Langsung ke konten utama

[FANFIC] Destiny - Chapter 2



Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP




                Jiyoung mengingat semua yang pernah dia lakukan bersama Chanyeol, bagaimana pertama kali Chanyeol mengajaknya berkenalan, bagaimana mereka kemudian dekat, cara Chanyeol mengungkapkan perasaannya pada Jiyoung, kencan pertama mereka, dan masih banyak lagi. Semakin diingat semakin membuat Jiyoung ingin menangis, dia begitu mencintai Chanyeol. Jiyoung juga begitu yakin bahwa Chanyeol memiliki perasaan yang sama dengannya, tapi mengapa harus seperti ini?
                Jiyoung kembali ingat kejadian yang dia lihat di sekolah, dimana Chanyeol dan Eunji berciuman. Apa Chanyeol tidak memikirkan perasaan Jiyoung? Apa arti Jiyoung untuk Chanyeol? Kenapa Chanyeol tega melakukan ini padanya? Apa Jiyoung pernah berbuat salah pada Chanyeol?
                Ponsel Jiyoung terus berdering, panggilan dari Chanyeol yang tidak akan pernah dia jawab. Jiyoung masih sayang pada Chanyeol, tapi hatinya terlalu sakit. Jiyoung tidak bisa menerima perlakuan ini, Jiyoung tidak bisa menerima Chanyeol membagi hatinya untuk gadis lain. Ah, ini benar-benar menyebalkan.

                Esoknya Jiyoung ke sekolah diantar sopirnya seperti biasa. Sebenarnya Jiyoung tidak ingin masuk sekolah hari ini, tapi berhubung dia ingat ada dua ulangan harian hari ini dia mengurungkan niatnya. Jiyoung sudah tau dia pasti akan bertemu Chanyeol nanti, dan Jiyoung sudah memikirkan cara untuk menghindar darinya.
                Jiyoung berjalan menuju kelasnya ketika matanya menangkap sosok tinggi itu berdiri di pintu kelasnya. Tepat ketika Jiyoung mau kembali untuk ke perpustakaan, Chanyeol melihatnya dan segera menghampirinya.
                “Jiyoung-i...” panggilnya seraya menarik tangan Jiyoung, “Bisakah kita bicara? Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu Jiyoung-ah.”
                “Jangan ganggu aku.” Kata Jiyoung tegas, meskipun suaranya terdengar begitu rapuh.
                “Jiyoung, semua tidak seperti yang kau pikirkan. Aku mohon percayalah padaku, aku hanya menyukaimu Jiyoung. Apa kau tidak percaya padaku?” Chanyeol masih berusaha mendapatkan kembali hati Jiyoung dan semua itu membuat hati Jiyoung makin hancur.
                “Oppa, jangan ganggu aku. Aku sudah tau semuanya.” Jiyoung menarik tangannya dari pegangan Chanyeol dengan kasar. Beruntung bel segera berbunyi, Jiyoung segera masuk dalam kelasnya tanpa menghiraukan beberapa mata yang sedang asyik melihatnya.

                Pelajaran pertama hari itu olahraga, Suzy dan Jiyoung mengikuti pemanasan dengan teman yang lainnya. Suzy sangat mengerti pasti Jiyoung menangis semalaman karena matanya bengkak akibat terlalu lama menangis.
                “Kita olahraga dengan kelas B kan? Tapi kenapa aku tidak melihat Sulli?” tanya Jiyoung seraya mengedar pandang mencari Sulli.
                “Oh aku belum mengatakan padamu bahwa Sulli sakit?” tanya Suzy, Jiyoung hanya mengangguk. “Ya, Sulli sakit. Dia tidak masuk hari ini.”
                Hari itu pengambilan nilai lempar bola, setiap siswa harus memiliki pasangan untuk pengambilan nilai. Sialnya Jiyoung terlalu malas untuk olahraga hari itu, lempar bola basket yang seharusnya menyenangkan pun menjadi sangat menyebalkan.
                “Kalian berpatner sesuai absen, absen satu dengan dua dan begitu seterusnya.” Jelas Lee songsaenim pada muridnya. “Ayo cepat lakukan, olahraga itu harus cepat!”
                “Jiyoung-ah, absenku ada di depan. Aku kesana dulu ya!” pamit Suzy dan segera bertemu dengan patnernya. Jiyoung terlalu malas untuk mencari patnernya sampai seseorang menghampirinya dan memukul pundaknya pelan.
                “Jongin-ah? Ada apa?” tanya Jiyoung melihat Jongin duduk di sebelahnya sekarang.
                “Aku patnermu!” katanya singkat, “Sudah jangan dipikirkan orang itu. Tidak lama lagi dia juga lulus, akan sulit bertemu dengannya.”
                “Apa yang kau bicarakan?”
                “Tidak usah pura-pura bodoh, aku tau alasan matamu bengkak seperti ini pasti gara-gara putusmu dengan Chanyeol hyung. Sudah jangan dipikirkan, kau tidak mau berlatih?” Kai berdiri dan mengambil bola basket yang terdekat. Jiyoung tau Kai sedang menghiburnya sekarang, tapi yang tadi itu terlalu kasar bagi Jiyoung.
                “Tidak usah latihan, nilaiku nanti juga tidak akan maksimal.”
                “Ush, sudah menyerah!” ledek Kai kemudian meninggalkan Jiyoung dan memilih bermain bersama Sehun.
                “Kang Jiyoung, Kim Jongin!” panggil Lee songsaenim. Keduanya segera berlari memenuhi panggilan.
                Bola pertama dipegang oleh Kai, Kai melemparnya pada Jiyoung dan mulai berlari miring. Sial, Jiyoung tidak bisa menangkapnya dengan baik. Kemudian Jiyoung melemparnya asal pada Kai, untungnya Kai bisa menangkap meskipun lemparannya sangat buruk. Kai kembali melempar dan Jiyoung lagi-lagi tidak bisa menangkapnya.
                “Kang Jiyoung apa yang kau lakukan? Lakukan dengan baik! Apa aku tidak pernah mengajarimu?” teriak Lee songsaenim.
                “Maaf songsaenim!” teriak Jiyoung. Kai menatapnya tajam seakan berkata ‘konsentrasi Kang Jiyoung!’   Jiyoung hanya diam dan melanjutkannya.
                “Kau jangan kebayakan melamun!” protes Kai ketika mereka sudah selesai mengambil nilai.
                “Iya maaf, lagi pula nilaimu akan tetap bagus kok. Cuma nilaiku saja yang jelek.” Bela Jiyoung. Kai hendak membalasnya tapi Jiyoung sudah melesat jauh menghampiri Suzy. Kai hanya mengacak rambutnya dan mengumpat kesal.
                “Sudahlah Kai, suasana hatinya sedang tidak baik.” Sehun menghampiri Kai, Kai hanya menatapnya sekilas, heran.

***
                Hari itu semuanya terasa begitu lama, dua ulangan harian dengan soal yang super sulit membuat kepala Jiyoung makin ingin pecah. Sampai pelajaran terakhir pun, Jiyoung merasa waktu berjalan begitu lama.
                Suzy juga mengeluh disebelah Jiyoung, mengutuk waktu yang seakan berhenti. Mereka sudah lelah, lelah semua semua pelajaran hari itu. Dan khusus untuk Jiyoung, luka hatinya masih baru, dan itu mempersulit semuanya.
                Ketika bel sudah berdering, Suzy menjadi orang pertama yang keluar kelas. Dia sudah pamit pada Jiyoung harus pulang lebih dulu karena kepalanya sudah sakit akibat ulangan hari ini. Jiyoung hanya mengiyakan, dia juga berpikir akan pulang cepat hari ini. ya, sudah tidak ada yang bisa ditunggu atau menunggunya sekarang.
                Tapi siapa sangka Chanyeol sudah menunggunya di depan gerbang sekolah. Jiyoung juga bisa melihat Jongdae, Baekhyun, Kyungsoo dan Suho sebagai teman seangkatan Chanyeol. Kemudian Jiyoung sadar Sehun, Kai dan Krystal berjalan di belakangnya.
                “Jiyoung, aku mohon beri waktumu sedikit saja.” Chanyeol menarik Jiyoung untuk minggir.
                “Apa lagi sekarang?”
                “Aku mohon, aku hanya menyukaimu. Aku minta maaf atas kejadian kemarin, aku mohon jangan pergi. Tetaplah menjadi Jiyoungku.” Kata Chanyeol cepat. Ingin rasanya Jiyoung menarik Chanyeol dalam pelukannya dan memaafkan semua kesalahannya. Kembali menjadi pasangan dan melupakan semua kesalahan Chanyeol, tapi rasa sakitnya terlalu kuat.
                “Aku tidak bisa....” jawab Jiyoung.
                “Aku mohon Jiyoung-ah. Aku tau aku salah, aku minta maaf. Tidak bisakah kau kembali bersamaku? Aku menyukaimu Jiyoung, aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku mohon maafkan aku.”
                “Aku sudah memaafkanmu, tapi maaf aku tidak bisa kembali padamu. Aku mohon jangan ganggu aku lagi, jangan muncul dihadapanku lagi.” Kata Jiyoung dengan suara bergetar.
                “Tapi Jiyoung-ah..”
                “Apa kau tidak mendengarku? Apa kau tidak tau bagaimana perasaanku? Oppa! Aku sangat menyukaimu, tapi apa balasanmu padaku? Aku benar-benar tidak bisa untuk kembali lagi padamu, aku mohon jangan pernah muncul dihadapanku lagi!” dengan satu hentakan jiyoung mendorong Chanyeol yang berlutut dihadapannya dan segera berlari.
                “KENAPA KALIAN DIAM SAJA?” teriak Chanyeol pada semua temannya.
                “Aku mengerti perasaan Jiyoung, maaf kami tidak bisa membantumu untuk kembali pada gadis sebaik itu.” sahut Baekhyun.
                “Setidaknya salah satu dari kalian mengantarnya pulang dan pastikan dia selamat sampai rumahnya! Apa kalian tidak mau membantuku dengan itu?” kata Chanyeol lagi, membuat semua temannya haru melihat keadaanya. Kai segera melesat tapi kemudian Krystal menahannya.
                “Sehun-ah, bisakah kau mengantar Jiyoung? Cepatlah, sebelum dia jauh.” Kata Krystal, Sehun menuruti permintaan itu dalam diam.

                “Jiyoung!” Sehun memanggil Jiyoung yang berjalan cepat di depannya. Jiyoung dengan cepat menghapus airmatanya sebelum Sehun mendekat.
                “Ada apa?”
                “Aku akan mengantarmu pulang, tapi aku tidak bawa motor hari ini.” jawabnya santai seperti biasanya. “Kau baik-baik saja?”
                “Seperti yang kau lihat.”
                “Ah berarti kau tidak baik-baik saja. Kau mau berhenti untuk sekedar minum?” tawar Sehun, tapi tanpa menunggu jawaban Jiyoung dia langsung menarik Jiyoung masuk dalam cafe yang mereka lewati dan memesan dua minuman.
                Sehun mencoba menghibur Jiyoung dan Jiyoung menghargai niat baik itu. Entah mengapa Sehun memang orang yang paling membuatnya nyaman setelah Chanyeol dan Baekhyun.
                “Kau itu cantik, aku yakin banyak yang menyukaimu. Kau juga sangat baik, jadi maafkan Chanyeol hyung. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.” Kata Sehun di akhir membuat Jiyoung hanya diam.
                “Sudah sore, sebaiknya aku cepat mengantarmu pulang. Ayo!” Sehun menyadari kalimat terakhirnya itu sangat sensitif dan memilih untuk segera pulang saja.
***
                Hari-hari Jiyoung terasa begitu berat selama Chanyeol belum lulus. Selalu ada saja kesempatan untuk mereka bertemu, Chanyeol selalu memberi senyumnya yang tulus sedang Jiyoung hanya diam tak ada niatan untuk membalasnya. Pernah suatu hari Jiyoung bertemu dengan seniornya Eunji, rasanya Jiyoung benar-benar ingin menjambak rambutnya hingga terlepas semua dari kepalanya. Tapi apa Jiyoung bisa melakukan itu?
                Kadang Jiyoung merasa menyesal tidak menerima Chanyeol kembali dulu, tapi disisi lain dia merasa beruntung karena tau Chanyeol yang sesungguhnya. Dan sejak saat itu juga Jiyoung tidak ada pikiran untuk dekat dengan seseorang. Ya, Jiyoung tidak sadar jika dia dekat dengan Sehun sekarang.
                “Sudah, hari kelulusan tidak jauh lagi. Park Chanyeol itu akan segera pergi dari sekolah ini.” kata Sulli ketika mereka di kantin.
                “Ya, tapi dia akan kuliah di Universitas terusan dan setiap istirahat dia akan kesini untuk melihatmu.” Sambung Suzy membuat mereka tertawa. Meskipun rasa sakit Jiyoung masih ada, tapi dia sudah bisa menjadikan Chanyeol sebagai sebuah candaan sekarang.
                “Aku perhatikan akhir-akhir ini kau bersama Oh Sehun terus.” Tuduh Sulli.
                “Apa? Aku hanya dekat dengannya. Jangan berpikiran yang macam-macam!” kata Jiyoung tegas membuat Sulli dan Suzy terkikik.
***
                Hari kelulusan sudah tiba, Jiyoung bisa melihat Chanyeol bersama Eunji hari itu dan itu membuatnya sakit. Tapi setidaknya setelah ini dia tidak akan bertemu dengan Chanyeol dan Eunji di sekolah. Jiyoung hanya mengucapkan selamat pada Baekhyun, Kyungsoo, Jongdae dan Suho. Bahkan mereka juga berfoto bersama, tak lupa dengan Sehun, Kai dan Krystal juga.
                Chanyeol terlihat bergabung dengan mereka dan tepat ketika itu juga Sehun menarik Jiyoung untuk menjauh dari sana.
                “Trims, Oh Sehun.” Kata Jiyoung ketika mereka sudah berpisah dari gerombolan.
                “Apa kau ingin berfoto dulu dengannya?” tanya Sehun.
                “Tidak, jangan memperparah keadaan.” Protes Jiyoung dan Sehun hanya tertawa.
                “Chanyeol hyung sakit.” Kata Sehun tiba-tiba dengan nada serius.
                “Ya aku tau dari dulu otaknya memang sedikit sakit.” Jawab Jiyoung sebagai candaan.
***
                Jiyoung pikir sekolah akan menyenangkan ketika Chanyeol dan Eunji sudah lulus. Nyatanya? Jiyoung hampir dibuat gila karena tugas sekolah dan belajar untuk ujian nanti. Untungnya dia satu kelas bersama Sulli dan Suzy. Dan ya, Kai dan Sehun. Mungkin sudah menjadi takdir Jiyoung satu kelas bersama Kai dan Sehun.
                “Bagaimana keadaan appamu? Sudah baikan?” tanya Kai ketika dia dan Jiyoung menjadi kelompok. Mereka tidak tau sudah berapa kali mereka menjadi satu kelompok, karena inisial nama mereka yang sama, absen merekapun selalu bersebelahan dan itu membuat mereka sering menjadi kelompok.
                “Lebih baik, appa sudah bisa dirawat di rumah.” Jawab Jiyoung ramah.
                “Omma menyuruhku untuk mengajakmu jalan-jalan.”
                “Eh?” Jiyoung seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar.
                “Iya, tapi akhir pekan aku selalu pergi bersama Krystal. Jika kau mau, kau boleh ikut dan aku sudah melaksanakan perintah omma.” Jelas Kai.
                “Lalu aku melihat kalian berdua pacaran? Begitu? Kau bahkan lebih kejam dari Chanyeol.” Kata Jiyoung tak percaya.
                “Tentu saja tidak begitu, aku akan mengajak Sehun juga biar kau ada temannya. Ah kau ini!” keluh Kai.
                “Terserah kau saja.” Jawab Jiyoung singkat.
***
                Recana akhir pekan Kai dilaksanakan, pagi itu Kai sudah menjemput Jiyoung di rumahnya tanpa ada yang tau Krystal dan Sehun sudah ada di dalam mobil. Setidaknya dengan begitu keluarga mereka akan senang mengira Kai dan Jiyoung keluar berdua meskipun kenyataannya tidak begitu.
                “Adik Jongin hati-hati ya, kalau Jiyoung macam-macam kau telepon saja noona!” kata kakak kedua Jiyoung, Kai hanya mengangguk.
                “Ya sudah, kami berangkat.” Pamit Jiyoung malas.
                “Udah gak usah cemberut gitu.” Goda Kai.
                “Mana Sehun sama Krystal?”
                “Udah di mobil, yuk cepet!” ajak Kai. Benar saja, Jiyoung langsung disambut tawa konyol Sehun.
                Hari itu tidak membosankan seperti yang Jiyoung bayangkan, bahkan Jiyoung cenderung menikmatinya. Meskipun hanya menonton film kemudian dilanjutkan jalan-jalan di mall, hari itu terasa menyenangkan dan berbeda bagi Jiyoung.
                Setelah lelah bermain di pusat game, mereka memutuskan untuk makan. Dan seperti biasa, Kai dan Krystal mengumbar kemesraan membuat Jiyoung dan Sehun canggung.
                “Ehem-ehem, bisakah kalian hentikan itu?” tanya Sehun ketika Kai dan krystal tidak berhenti saling menyuapi satu sama lain.
                “Oh maaf.” Kata Krystal lirih, wajahnya memerah.
                “Kau memang butuh pacar Oh Sehun.” Kata Kai dan Sehun hanya mendelik kesal.
                “Lalu bagaimana dengan anak ini?” Sehun menunjuk Jiyoung, dengan cepat Jiyoung memukul lengan Sehun dengan keras.
                “Diam kalian berdua.” Katanya, Jiyoung sedang tidak ingin dibahas sekarang.

                Sehun menjadi orang yang minta diantar pulang malam itu, Kai segera melajukan mobilnya ke rumah Sehun. Kemudian dia mengantar Krystal karena rumahnya tak jauh dari sana. Jiyoung menjadi orang terakhir yang dia antar.
                “Terimakasih ya, kau sudah mau pergi hari ini.” kata Kai memecah keheningan.
                “Ya, aku menikmatinya. Eh, bukankah itu mobil orangtuamu?” tanya Jiyoung melihat mobil yang terparkir di halaman rumahnya.
                “Benar, berarti mereka disini?” Kai memasukkan mobilnya ke halaman rumah Jiyoung dan memakirnya disana.
                “Kau mau masuk?” tanya Jiyoung ragu.
                “Omma sudah mengirim pesan agar aku masuk dulu.” Kedua anak itu masuk rumah Jiyoung tanpa memikirkan apa yang terjadi selanjutnya.
                Jiyoung bisa melihat orangtuanya dan orangtua Jongin sedang mengobrol asyik di ruang tamu, semuanya langsung mengalihkan perhatian ketika Jiyoung dan Jongin masuk.
                “Kami datang!” seru Jiyoung.
                “Kalian berdua, duduk sini!” kata omma Jiyoung. Jiyoung dan Jongin duduk bersebelahan, sama herannya dengan apa yang sedang terjadi.
                “Jiyoung, kau masih menyimpan cincin yang appa beri padamu kan?” tanya ayahnya, suara ayahnya begitu lemah mengingat kesehatannya yang tidak begitu baik akhir-akhir ini.
                “Ehm, aku masih menyimpannya. Aku tidak pernah memakainya karena ukurannya terlalu besar.” Jelas Jiyoung.
                “Ambil dan bawa kesini.” Perintah ayahnya. Jiyoung segera naik menuju kamarnya dan mencari cincin yang dia simpan di laci. Setelah menemukan dia segera turun untuk kembali dalam perkumpulan kecil itu.
                “Jongin, kau juga masih menyimpan cincin yang appa beri kan?” tanya ayah Kai, Kai mengangguk ragu. Begitu banyak hal yang ada dipikiran Kai saat ini. Jiyoung sudah kembali dengan cincinnya. Jiyoung memperlihatkannya pada ayahnya. Kai membelalakkan matanya mengetahui cincin itu sama persis seperti miliknya.
                “Jongin, kau membawa cincinmu nak? Setau omma kau tidak pernah melepasnya.” Tanya ibunya. Kai dengan ragu menarik kalung dilehernya. Melepas kalung itu dan mengambil cincin yang menjadi bandul hiasan kalung itu.
                “Mwo? Ini sama!” seru Jiyoung mengambil cincin dari tangan Jongin.
                “Omma sangat senang mendengar Jongin mengajak Jiyoung jalan-jalan hari ini, dan omma rasa sekarang waktunya kalian tau.” Kata ibu Jiyoung.
                “Sebenarnya ada apa ini?” tanya Kai sedikit kasar.
                “Sebelum kalian lahir, kami sudah menjodohkan kalian.” Kata ayah Kai membuat Jiyoung dan Kai hampir berteriak.
                “Kesehatan appa sudah memburuk sekarang, appa ingin perjodohan ini segera berlangsung.” Lanjut ayah Jiyoung dengan suaranya yang lemah.
                “Tapi kami masih sekolah.” Protes Jiyoung.
                “Appa sudah memikirkan itu. Tinggal hitungan bulan kalian akan lulus, jadi appa ingin kalian konsentrasi masuk universitas. Dan kalian akan menikah setelah kalian lulus. Appa tidak punya banyak waktu.” Jelas ayah Jiyoung. Kalimat panjang itu seakan sebuah tamparan bagi Kai. Ide gila apa ini? Apa yang sebenarnya orangtuanya pikirkan?
                “Tapi aku tidak bisa melakukan ini!” kata Kai tegas, Jiyoung menoleh padanya. Jiyoung tau alasan Jongin, semua karena Krystal.
                “Kalian sudah terikat. Asas sus servanda, setiap perjanjian mengikat semua pihak yang terlibat. Pernikahan akan tetap dilaksanakan.” Kata ayah Kai jauh lebih tegas membuat Kai bungkam. Dan malam itu, Jiyoung yakin dia tidak akan bisa tidur karena berita perjodohan konyol ini.
***
                “APA? Kau dijodohkan dengan Kai?” Sulli dan Suzy berkata bersamaan.
                “Sttt! Pelankan suara kalian.” Pinta Jiyoung frustasi.
                “Kenapa kau selalu berhubungan dengan orang-orang itu, Chanyeol, Sehun, Kai.” kata Sulli.
                “Aku dan Sehun hanya teman!” bela Jiyoung.
                “Tapi sebenarnya aku sudah menduga ini. Mendengar setiap cerita keluargamu dan keluarga Kai. Sebenarnya kau dan Kai yang bodoh karena tidak curiga dari awal.” Kata Suzy memberi pendapat.
                “Lalu bagaimana reaksi Kai?” tanya Sulli lirih.
                “Tentu saja dia menolaknya. Kau tau kan dia sangat menyukai Krystal. Aku berani bertaruh Jongin tidak akan meninggalkan Krystal.” kata Jiyoung.
                “Tapi kau tidak kecewa kan, jika pada akhirnya Kai mempertahankan hubungannya bersama Krystal?” tanya Suzy.
                “Aiish! Apa yang kau tanyakan?!?!” Jiyoung panik.
***
                “Benar kan kau dijodohkan dengan Jiyoung. Benar kan apa yang aku bilang dari dulu?” Krystal berkata dengan penuh penekanan, Kai menyudutkannya di tembok.
                “Aku menolaknya, aku hanya ingin menikah denganmu!” tantang Kai.
                “Seharusnya kita memang putus dulu, aku menduga hal seperti ini akan terjadi. Seharusnya kita tidak pernah menjalin hubungan apapun. Benar kan?” airmata Krystal siap tumpah dan itu membuat hati Kai teriris.
                “Dengarkan aku, aku menolak perjodohan itu.”
                “Lalu apa ini?” Krystal memegang dada Kai dan menemukan kalung dengan bandul cincin. “Kau memakainya, jujur saja hatimu menerima perjodohan itu kan?” Krystal menangis sekarang.
                “Tidak, aku hanya akan menikah denganmu. Apapun akan aku lakukan untuk membatalkan perjodohan itu.” Kai memeluknya erat, membiarkan Krystal menangis di pelukannya.
***
                Semua jadi canggung dan buruk semenjak mereka tau tentang perjodohan itu. Setiap kali menjadi satu kelompok, Kai maupun Jiyoung tidak ada yang mau memulai percakapan. Dan itu menyulitkan mereka untuk mendapat nilai bagus.
                “Kalian itu patner, kalian harus bicara!” tegur Sehun pada suatu kesempatan karena tau nilai kelompok Kai dan Jiyoung terburuk di kelas. “Sebenarnya kalian mau lulus tidak sih?! Ujian sudah dekat!”
                Mau tidak mau Jiyoung selalu berusaha mengawali percakapan dan mencoba memimpin setiap kali mereka berkelompok. Kecuali olahraga, Kai dengan baik mengajari Jiyoung berbagai trik agar nilai mereka bisa baik.
                “Sudahlah, kita fokus untuk sekolah. Jangan pernah pikirkan masalah perjodohan, lupakan itu untuk sejenak. Dan aku juga akan membantumu untuk membatalkan itu. Aku tau kau sangat menyukai Krystal!” kata Jiyoung ketika Kai hanya diam dalam suatu pelajaran dan membuat Jiyoung muak.

                Jiyoung menceritakan semuanya pada Sehun, memang tidak ada lagi yang bisa memberi pendapat baik selain Sehun jika itu menyangkut Kim Jongin.
                “Aku tau dia menolak perjodohan itu, tapi bukan berarti aku harus mengerjakan setiap tugas kelompok kan? Aku salah apa? Dia pikir aku senang dengan perjodohan konyol itu!” oceh Jiyoung.
                “Mungkin Kai bingung. Bingung memilihmu atau Krystal.” jawab Sehun malas.
                “Jawaban apa itu? Sudah jelas kan Kai tidak akan meninggalkan Krystal!”  Jiyoung melakukan penekanan di kalimat terakhir.
                “Dibanding Kai, aku lebih penasaran padamu. Kau tidak kecewa kan Kai menolak perjodohan itu?” Sehun mendekatkan wajahnya pada Jiyoung.
                “Kau seperti Suzy, tentu saja tidak. Aku tau bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan sungguh. Dan aku tidak mau jadi orang ketiga diantara mereka karena aku tau bagaimana perasaan Krystal.” jelas Jiyoung penjang lebar.
                “Kau lagi curhat masalahmu sama Chanyeol hyung dulu?” goda Sehun semakin membuat Jiyoung naik pitam.
                “OH SEHUN!”
                “Oh ya, kau tidak ingin bertemu Chanyeol hyung? Dia sakit.” Jiyoung benar-benar kesal sekarang, dia menjambak rambut Sehun dengan asal dan segera pergi dari sana.
***
                Ujian sudah semakin dekat, Jiyoung juga semakin disibukkan dengan belajar. Jiyoung benar-benar melupakan tentang perjodohan dan hal-hal lain yang menurutnya tidak penting. Baginya yang terpenting saat ini adalah belajar untuk mendapatkan nilai yang baik dan bisa masuk universitas.
                Orangtuanya juga mengerti, mereka tidak pernah membahas tentang perjodohan. Tau putri bungsunya sedang bekerja keras dalam belajar.
                “Kau jangan terlalu serius belajarnya, nanti stres!” Sehun menghampiri Jiyoung di bangkunya. “Mana Suzy dan Sulli?”
                “Ke kantin.” Jawabnya singkat.
                “Kau gak ikutan? Gak lapar atau lagi diet?” tanya Sehun lagi dengan menyebalkan.
                “Aku nitip ke mereka. Oh Sehun sebenarnya apa yang akhir-akhir ini kau makan? Kenapa kau semakin menyebalkan?” tanya Jiyoung, Sehun malah pura-pura tidur di sebelahnya.
                Krystal masuk kelasnya, dan Jiyoung baru sadar sekarang mereka tidak bertegur sapa. Sejak kapan Jiyoung juga tidak sadar, yang dia tau sikap Krystal tidak seperti dulu. Apa mungkin Krystal tau masalah perjodohan? Jongin bodoh kalau sampai Krystal tau!
                “Gitu banget lihatnya, kalau berani samperin!” kata Sehun, lagi-lagi Jiyoung dibuat kesal.
                “Sehun-ah!” rengeknya. Jiyoung merasa Krystal sedang memerhatikannya sekarang.
                “Udah sana belajar lagi.” Kata Sehun.

                “Jongin, ini kau saja yang mengumpulkan.” Jiyoung menyerahkan tugas kelompoknya.
                “Han songsaenim kan?” tanya Kai, Jiyoung hanya mengangguk.

                “Kalian sekarang jadi canggung banget ya?” kata Sulli memerhatikan Kai dan Jiyoung.
                “Bagaimana tidak, perjodohan itu hal yang paling mengerikan di dunia. Aku turut prihatin kau harus mengalaminya Jing.” Kata Suzy. Jiyoung hanya diam merenungi nasibnya. Dulu dia diduakan sama seseorang yang begitu dia sukai, sekarang dia dijodohkan dengan seseorang yang tidak akan meninggalkan pacarnya. Sungguh sial kisah cinta Jiyoung.
***
                Ujian sudah datang, Jiyoung sudah menyiapkan semuanya dan dia yakin akan mengerjakan dengan baik. Sulli dan Suzy juga bertukar semangat dengannya. Sehun juga tak berhenti memberi Jiyoung semangat dan terus meminta maaf karena Sehun tidak bisa memberinya contekan.
                “Aku bahkan tidak ada pikiran untuk mencontek pekerjakaanmu OH!” protes Jiyoung kembali membuat Sehun senang.
                Jiyoung memerhatikan Kai, ingin sekali dia memberi Kai semangat. Tapi dia terlalu takut, dan Sehun terus menyuruhnya untuk memberi Kai semangat. Tepat ketika Jiyoung hendak menghampiri Kai, Krystal memeluk Kai dan tertawa bersama membuat Jiyoung mengurungkan niatnya. Sehun menarik tangannya dan membawanya menjauh dari sana.
                “Ingat, kerjakan dengan baik!” kata Sehun dengan senyum tulus, bukan senyum konyol seperti biasanya. “Kang Jiyoung hwaiting!” Jiyoung hanya tersenyum dan mengangguk.

                Ujian selesai, Jiyoung merasa lega dan ingin memanjakan dirinya dengan berbagai hiburan. Tidak peduli bagaimana hasilnya nanti, yang penting dia sudah berusaha dan Jiyoung yakin usahanya itu tidak akan mengkhianati. Jiyoung menghabiskan waktunya dengan selalu bermain bersama Sulli dan Suzy. Dan tidak terasa hari lulusan pun datang.
                Jiyoung merasakan ada yang aneh dengan dirinya, entah kenapa dadanya terasa sesak ketika melihat Kai dan Krystal sedang berfoto bersama dengan karangan bunga. Keduanya tersenyum bahagia dan sangat tulus, kemudian terlintas dibenak Jiyoung tentang perjodohan itu. Ya, Kai akan menikah dengannya.
                “Jiyoung ayo! Kenapa kau melamun?” teriak Sulli, Jiyoung segera tersadar dari lamunannya dan bergabung bersama Sulli dan Suzy untuk mengabadikan moment bahagia itu.
                “Jiyoung, ayo foto denganku!” Sehun tiba-tiba menyeretnya, meminta Kai untuk membantu mengambil foto mereka. Jiyoung merasa sedikit canggung setiap kali ada Kai didekatnya, berbeda dengan Kai yang terlihat biasa saja. Sehun merangkul Jiyoung dan tertawa pada camera, Kai tersenyum dan memberikan jempolnya untuk mereka berdua.
                “Kalian sangat cocok!” kata Kai. Sehun segera mengambil camera dan melihat hasilnya kemudian tertawa.
                “Yang seperti ini tidak cocok sama sekali, aku terlalu tampan. Eh Kai, coba kau dengan Jiyoung, aku akan foto kalian!” Sehun mendorong Kai agar mendekat dengan Jiyoung tanpa memikirkan Krystal yang ada disana. “satu, dua, tiga!” teriak Sehun. Jiyoung berusaha untuk tersenyum, dia melirik sekilas ke arah Kai yang juga tersenyum pada camera.
                “Sudah kan?” tanya Kai menghampiri Sehun, Jiyoung hanya menunduk. Perasaan apa ini? kenapa Jiyoung begitu senang bisa berfoto dengan Kai?
                “Kai ayo pulang, kau tidak ingin pulang?” ajak Krystal, nadanya sedikit berubah entah mengapa. Sehun menggoda Krystal agar mau menetap lebih lama, tapi sepertinya mood gadis itu sudah rusak dan akhirnya Kai memenuhi permintaannya untuk pergi.
                “Kau tidak pulang juga? Mana Sulli dan Suzy?” tanya Sehun dan Jiyoung hanya menggeleng, “Oh itu mereka, ayo!” Sehun berjalan mendahului dan Jiyoung mengikuti di belakangnya menuju Sulli dan Suzy.
***
                Mereka sudah menjadi mahasiswa sekarang, entah ini disebut kebetulan atau takdir tapi mereka semua melanjutkan ke Universitas yang sama. Meskipun berbeda jurusan, Jiyoung berjanji akan tetap berteman baik dengan Sulli, Suzy dan Sehun.
                “Jiyoung, keadaan appa memburuk. Aku, eonni dan omma akan ke rumah sakit. Kau di rumah atau ikut?” tanya kakaknya yang tiba-tiba muncul di kamarnya.
                “Tentu saja aku ikut!” Jiyoung segera bersiap. Dia bisa mendengar appanya kesulitan bernafas, membuat Jiyoung takut dengan sebuah perpisahan.
                Sesampainya di rumah sakit keluarga hanya bisa menunggu di luar selama tuan Kang diperiksa. Meskipun sangat khawatir, tapi ibu Jiyoung bisa menunjukkan ketenangan di depan tiga putrinya. Jiyoung sudah ingin menangis dari tadi, tapi melihat ibunya yang begitu kuat dia menahannya.
                “Keluarga tuan Kang?” seorang dokter keluar dan semua berkumpul di depan dokter. “Tuan Kang baik-baik saja, beliau hanya perlu dirawat untuk beberapa hari kedepan. Kalian tidak perlu khawatir karena kami sudah berhasil menanganinya. Tuan Kang harus menjalani rawat jalan setelah ini.” jelasnya kemudian pergi. Sebuah harapan kembali hidup, ya kepala keluarga mereka baik-baik saja.
                “Jiyoung sebaiknya kau pulang, kau harus menyiapkan untuk kuliahmu besok kan?” ibunya bertanya, Jiyoung hanya mengangguk. “Baik-baik di rumah. Jika terjadi apa-apa segera telepon omma” ibunya mengecup kening Jiyoung dan Jiyoung mulai berjalan.
                Di koridor dia bisa melihat Sehun, dengan cepat Jiyoung menghampirinya.
                “Sehun-ah! Sedang apa kau disini?” Jiyoung berhasil membuat Sehun kaget setengah mati, Sehun memegang dadanya karena kaget.
                “Gadis ini! Ada temanku sakit, kau mau lihat?” tawar Sehun.
                “Siapa? Apa aku mengenalnya?” tanya Jiyoung.
                “Ikut tidak?” tanya Sehun lebih tegas, Jiyoung hanya mengangguk dan mengikuti Sehun. Sehun membawa Jiyoung ke sebuah koridor yang sepi, sepertinya ini ruangan dengan pasien sakit parah. Disana sangat sepi dan tenang.
                “Sebenarnya siapa...”
                “Oh! Kang Jiyoung?” pertanyaan Jiyoung terpotong karena Luhan yang terlihat kaget melihatnya.
                “Luhan sunbae, apa kabar?” sapa Jiyoung canggung. Luhan terlihat melihat Sehun penuh tanya namun Sehun hanya mengangguk kecil.
                “Ayo Jiyoung, masuklah.” Sehun membuka pintu, Jiyoung masih belum bisa melihat siapa yang terbaring di ranjang tinggi itu. “Hyung aku datang, lihat siapa yang aku bawa.”
                Seketika Jiyoung terpaku, melihat Chanyeol sedang terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya juga begitu pucat, pipinya lebih tirus dan badannya terlihat kurus dari terakhir kali Jiyoung melihatnya. Chanyeol menatap Jiyoung yang terpaku, sebuah senyum tipis terlihat di bibirnya.
                “Jiyoung...” katanya lemah. Jiyoung masih diam dan menatap tajam ke arah Chanyeol.
                “Kenapa kau diam disana? Kesini!” Sehun menyuruhnya untuk mendekat. Perlahan Jiyoung mendekat, senyum Chanyeol terlihat lebih jelas dari dekat. Tapi senyum itu tidak seceria dulu, senyum itu terlalu lemah.
                “Kau sakit apa?” tanya Jiyoung sedikit kasar, bagaimanapun dia masih merasa sakit hati setiap kali melihat Chanyeol.
                “Aku baik-baik saja. Apa kau masih marah padaku, Jiyoung?” tanya Chanyeol, sebuah perasaan bersalah hidup di hati Jiyoung.
                “Tidak, untuk apa aku marah padamu.” jawab Jiyoung cepat, “Sebenarnya kenapa dirawat?” kini Jiyoung bertanya pada Sehun.
                “Karena dia sakit, kau aneh!” jawab Sehun asal seperti biasanya, Jiyoung memukul lengannya pelan dengan kesal. Chanyeol tertawa melihat itu.
                “Aku tidak percaya kalian sedekat ini. Jiyoung-ah, gomawo!” kata Chanyeol. Jiyoung hanya tertawa canggung, untungnya Luhan kembali setelah itu dan tidak membuat suasana menjadi canggung. Mereka mengobrol sebentar sampai Jiyoung ingat dia harus pulang. Sehun berkali-kali menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi Jiyoung menolaknya karena ada sopir yang mengantarnya.
***
                Kuliah pertama berlangsung begitu cepat, dan Jiyoung dengan tergesa berjalan seraya mengetik sesuatu di ponselnya.
                “Jongin? Kau dimana? Kau bisa ke rumah sakit sekarang?” Jiyoung berbicara dengan ponselnya.
                “.........”
                “Setelah ini kau masih ada kelas? Oh baiklah akan aku sampaikan pada semuanya nanti.” Jiyoung mematikan ponselnya dan segera pergi ke rumah sakit.

                Jiyoung bisa melihat orangtua Kai disana, Jiyoung tersenyum pada mereka.
                “Kau tidak bersama Jongin, sayang?” tanya ibunya.
                “Jongin bilang dia masih ada kelas sehingga dia tidak bisa kesini. Sebenarnya ada apa?” tanya Jiyoung.
                “Percuma jika Jongin tidak ada disini.” Kata ayah Kai, Jiyoung bisa melihat kekecewaan di matanya.
                “Akan aku pastikan Jongin datang besok. Hari ini kita hanya berkunjung untuk menjenguk, besok kita akan membicarakannya.” Sambung ibu Kai. Jiyoung bisa dengan mudah mengira itu masalah perjodohan. Lagi-lagi Jiyoung dibuat pusing dengan masalah konyol ini. Jiyoung memilih pamit dan pergi darisana. Sepertinya menjenguk Chanyeol akan sedikit membuat hatinya tenang.

                “Kau bohong, tidak ada kelas setelah ini. Siapa sebenarnya yang menelpon?” tanya Krystal penuh selidik.
                “Bukan siapa-siapa, sudahlah.” Jawab Kai malas.
                “Kang Jiyoung kan? Kenapa? Pernikahan kalian akan segera dilangsungkan?” tanya Krystal lagi, membuat Kai sedikit kesal karena itu.
                “Bisakah kau berhenti membahas tentang itu? Sudah berapa kali aku bilang padamu aku akan menolaknya? Apa kau tidak percaya padaku?” tanpa terasa Kai bicara begitu keras pada Krystal. Membuat Krystal tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.
                “Kenapa kau begitu kasar? Ya! Aku khawatir kau akan menikahi Kang Jiyoung itu! Apa kau tidak mengerti Kai? Aku benci Kang Jiyoung, kenapa kau harus dijodohkan dengannya? Aku sangat benci Kang Jiyoung!” teriak Krystal.
                “Bahkan Jiyoung juga berusaha membantuku untuk membatalkannya, lalu itu balasanmu untuknya?” Kai semakin meninggikan nada bicaranya.
                “Dan sekarang kau membelanya? Atau jangan-jangan kau bahagia dengan perjodohan itu?”
                “Jung Krystal! Berapa kali aku harus bilang! Aku akan mempertahankanmu! Kenapa kau tidak bisa mengerti posisiku? Aku mencintaimu dan aku berusaha untukmu!” jelas Kai keras, airmata jatuh di pipi Krystal. Untuk sesaat Kai hanya diam, tapi kemudian Kai menarik Krystal dalam pelukannya. “Mengertilah dan percayalah padaku.” Kata Kai lembut.
                “Aku takut Kai, aku takut...” kata Krystal dalam tangisnya. Kai mengeratkan pelukannya, tidak memedulikan ponselnya yang bergetar karena panggilan Jiyoung.
***
                “Siapa yang kau telepon? Sehun?” tanya Chanyeol, Jiyoung menggeleng dan kembali sibuk dengan ponselnya.
                “Jiyoung, jika kau lapar kau bisa ambil makanan disini, oke?” kata Baekhyun.
                “Baik oppa, gomawo.” Jawab Jiyoung ceria. Baekhyun kembali sibuk dengan laptopnya. Chanyeol memerhatikan Jiyoung yang duduk di samping ranjangnya, Chanyeol bisa tau Jiyoung sedang mengkhawatirkan sesuatu sekarang, Chanyeol tau Jiyoung sedang punya masalah hanya dengan melihatnya. Keceriaannya berbeda, Jiyoung terlihat menyembunyikan sesuatu.
                “Oppa sebenarnya kau sakit apa?” tanya Jiyoung sambil tetap menatap ponselnya.
                “Sudah kubilang aku tidak sakit.” Jawab Chanyeol.
                “Sudah kubilang dia begini karena kau menolaknya Jiyoung!” sahut Baekhyun berhasil membuat Jiyoung tertawa.
                “Baekhyun oppa, apa Eunji eonni tidak pernah kesini?” tanya Jiyoung sambil tertawa.
                “Aku tidak akan menjawabnya karena seseorang pasti akan membunuhku.” Jawab Baekhyun menatap Chanyeol penuh arti. Chanyeol memberi pandangan Baekhyun yang seakan berkata ‘kau cari mati?’
                “Aku baik-baik saja, jika memang kau masih bersamanya itu akan baik.” Kata Jiyoung.
                “Kau tidak sedang salah makan kan?” tanya Baekhyun.
                “Ya meskipun setiap kali melihat Eunji eonni dan orang ini aku ingin melempar mereka ke planet lain.” Jiyoung melirik ke arah Chanyeol kemudian disambut tawa Baekhyun. Jiyoung tertawa, tapi Chanyeol hanya diam menunjukkan rasa bersalah dan penyesalannya.
                “Chanyeol hyung, aku datang!” suara yang sudah tak asing bagi Jiyoung terdengar dari pintu. Dengan jelas Jiyoung bisa melihat Kai bersama Krystal yang mengaitkan tangannya di lengan Kai. Senyum keduanya seketika hilang ketika melihat Jiyoung tertawa dan duduk di samping Chanyeol.
                “Kai dan Krystal, sudah lama kalian tidak datang!” sambut Baekhyun. Kai menyerahkan oleh-oleh yang dia bawa pada Baekhyun. Jiyoung menatap Kai lekat, kemudian dia sadar seseorang juga sedang menatapnya. Krystal menatap Jiyoung dengan pandangan yang begitu berbeda pada saat pertama kali mereka bertemu. Wajah Krystal tetap sombong seperti dulu dan biasanya, tapi tidak ada senyum tulus yang dia berikan untuk Jiyoung seperti dulu.
                “Oppa sepertinya aku harus pulang.” Jiyoung bangkit dan mengambil tasnya.
                “Kenapa buru-buru, kau belum makan apapun.” Kata Baekhyun.
                “Aku sudah ada janji dengan Sehun. Chanyeol oppa, aku akan mengunjungimu lagi besok.” Jiyoung tersenyum sekilas pada Chanyeol dan Baekhyun. Dan ketika mata Jiyoung bertemu dengan mata Krystal, Jiyoung tersenyum namun hanya wajah dingin Krystal yang dia dapat.
                “Jiyoung-ah, hati-hati!” kata Chanyeol sebelum Jiyoung menghilang di balik pintu.

To be continued

Lagi-lagi maaf atas keterlambatan ff ini, alasannya masih sama author sakit lagi. Disini konfliknya sesungguhnya udah mulai kelihatan, tapi ruwetnya masih belum ada.  Inget ya, ff ini isinya sedih sedih sakit hati gitu. kkk. Semoga suka sama ficnya. jangan lupa komen. Author juga mulai nulis Brother Angel lagi, sayang banget kalo sampe ga di lanjutin.

Komentar

  1. Waah kereeen , jng sampe akhirnya tetep sedih . Kasian uri jing. Daebak authooor. Gwsm ditunggu lanjutannya

    BalasHapus
  2. akhirnya udah chap 2 aja...ayolah kai buka hatimu buat jiyoung dan lempar krystal dari pikiranmu..blum jelas jg perasaan sehun ke jiyoung,sebenernya dia suka apa nggak ya..ok nex chap lanjut!!!

    BalasHapus
  3. aahh,, akhirnya update juga. author tau nggak kalau aku bolak-balik blog ini buat ngecek update.an. #nggak tau juga nggak papa sih. ih akhirnya update juga. di sini jing nelangsa banget ya.. mungkin akan lebih baik kalau jing sama sehun yang sexy free and single gitu. kan jadi lancaaarr.. tapi jing sama kai yah? oke ditunggu penyelesaiannya sajo, semoga berakhir indah update soon author.. :D

    BalasHapus
  4. haaaaaa akhirnya update juga hehe . jiyoung chanyeol putus ya hmm agak kasian juga sih, sebenernya aku suka jiyoung sama chanyeol ._. sehun care ya jiyoung pas jiyoung putus sama chanyeol. tapi bingung deh sebenernya sehun tuh ada rasa gak sih sama jiyoung? kok kayaknya dia kyak yang makcomblang gitu ya bikin jiyoung supaya deket sama kai --"
    orangtua kaijing udah ngebet sama perjodohan kayaknya. tapi kai gak mau ngelepasin krystal. semoga kai cepet sadar deh kalo jiyoung lebih baik dari krystal :p *eh
    ditunggu next chapnya ya ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah