jiyoung pada kedua orangtuanya.
                “Apa maksudmu bolos? Tidak!” bantah Luhan penuh peringatan.
                “Tapi oppa...”
                “Aku yang akan mengantarmu ke sekolah.” Jawab Luhan seraya memakan roti bakarnya.
                “Tapi berapa lama kau disini? Ayolah, kita bisa bermain dulu sebelum kau kembali ke Beijing.” Jiyoung masih merengek penuh permohonan, namun Luhan tetap menggelang mantap.           “Aiish oppa! Kenapa kau menyebalkan!” Jiyoung hampir membanting piring di depannya, Jiyoung memakan rotinya dengan kasar.
                “Oppamu itu akan tinggal disini! Luhan sudah mendaftar di Universitas Negeri, mulai sekarang kau tidak akan kesepian meskipun appa dan omma jarang di rumah!” Appanya menjelaskan dengan sabar dan berhasil membuat Jiyoung tersedak. Ommanya memberinya minum, mata Jiyoung membelalak tak percaya, Luhan hanya tersenyum menantangnya.
                “Kenapa kau tidak bilang!!! Oppa!!!” lagi-lagi Jiyoung memeluk Luhan!
                “Cepat habiskan sarapanmu, kau bisa terlambat!” Luhan menyuruhnya dan membuat Jiyoung tersenyum.
                Jiyoung merasa pagi itu sangat cerah, meskipun kenyataannya udara sangat dingin pagi itu. Luhan mengantarnya ke sekolah, dan Jiyoung tak pernah berhenti cerita tentang teman-temannya, sekolahnya dan semua yang dia alami selama tidak bertemu saudara sepupunya itu.
                “Oppa-oppa berhenti!” Luhan menghentikan mobilnya mendadak, Jiyoung segera keluar. Tanpa memanggil atau aba-aba lainnya Jiyoung menyeret Kai untuk masuk ke dalam mobil. Kai menatapnya kaget. Jiyoung membuka pintu belakang dan dengan paksa membuat Kai masuk kesana kemudian menutup pintunya dengan keras. Jiyoung membuka pintu depan dan segera masuk.
                “Kita bisa berjalan sekarang oppa.” Kata Jiyoung ceria. “Ya Jongin-ah! Mulai sekarang aku tidak akan menawarimu tumpangan, tapi aku MEMAKSAMU!” Jiyoung berbalik untuk melihat Kai yang duduk di belakang.
                “Sebenarnya kau tidak perlu seperti itu -tapi terima kasih.” Kata Kai singkat. Jiyoung tersenyum puas melihat Kai tak berkutik. Luhan menatap Jiyoung, dia bertanya tanpa suara pada Jiyoung “PACARMU?”
                “BUKAN!” jawab Jiyoung keras membuat Kai tersentak kaget dan Luhan menahan tawa.
                “Ada apa Jiyoung-ssi?” tanya Kai.             
                “Bukan apa-apa Jongin-ah....” Jiyoung menjawabnya dengan cengiran.

                “Belajar dengan baik Kangji!” Luhan mencium kening Jiyoung singkat.
                “Oppa! Apa yang kau lakukan! Banyak temanku yang melihat!” Jiyoung memukulnya.
                “Ada apa denganmu, kau selalu menagis dulu jika aku tidak menciummu. Lagi pula siapa yang keberatan, apa kau keberatan Kim Jongin-ssi?” tanya Luhan pada Kai yang hanya menggeleng seraya tersenyum.
                “Ah kau menyebalkan. Sebaiknya kau cepat pulang. Annyeong!” Jiyoung berjalan seraya menyeret Kai untuk segera memasuki gerbang.
                “Gomawo hyung!” Kai menunduk sekilas pada Luhan dan di balas dengan acungan jempol oleh Luhan. Kai bisa melihat tangan Jiyoung menyentuh tangannya, Kai dengan perlahan melepasnya.
                “Eh? Mianhae Jongin-ah!” kata Jiyoung sambil tersenyum ceria. Kai hanya tersenyum.
                “Sebaiknya kau jalan duluan, aku akan mengikuti di belakangmu.” Kata Kai.
                “Kenapa begitu? Bukankah lebih baik kita berjalan bersama?” tanya Jiyoung heran.
                “Tidak, aku akan berjalan di belakangmu.” Jawab Kai lagi.
                “Baiklah.” Jiyoung lagi-lagi memberi senyum renyahnya. Kai berjalan dengan jarak dua meter di belakang Jiyoung. Memilih menikmati memandang punggung Jiyoung.

                “Bukan seperti itu Baek, vampire mendapat kekuatan dari orang yang tulus mencintainya.” Jieun masih menangis di hadapan Baekhyun.
                “Apa kau mencintainya?” Baekhyun menghapus airmata di mata Jieun.
                “Ya aku mencintainya, awalnya. Tapi sekarang semua sudah terlambat.” tangis Jieun semakin hebat.
                “Aku akan melindungimu!”
                “Tidak bisa sudah terlambat. Harusnya kau tak pernah mencintaiku baek...”
                “Apa maksudmu?” Baekhyun memeluk Jieun erat. “Apa yang akan terjadi jika mereka menyerangmu?”
                “Aku akan menjadi seperti mereka...”
                “Itu tidak bisa terjadi, aku akan melindungimu!” Baekhyun mengeraskan suaranya agar tidak kalah dengan suara hujan deras di luar.
                “Harusnya kau tak pernah mencintaiku Baek..”
                “Apa yang akan terjadi padaku?”
                “Mereka juga akan menyerangmu, kau akan menjadi bagian dari mereka. Aku tidak ingin itu terjadi...”
                Baekhyun terbangun dari mimpinya, jantunganya berdegup kencang. Perpustakan sepi siang itu, Baekhyun menutup buku yang tadi di bacanya. Baekhyun memegang jantungnya yang sakit, sudah lama dia tidak bermimpi tentang Jieun.
                Vampire detected......

To be continued....

Komentar

  1. Aaaa>< jeongmal daebak>< ah akhirnya di post juga chap ke 2 nya aku udah nunggu2. Sehun suho itu vampire kah? Ah kai ini masih malu ya mengutatakan cintanya sama jiyoung sehun jg. Harusnya mrk lbh usaha. Ok thour aku suka bgt>< update soon ne ;))

    BalasHapus
  2. Aaaa keren bangetttt cuman bingung tadi antara sehun/kai yang vampire-___-" lanjutin yaaaak authorr;3

    BalasHapus
  3. acieeeee kai awalnya malu malu gitu diajak bareng sama jiyoung eh taunya mau juga dia kalo gak dipaksa wkwk. kai sosweet deh mau ngasih jaketnya buat jiyoung wkwkw.
    penasaran sama kisahnya si jieun itu gimana .__. terus juga yang jadi vampire belom bisa ketebak '-'?
    ditunggu next chapnya ya authorrrr jangan lam lama :p
    fighting^^

    BalasHapus
  4. Y ampun complicated love....rumit jg ya kisah cinta mrk.suho cool bgt deh.kai knp begitu?ceritanya kai kalem gitu?tp lbh misterius drpd kalem
    Btw chapter 1 nya qo g nemu yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. chapter 1:
      http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/12/fanfic-vampire-detected-chapter-1.html

      chapter 3:
      http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/12/fanfic-vampire-detected-chapther-3.html

      Hapus
  5. oh, jadi itu si voodoo ada hubungannya sama Lee jieun-nya Baek? 0.0 vampire detected, hahaha endingnya keren tuh >.<d lanjuuuut

    BalasHapus
  6. aku komen berulang ulang, tapi gak muncul >.<. jadi si voodoo ada hubungannya sama Lee Jieun-nya Baek ya? aku penasaran. suka endingnya, vampire detected, hihihihi

    BalasHapus
  7. Aduh rumit juga ya masalah cinta mereka :3 oh ya thor sebenernya lee jieun itu siapa? Penasaran nih ><

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah