Langsung ke konten utama

[FANFIC] Brother Angel - Chapter 1




Brother Angel
Cast: Kim Jongin, Kim Jongdae, Lee Jieun, Kang Jiyoung, Byun Baekhyun, Oh Sehun, other
Genre: family, romance, sad, happy, friendship, school story, comedy
Pairing: JongdaeJieun, KaiJiyoung, BaekJieun, SehunJiyoung
Lenght: series
Author: YRP

Happy Reading!!!



                “Hyung! Apa kau masih lama? Cepatlah!” Jongin memukul pintu kamar mandi dengan keras.
                “Sebentar!”  Jongdae menjawab dengan berteriak dari dalam kamar mandi.
                “Jongin-ah, sebaiknya kau sarapan dulu selagi hyungmu masih mandi.” Terdengar suara ommanya menyuruh Jongin untuk sarapan, Jongin mendengus kesal. Tidak enak rasanya bangun tidur, dan kau belum mandi tapi ommamu menyuruhmu untuk sarapan. Memang benar tujuannya untuk menghemat waktu, tapi Jongin tetap kesal. Jongin duduk di sebuah meja makan kecil, dia mulai mengambil nasi dengan asal.
                “Kalian harus bangun lebih pagi, omma sudah bosan melihat kalian bertengkar setiap pagi!” Jongin tidak benar-benar mendengar ommanya bicara.
                “Kau sudah besar, sampai kapan kau akan seperti ini.” kali ini appanya yang duduk di depan Jongin ikut bicara, Jongin hanya memakan makanannya dengan kasar.
                “Kai aku sudah selesai! Cepatlah!” Jongdae berteriak seraya masuk dalam kamarnya. Jongin membuang nafas kesal.
                “Aku sudah mengira ini, pasti makanku akan terpotong!” Jongin bangkit dan masuk dalam kamar mandi, kedua orangtuanya hanya menggeleng melihat tingkah anak bungsu mereka.
                “Omma, bisakah kau menyiapkan nasi untukku?” Jongdae membuka pintu kamarnya, dia terlihat bersiap-siap dengan seragamnya. Ommanya segera menyiapkan nasi untuknya.
                Setiap pagi, di rumah kecil sederhana itu selalu riuh karena dua saudara yang secara teori tidak pernah bisa bangun pagi. Terutama sang adik, Kim Jongin. Seperti pagi ini, setelah Jongin keluar dari kamar mandi semua kembali ricuh.
                “Omma, makanku masih belum selesai tadi.” Rengek Jongin, ommanya segera mengambil nasi dan beberapa lauk kemudian mengikuti Jongin masuk ke kamarnya, menyuapinya. Jongdae terlihat meluruskan kakinya di depan meja makan kecil itu dan menikmati sarapannya.
                “Adikmu itu...” appanya tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
                “Seperti itulah Kai, tapi sebenarnya dia anak yang baik.” Kata Jongdae, dia dan appanya bisa mendnegar sayup-sayup Jongin mengomel karena dia lupa belum mengerjakan PRnya dan ommanya juga ikut mengomel karena kecerobohan Jongin.
                “Ayo hyung! Cepat, kita bisa terlambat!” Jongin keluar dengan memasang kaos kakinya. Jongdae segera bangkit dan mengikuti Jongin keluar rumah.
                “Appa omma kami berangkat!” teriak mereka. Jongin segera mengambil motor butut Jongdae, karena postur Jongin yang lebih besar dari kakaknya menjadi alasan Jongin yang membonceng Jongdae.
                Tinggal sepuluh menit sebelum bel masuk sekolah, Jongin melajukan motornya dengan cepat tidak peduli dengan angin dingin yang menyapa wajahnya. Kemudian Jongin teringat akan Prnya dan itu kembali membuatnya uring-uringan.
                “Hyung kau yang parkir motornya, aku ke kelas dulu!” Jongin langsung melesat masuk, untungnya Jongdae seorang kakak yang baik dia mengalah untuk memakir motor bututnya itu. Tanpa sengaja Jongdae bertemu dengan seseorang yang terlihat tergesa, Jongdae tau namanya, Jongdae mengenalnya, tetapi memang sangat sulit untuknya hanya untuk sekedar menyapanya.
                “Jongdae-ah, cepatlah ini sudah masuk!” Jongdae disadarkan dari lamunannya.
                “Ah ne Jieun-ah!” Jongdae mengikuti Jieun yang berlari menuju kelas mereka.
                “Jieun-ah, kenapa kau terlambat?” Jongdae bisa mendengar suara Baekhyun menyapa ketika mereka masuk kelas, Jieun hanya tersenyum penuh arti pada Baekhyun, sedangkan Jongdae, dia langsung melesat menuju bangkunya.
Ya benar, Jongdae sudah menyukai Jieun ketika dia pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini. Jieun yang cantik, lembut, tapi dia terlihat begitu kuat, Jongdae menyukai semua yang ada pada diri Jieun. Dan itu, dia, yang tadi menyapa Jieun dengan kerasnya, tidak memedulikan seluruh teman di kelasnya mendengar kepeduliannya, dia Byun Baekhyun. Baekhyun datang dari keluarga berada, dia tampan, dia mudah mencari teman, banyak yang menyukainya karena tingkahnya yang menyenangkan, meskipun sedikit sombong Baekhyun merupakan anak yang baik.
 Berbeda dengan Jongdae yang berasal dari keluarga sederhana, setiap hari naik motor butut dengan adiknya, atau terkadang naik bus dan yang lebih parah dia dan adiknya pernah jalan kaki. Jongdae terkenal dengan keramahannya, dia juga mudah mencari teman tapi tidak selancar dan semulus Baekhyun yang terkenal. Dalam hal pelajaran mungkin Jongdae lebih unggul dari Baekhyun, tapi untuk urusan cinta Baekhyun jauh di atas jangkauan Jongdae.
“Kau berangkat bersama Jieun?” bisik Kyungsoo yang duduk di sebelahnya.
“Anio, aku bertemu dengannya di tempat parkir.” Balas Jongdae membuat kedua mata Kyungsoo membesar tanda mengerti.
“Kyungsoo-ah Jongdae-ah! Besok sepulang sekolah ada latihan.” Minah yang menurut kabar adalah kekasih Kyungsoo menghampiri bangku Jongdae dan Kyungsoo seraya tersenyum ramah. “Kalian jangan terlambat!”
“Tentu saja, tak usah khawatir.” Kyungsoo mewakili Jongdae menjawab, Jongdae hanya tersenyum pada Minah. Minah kembali pada bangkunya setelah mengacak rambut Kyungsoo.
***
“Tao Tao, aku belum mengerjakan tugas, mana tugasmu? Biarkan aku menyalinnya!” Jongin meminta teman sebangkunya memberi bukunya dengan paksa, Tao hanya menatap Jongin dengan malas.
“Untung aku sudah menyalin milik Sulli, cepatlah!” kata Tao seraya memandang Jongin yang menulis secepat kilat, bahkan Tao tak bisa membaca tulisan Jongin.
“Kalau memang belum mengerjakan, harusnya kau datang lebih pagi!” Tao kembali bicara, tapi Jongin tak menghiraukannya.
“Jongin-ah, pulang sekolah apa kau latihan dance?” tanya Tao, dan Jongin masih tidak memedulikannya.
“Jongin-ah, jangan lupa nanti sepulang sekolah kita harus mengerjakan tugas kelompok!” mendengar suara itu Jongin langsung mengangkat kepalanya, menghentikan aksi menulisnya, tersenyum dan menjawab..
“Ne Jiyoungi, aku tidak lupa!” kata Jongin dan membuat Tao ingin muntah. Berkali-kali Tao bertanya tapi Jongin tidak pernah memedulikannya, tapi ketika Jiyoung yang datang, Jongin benar-benar menjadi orang gila.
“Baiklah, aku hanya mengingatkan!” kata Jiyoung seraya tersenyum dan kembali ke bangkunya, bersama ketiga sahabatnya yang lain, Sulli, Krystal dan Suzy.
“Jangan terlalu berharap pada Jiyoung, kau lupa siapa Oh Sehun?” Jongin menatap Tao tajam, kemudian membuang nafas dan kembali menulis.
“Sebenarnya apa yang istimewa dari Oh Sehun itu?” Jongin melihat punggung Sehun yang duduk tak jauh darinya.
“Tentu saja dia istimewa, latar belakang keluarganya menyakinkan, dia tampan, dia hangat, dia juga pintar, banyak gadis yang menyukainya. Apalagi yang kurang?”
“Cih, seperti itu apa bagusnya?”
“Dia berbeda sepertimu, kau dingin pada orang yang tidak kau kenal, dalam urusan pelajaran kau juga masih di bawahnya, meskipun fansmu lebih banyak tapi Kang Jiyoung menyukai Oh Sehun!” Tao tertawa melihat ekspresi Jongin mendengar kalimat terakhirnya.
“Diam kau!” kata Jongin tegas dan membuat Tao semakin terbahak.
***
Ketika bel pulang sekolah sudah terdengar, Jongin segera mencari Jongdae memberitahunya bahwa dia harus bertahan di sekolah untuk kerja kelompok dengan Jiyoung. Ini bukan pertama kalinya Jongin ke kelas Jongdae, bahkan teman-teman Jongdae sudah tau Jongin adalah adiknya.
“Chen hyung! Chen hyung!” Jongin memanggil Jongdae yang berada di pintu kelasnya.
“Wae?” tanya Jongdae datar.
“Aku tidak pulang bersamamu hari ini hyung, aku harus mengerjakan tugas bersama Jiyoung.” Jongdae tersenyum ketika adiknya menyebut nama Jiyoung.
“Oh dengan Kang Jiyoung, baiklah hati-hati kalau begitu. Aku akan pulang sendiri.” Jongdae melambai dan berniat segera pulang ketika Jongin menahannya.
“Hyung, kau mau menjemputku nanti? Atau kalau memang aku harus naik bus, beri aku uang untuk membayar bus hyung.” Rengek Jongin pada kakaknya, Jongdae hanya menatapnya tapi kemudian dia memberi Jongin beberapa lembar uang.
“Naik bus saja, tugasku banyak. Annyeong!” Jongdae segera pergi sebelum Jongin meminta yang lebih aneh lagi. Jongin segera kembali ke kelasnya dan melihat Jiyoung masih disana bersama Sulli dan Krystal.
“Jiyoungi, mana yang lainnya?” tanya Jongin seraya mengambil tasnya dari bangkunya adn ikut bergabung bersama mereka.
“Kita hanya tinggal menunggu Minwoo.” Jawab Jiyoung ceria. Jongin melihat ke arah Krystal dan sedetik kemudian keningnya berkerut.
“Apa dia juga ada di kelompok kita?” tanya Jongin sambil tetap melihat Krystal.
“Aku bukan kelompok kalian bukan berarti aku tak boleh disini kan?” reaksi dingin Krystal hanya membuat Jongin membuang muka. Jiyoung dan Sulli hanya tertawa melihat keduanya.
“Itu Minwoo! Minwoo-ah! Cepat kita selesaikan tugas kita!” teriak Sulli ketika Minwoo sudah datang.
Siang itu Jongin benar-benar merasa senang bisa duduk d sebelah Jiyoung, Jiyoung dengan sabar menjelaskan padanya dan Minwoo tugas Ilmu Sosial itu akan dibawa. Sulli juga membantu Jiyoung dalam menjelaskan, dan untungnya otak Jongin cepat bisa menangkap jadi Jongin cukup membantu banyak dalam mengerjakan tugas. Sedangkan Minwoo, mereka sangat berterimakasih karena kecanggihannya dalam komputer sehingga mereka bisa membuat power point yang baik. Sedangkan Krystal, dia terlihat asyik dengan ponselnya, dan sesekali berbisik pada Jiyoung.
Asas legalitas, dimana suatu perbuatan tidak bisa dikatakan melanggar hukum jika tidak ada peraturan tertulisnya, benar kan Jing?” Jiyoung mengangguk menjawab pertanyaan Jongin, mata mereka bertemu dan itu membuat keduanya tersenyum.
“Asas hakim bersikap pasif?” Sulli memberi Jongin pertayaan tapi Jongin tak memedulikannya. “Ya Kim Jongin!!!” Sulli melempar bukunya dan tepat mengenai kepala Jongin.
“Ouch! Ada apa denganmu Choi Sulli?!?!” protes Jongin kesal, kali ini Sulli yang tak memedulikannya dan memilih untuk mengobrol dnegan Minwoo. Jiyoung tertawa terbahak sedangkan Krystal menyeringai melihat kebodohan Jongin.
Hari sudah sore ketika mereka sudah menyelesaikan tugas dan memutuskan untuk pulang. Jongin dan Minwoo berjalan di belakang Krystal, Jiyoung dan Sulli menuju gerbang sekolah. Jongin merasa sedih kenapa waktu berjalan begitu cepat, dia masih ingin berlama-lama bersama Jiyoung. Jongin membahas game terbaru dengan Minwoo ketiak sadar Krystal dan Sulli terkikik.
“Hei, bukankah itu Jieun noona?” Jongin melihat Jieun di gerbang, tidak sendirian karena ada Baekhyun di sebelahnya, “Apa yang dia lakukan dengan orang itu?” tanya Jongin.
“Dia itu Byun Baekhyun, semua orang di sekolah ini tau kalau mereka berdua dekat.” Sahut Krystal sedingin es, Jongin memandang Jieun dan Baekhyun sedikit kesal. Bagaimanapun juga Jongin tau kakaknya menaruh hati pada gadis itu.
“Baekhyun oppa itu sepupu Sehun kan Jing?” tanya Sulli berhasil membuat Jongin kaku.
“Ya, dia sepupu Sehun.” Jawab Jiyoung ramah seperti biasa.
“Itu Sehun, oh dia menunggumu sampai sore Jing!” Krystal berteriak melihat Sehun yang tersenyum ke arah mereka. Jongin merasa panas melihat adegan itu, Sehun menunggu Jiyoung dengan mobilnya, sedangkan Jongin? Motor saja dia tak punya.
“Semuanya, aku pulang dulu! Hati-hati di jalan!” Jiyoung melambai pada keempat temannya dan berlari ke arah Sehun, demi apapun Jongin merasa dadanya sesak. Kenapa dunia ini tak adil?
“Annyeong Minwoo, Annyeong Jongin!” Sulli melambai pada mereka dan segera menghilang bersama Krystal yang sudah di jemput sopirnya. Minwoo juga segera pamit karena dia membawa motor sendiri. Seandainya rumah Jongin searah dengan Minwoo mungkin Jongin sudah minta Minwoo mengantarnya.
Jongin menunggu bus di halte seorang diri, bayangan Sehun yang menjemput Jiyoung jelas mengganggu pikirannya. Sehun sangat berbeda dengan dirinya, benar seperti apa yang dikatakan Tao. Tapi Jongin tidak semudah itu menyerah, Jongin yakin bisa mendapatkan hati Jiyoung.
“Hei, kau adik Jongdae kan?” Jongin menoleh melihat sosok cantik yang sedang tersenyum padanya.
“Oh, kau Jieun noona!” Jongin membalas senyumnya, “Kau juga naik bus noona?”
“Hmm, tidak juga. Tadi pagi aku membawa motor kakakku, tapi aku kehilangan kunci motor sekarang.” jawabnya dengan lembut.
“Lalu siapa yang kau tunggu?” tanya Jongin lagi, tepat setelah pertanyaan itu terlontar sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka.
“Jieun-ah kajja!” Jendela mobil itu terbuka dan memperlihatkan sosok Baekhyun disana. Jieun segera bangkit menuju mobil, dia terlihat meminta sesuatu pada Baekhyun kemudian dia kembali menatap Jongin.
“Jongin-ah, ayo kau ikut saja, rumah kita satu arah kan?” Jieun menawari tumpangan pada Jongin dan sudah pasti dengan tegas akan di tolak oleh Jongin.
“Tidak noona terimakasih, aku naik bus saja!” jawab Jongin tegas.
“Ayo adik Jongdae, aku bisa mengantarmu!” Baekhyun ikut bicara tapi Jongin tetap pada pendiriannya.
“Busku sudah datang noona. Terimakasih dan hati-hati!” Jongin bangkit dari duduknya dan naik bus yang sudah berhenti. Secara fakta Baekhyun tidak mempunyai kesalahan apapun pada Jongin, tapi entah mengapa Jongin begitu tidak hormat pada Baekhyun. Mungkin karena dia bersama seseorang yang disukai kakaknya.
***
Malam itu seperti biasanya, Jongin selalu berada di kamar Jongdae dan mengganggu apa saja yang sedang dilakukan kakaknya. Meskipun sudah memiliki kamar sendiri, Jongin masih sering tidur di kamar kakaknya. Jongdae yang malam itu sudah menyelesaikan tugasnya melihat Jongin yang tiduran di ranjangnya, memukul-mukul bantal dengan kesal.
“Ya! Ada apa denganmu?” tanya Jongdae melihat keanehan Jongin.
“Hyung, apa Byun Baekhyun itu sangat kaya?” tanya Jongin, sebenarnya tanpa dia tanya pun Jongin sudah tau jawabannya.
“Untuk apa kau menayakan itu? Sudahlah berhenti memikirkan urusan orang lain.” Jawab Jongdae santai, dia mulai membaca komik-komiknya. “Bagaimana tadi dengan Jiyoung?”
“Awalnya menyenangkan, tapi tadi dia pulang diantar Sehun dengan mobilnya.” Jawab Jongin dingin, Jongdae hanya membuang nafas panjang. Dibanding Jongin, Jongdae lebih bisa menerima keadaan ekonomi keluarganya. Meskipun bisa di bilang Jongin juga menerima itu, tapi Jongdae merasa terkadang Jongin terlihat iri dengan teman-temannya yang lebih beruntung.
“Mereka tidak pacaran kan? Kenapa kau takut?”
“Aku tidak takut hyung!”
“Kalau begitu jangan iri terhadap apa yang dimiliki orang lain.” Jongin diam mendengar jawaban Jongdae.
“Aku tidak iri, aku bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang.” kata Jongin dan berhasil membuat Jongdae tersenyum. Bagaimanapun tingkah Jongin, Jongdae sangat menyayangi adiknya itu. Meskipun dia harus sedikit mengalah pada adiknya itu, tapi Jongdae tidak pernah merasa keberatan.
Secara fisik mereka berbeda, Jongdae mewarisi kulit putih ibunya, badannya juga kurus seperti ibunya. Berbeda dengan Jongin yang memiliki kulit sedikit gelap, badannya juga tegap tinggi persis seperti ayah mereka. Sifatnyapun begitu, Jongin memilik sifat keras seperti ayahnya, sejak kecil Jongin sering berkelahi. Bahkan ketika mereka masih kecil, Jongin sering bertengkar dengan teman bermain Jongdae yang mencoba mengganggu Jongdae. Jongin menjadi semacam  pelindung bagi Jongdae, terimakasih pada postur tinggi Jongin dan sifatnya yang keras.
***
Esoknya, sepulang sekolah Jongdae mengikuti latihan vocal di sekolahnya. Jongin memilih menunggu Jongade latihan, karena dia tidak mau naik bus atau jalan kaki. Jadi lebih baik dia menunggu Jongdae latihan meskipun itu sampai sore.
“Kita akan mengisi acara di pemerintahan, kita harus menyiapkan ini dengan baik!” jelas Minah pada teman-temannya. Jongin yang juga ada di ruang latihan memilih duduk di sudut, bersandar pada tasnya dan tas Jongdae melihat beberapa anak latihan.
“Coach, kita harus segera membagi bagian kita!” kata Baekhyun dan di setujui oleh yang lainnya.
“Baiklah, aku sudah memikirkan ini dari semalam. Jongdae, kau akan jadi vocal utama!” jelas Han songsaenim.
“Ne songsaenim!” jawab Jongdae seraya membalas senyum Minah.
“Dan untuk yeoja, kau Jieun.” Tidak bisa berbohong, Jongdae sangat senang karena Jieun juga menjadi vocal utama. Jieun segera berdiri di sebelah Jongdae dan membagi kertas berisi lyric pada Jongdae.
“Woah, kalian sangat beruntung!” kata Baekhyun ceria.
“Suara Jongdae sangat tinggi, aku rasa dia pantas mendapatkannya.” Sahut Kyungsoo menanggapi  Baekhyun.
“Ne ara ara!” jawab Baekhyun, kemudian dua orang itu bergabung dalam pertengkaran seperti biasa. Dimana ada Baekhyun dan Kyungsoo pasti ada pertengkaran disana, dan semua akan berakhir jika Minah sudah memarahi keduanya habis-habisan.
“Sudah-sudah, ayo mulai latihan.” Eunji yang sudah bosan dengan Kyungsoo dan Baekhyun memukul keduanya agar segera berhenti. Dalam team utama sekolah itu ada Jongdae, Jieun, Baekhyun, Kyungsoo, Minah, Luna dan Eunji.
Latihan mulai berjalan, Jongdae dan Jieun berusaha untuk melakukan yang terbaik dengan kemampuan mereka. Tak jarang mereka saling membenarkan satu sama lain. Jongin yang melihat itu tersenyum, dia tahu bagaimana perasaan kakaknya sekarang. Jongin ingin menertawakan setiap kali Jongdae mencoba memberi perhatian pada Jieun. Rasanya itu benar-benar aneh, Jongdae menjadi sedikit canggung di depan Jieun.

“Baiklah, sampai jumpa!” Jongin bisa mendengar suara Minah dalam tidurnya.
“Kai bangun!” seseorang menendang kakinya, Jongin mulai membuka matanya. Siapa lagi yang memanggilnya Kai kalau bukan Jongdae?
“Hyung, kau sudah selesai?” Jongin mengucek matanya, melihat Jongdae yang berdiri di hadapannya.
“Ayo pulang!” ajak Jongdae, Jongin segera mengikuti langkah kakaknya keluar ruang. Jongin dengan jelas bisa melihat Jieun pulang bersama Baekhyun, sesekali Jongin melirik Jongdae yang terlihat baik-baik saja. Jongin jadi merasa sedikit ragu, apa Jongdae benar-benar menyukai Lee Jieun itu?
“Jieun-ah, sepertinya ada masalah dengan mobilku. Aku akan menelpon sopirku dan menyuruhnya untuk mengantarmu.” Jelas Baekhyun pada Jieun yang hanya menunduk.
“Lalu kau bagaimana?” tanya Jieun.
“Aku akan menelpon bengkel. Kau begitu terburu-buru ya?” Baekhyun bisa melihat raut khawatir Jieun, Jieun hanya mengangguk. Mengerti situasi ini, Jongin mengambil kesempatan.
“Noona noona! Jieun noona!” Jongin menghampiri Jieun yang masih berdiri di depan mobil Baekhyun.
“Ne?”
“Kelihatannya kau harus sampai rumah dengan segera, kau bisa pulang bersama Chen hyung.” Tawar Jongin, Jieun mengerutkan keningnya.
“Jongdae maksudmu?” Jieun melihat Jongdae yang menuntun motornya, “Aku pikir kau pulang bersama kakakmu itu.”
“Tidak, kau saja yang pulang bersamanya. Aku masih ada urusan.” Kata Jongin berbohong. Urusan apanya? Dia sudah menunggu Jongdae latihan untuk pulang bersamanya, tapi dengan bodohnya Jongin menyuruh Jieun untuk pulang bersama kakaknya.
“Daripada naik motor, lebih baik kau menunggu sopirku saja.” Celetuk Baekhyun, Jieun terlihat berpikir.
“Butuh waktu lama untuk menunggu sopir itu, lebih baik kau pulang dengan Chen hyung saja!” Jongin menarik tangan Jieun dan menyeretnya ke tempat kakaknya. Jongdae membelalakkan matanya melihat Jongin dengan mudah memegang tangan Jieun, Jongin tersenyum penuh kemenangan.
“Baek, sepertinya aku pulang dengan Jongdae saja!” teriak Jieun pada Baekhyun yang hanya mengangguk.
“Hyung, kau harus mengantar Jieun noona selamat sampai rumahnya. Hati-hati jangan ngebut!” Jongin mengedikkan matanya, Jongdae hanya tersenyum. Adiknya yang merepotkan itu memang tak selamanya merepotkan.
“Kau bagaimana?” tanya Jongdae.
“Aku ada urusan!” Jongin membiarkan Jieun pulang bersama Jongdae. Jieun tersenyum dan melambai pada Jongin ketika mereka menjauh dan akhirnya menghilang di kelokan. Dan sekarang Jongin bingung harus bagaimana.
Jongin bisa melihat Baekhyun sibuk menelpon dan tak lama kemudian sebuah mobil datang menjemputnya, Jongin bersembunyi agar baekhyun tak melihatnya. Dan sekarang Jongin berdiri di depan gerbang sekolah, SENDIRIAN.
Jongin sadar betul tidak ada uang dalam dompet maupun sakunya. Sedangkan ponselnya, dia ingat hari ini tak membawa ponsel ke sekolah. Akhirnya dengan segala pengorbanannya untuk sang kakak, Jongin memutuskan untuk jalan kaki. Kalau bukan untuk kakaknya, Jongin tidak akan pernah mau melakukan hal bodoh seperti ini.
***
“Untuk tampil dalam acara pemerintahan kita harus memakai pakaian yang bagus. Kita memesannya saja pada penjahit langganan keluargaku, di jamin pasti hasilnya bagus.” Celoteh Baekhyun pada yang lainnya. Jongdae menelan ludah mendengar perkataan Baekhyun. Langganan keluarga Baekhyun? Pasti bukan sembarang penjahit, itu pasti sebuah butik!!!
“Boleh aku menjahit di tempat lain saja?” ujar Jongdae, semua menatapnya. “Hehe, aku rasa aku menjahit di tempat lain saja.” Jongdae memaksakan tawanya, Baekhyun menatapnya lurus.
“Tidak bisa!” kata Baekhyun tegas, “Semua harus kembar, ini bukan acara biasa Jongdae-ah.” Kata Baekhyun, Jongdae masih memperlihatkan senyum cerianya seperti biasa.
“Ayolah, pasti akan sama...” Jongdae masih mengumbar tawa khasnya, tapi Kyungsoo bisa membaca semua itu.
“Sudahlah, kita bahas itu nanti. Sekarang kita harus latihan.”  Kyungsoo memimpin teman-temannya. Jongdae menunduk, kemudian sebuah tangan menggandengnya.
“Sudahlah tidak apa-apa.” Kata Minah ceria, “Sana, Jieun sudah menunggumu.”
“Gomawo, Bang Minah.” Kata Jongdae tersenyum pada Minah, kemudian dia melihat Jieun yang dengan lembut menatapnya.
“Ayo Kim Jongdae!” kata Jieun seraya mengangkat kertas di tangannya. “Ah aku lebih suka tawa renyahmu dari pada tawa seperti sekarang ini.” kata Jieun dan untuk sesaat berhasil membuat Jongdae tersenyum tulus siang itu.


Sepulang latihan Jongdae masih harus menunggu Jongin yang sore itu berlatih dance. Jongin sudah protes habis-habisan karena dia jalan pulang ke rumah, dan sebagai gantinya Jongdae menunggunya sampai sore hari itu.
Jongdae sampai di tempat latihan dance, melihat adiknya masih serius berlatih. Tidak bisa dipungkiri adiknya terlihat sangat mengagumkan jika seperti itu. Jongdae berpikir bagaimana bisa Jongin menjadi sebodoh itu jika di rumah. Merengek, melempar apapun ketika dia kesal, selalu mencari perhatian omma, dan hal kekanakan lain yang dia lakukan.
Music berhenti, kemudian Jongin berbalik dan melihat Jongdae berdiri di dekat pintu.
“Hyung! Tunggu sebentar, aku sudah selesai!” kata Jongin ceria, kemudian dia segera menuju tasnya dan mengambil handuk kecil. Kemudian pelatih mereka terlihat memberi arahan pada Jongin dan teman lainnya. Sampai akhirnya mereka keluar ruang latihan.
“Hyung, aku akan ikut kompetisi dance.” Kata Jongin ketika dia sudah dekat dengan Jongdae, “Eh, apa aku sudah cerita?”
“Entahlah aku juga lupa.” Jawab Jongdae santai. “Ini, kau yang bonceng!” Jongdae melempar kunci motornya yang berhasil di tangkap dengan baik oleh Jongin.
“Eh bukankah itu Kang Jiyoung.” Kata Jongdae ketika melihat sosok Jiyoung di depan mereka.
“Ah benar, Ya! Kang Jiyoung!” Jongin berteriak, Jiyoung melambai padanya seraya tersenyum. Jongin mengacak rambutnya yang setengah basah karena keringat.
“Hai Jongin!” sapa Jiyoung.
“Kau menunggu seseorang?” tanya Jongin basa-basi, tapi Jiyoung hanya diam seraya tersenyum.
“Aku sudah bilang tak perlu menungguku!” seseorang di belakang Jongin berkata seraya berjalan mendekat pada Jiyoung. Demi apapun, Jongin ingin melempar batu tepat di kepala Sehun! Ya ampun Kang Jiyoung, bahkan dia rela menunggu Sehun selesai latihan sampai sesore ini.
“Aku bilang aku akan menunggu kan....” jawab Jiyoung manja. Jongin terpaku sekarang, Jongdae mencoba menyeretnya untuk menjauh dari sana, tapi sepertinya kaki Jongin terpaku disana.
“Oh hyung, kau teman sekelas Baekhyun hyung kan?” pertanyaan Sehun yang tiba-tiba itu membuat Jongdae kaget. Dia terlihat berusaha keras menyeret Jongin yang sibuk melotot pada Sehun, “Eh?”
“Iya, kau ada urusan dengan Baekhyun?” tanya Jongdae ramah.
“Apa dia sudah pulang?” tanya Sehun mencoba tidak memerhatikan Jongin yang masih emnatapnya tajam. Jiyoung melihat itu, dan sedikit bergidik.
“Dia sudah pulang. Latihan kami sudah selesai dari tadi.” Kata Jongdae, “Baiklah kami duluan.” Jongdae melambai pada Jiyoung dan Sehun kemudian menyeret Jongin dengan paksa. Jongin masih tidak bersuara sampai mereka di tempat parkir.
“Kenapa kau ramah sekali padanya  hyung? Kau tau? Aku tak sebaik itu pada Baekhyun!” kata Jongin kesal. Jongdae menatapnya aneh.
“Yang seperti tadi itu memalukan, kau tau!” kata Jongdae memukul kepala Jongin. “Sudahlah ayo cepat pulang, banyak yang harus aku kerjakan.”
“Kau harus membantuku hyung!” rengek Jongin.
“Aku akan membantumu dengan cara yang lebih baik. Yang tadi itu memalukan!” kata Jongdae seraya tertawa.

***

“Omma kami pulang!!”
“Omma aku lapar!!”
“Omma kau masak apa hari ini??”
“Omma beri nasiku lebih banyak dari Chen hyung!!”
“Aku lebih membutuhkan nasi lebih banyak omma!!”
Kedua saudara itu melihat ommanya sedang duduk di meja makan kecil berkaki pendek itu, Jongin dan Jongade segera duduk juga disana. Jongin meluruskan kakinya.
“Hari ini appa tidak pulang, kalian mau kan makan ramen saja?” tanya ommanya seraya tersenyum. Jongin dan Jongdae mengerti, hal ini biasa terjadi.
“Baiklah ayo Kai, kita bisa membuatnya sendiri!” Jongdae bangkit menuju dapur.
“Sudah Chen, biar omma yang membuatnya. Kau duduk saja!” Ommanya menuju dapur. Sedangkan Jongin dan Jongdae memilih untuk melihat televisi tanpa mengganti seragam mereka.
“Kai, omma membawa kue dari bakery tadi. Ini makanlah dan bagi dengan kakakmu.” Kai dengan semangat menghampiri ommanya dan mengambil kotak berisi kue. Omma mereka bekerja pada sebuah bakery, dan sudah biasa membawa kue atau roti yang tak terjual untuk di bawa pulang.
Dan satu lagi, tidakkah kalian sadar, keluaarga kecil sederhana itu memanggil Jongdae dengan panggilan Chen, sedangkan Jongin dengan panggilan Kai.

To be continue


Author's note: Hehe, datang dengan fic baru yang lebih ringan.  Gak susah kan bayangin Jongbros dari keluarga sederhana? kkk. Semoga suka dengan fic ini. Jangan lupa ketik comment kalian. ^_____^


Komentar

  1. ok dan saya tadi sudah komen panjang lebar tp kehapus =__= saya akan berusaha mengingat semua yang ingin saya ungkapkan sama seperti tadi...

    ok ini ff menghiburXD tp kenapa baca ini yang muncul di pikiran saya adalah "Kemiskinan dan Kekayaan" ya? bruakakakXD

    ayo makin dikentelin yang keakraban(kegilaan) jongbrosnyaXD ini ff sumpah udah berasa kayak sinetro ajaXD tp kalo yang maen orang2 ini ya gapapalahXD

    apa tuh apa ternyata jongbros bukan saudara kandung? apa Appa mereka bentar lagi bakalan mati buat nambah kemelasan hidup jongbros?XDXD

    karakter Jieun JIyoungnya lebih di kuatin lagi ya.. sampe sekarang belum kerasa karakter asli mereka gimana, mereka masih kayak gadis-gadis biasa yang hanya mengikuti alur.. masih belum keliatan gregetnya gituXD

    AND THIS: “Daripada naik motor, lebih baik kau menunggu sopirku saja.” Celetuk Baekhyun,,,,,, itu baek apa $uho sumpah?XDXDXD z*m*r*t XDXD

    dan tim vokal sekolah itu bener2 daebak. they'll exactly make a great vocal group!! XD

    penasaran, ditunggu next partnya of course^^ thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. di part ini isinya ngejelasin jongbros mulu....
      Jiyoung Jieunnya emang masih belum jelas...

      entahlah kenapa anda sangat zombret dengan mengatakan saya mau bikin bapaknya mati ha? zombret kenapa anda tau? anda pasti fans saya.

      Jujur saja baek absurd banget memang. Jongdae pun terlihat kurang trol.
      akan di lanjutkan di next chap oke....

      Hapus
  2. hahaha, jadi bayangin motor jongin jongdae yang butut itu sebenernya motor apaan? motor pitung kali ya? wkwk. waiting for the next chapter author.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. entahlah, yg penting butut udah. hehe
      oke, tunggu next chapter ya. terima kasih.. ^^

      Hapus
  3. DongheeCuterebellion6 Februari 2014 pukul 16.37

    Hahaha ngakak baca ff ini,,,bayangin si miskin JongBros naek motor butut,,,,belum puaaaas,,,mana interaksi KaiJing?? Buruan lanjuuuuuut,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. disini masih ngenalin keluarga sederhana JongBros... tunggu ya...
      ^_________^

      Hapus
  4. Ini gak dilanjut? Padahal cerutanya lucuuu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah