Langsung ke konten utama

[FANFIC] Destiny - Chapter 3



Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP




Jiyoung bisa melihat Sehun sedang menunggunya, Jiyoung mempercepat langkahnya dan duduk dihadapan Sehun.
                “Jadi bagaimana? Kapan tanggal pernikahan kalian?” tanya Sehun dengan raut wajah serius, tapi didengar dari nadanya jelas Sehun sedang menggoda Jiyoung.
                “Sehun-ah, kau tau appaku sedang sakit. Jadi para orangtua itu ingin pernikahan segera diadakan. Aku harus bilang apa pada Jongin?” Jiyoung terlihat sangat gelisah.
                “Kenapa kau harus mengkhawatirkan Kai? Dia masih tidak setuju dengan itu? Jadi sekarang cintamu bertepuk sebelah tangan?” Sehun balik menyerangnya dengan pertanyaan.
                “Apa aku terlihat menyukai Jongin? Oh demi apa kau Sehun, Krystal orang yang paling aku khawatirkan disini. Aku tau bagaimana rasanya menjadi Krystal. Bahkan sampai sekarang aku masih kesal setiap kali bertemu dengan Eunji sunbae.” Jelas Jiyoung, Sehun mengangguk penuh arti.
                “Lakukan saja pernikahan itu untuk orangtua kalian, tapi kalian berdua bisa membuat perjanjian sendiri disana. Kai tetap bisa berhubungan dengan Krystal, atau kalian akan berpisah setelah itu. Terserah kalian saja.” Sehun mneyeruput kopinya. Jiyoung terlihat berpikir, ide Sehun mungkin bisa dia gunakan.
                “Oh Sehun, kau memang sahabatku yang paling baik.” Jiyoung tersenyum senang.
                “Kau rajin mengunjungi Chanyeol hyung.” Sehun mengalihkan pembicaraan.
                “Bagaimanapun juga aku sangat sedih melihat keadaannya seperti itu sekarang. Sebenarnya dia sakit apa?” tanya Jiyoung lagi.
                “Cari tau sendiri, aku tidak ingin membahas penyakit orang.” Jawab Sehun menyebalkan, Jiyoung memukul kepala Sehun sekuat yang dia bisa. Sehun meringis seraya memegang kepalanya yang sakit karena Jiyoung.
***
                Jiyoung buru-buru ke rumah sakit begitu mendengar keadaan ayahnya menurun, dengan diantar Sehun yang kebetulan juga ke rumah sakit untuk menjaga Chanyeol. Jiyoung dan Sehun bisa melihat ibu Jiyoung sedang menangis di ruang tunggu, Jiyoung segera menghampirinya.
                “Omma, kenapa sebenarnya?” tanya Jiyoung.
                “Omma juga tidak mengerti, tiba-tiba appamu kesulitan bernapas tadi kemudian dokter bilang bahwa keadaan appamu sedang drop. Jiyoung, appamu sangat ingin menlihatmu menikah dengan Jongin karena itu sudah menjadi janjinya dengan paman Kim sejak dulu. Kau mau kan sayang mempercepat pernikahanmu?” Jiyoung dibuat bingung. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan ayahnya dan dia akan melakukan apa saja agar ayahnya sembuh. Tapi jika syarat itu harus ditempuh dengan menikahi Jongin? Jiyoung tidak yakin dengan itu.
                “Sehun-ah, kau mau mengantarku ke tempat Jongin?” pinta Jiyoung ketika ommanya berhenti bicara. “Omma, aku pergi dulu. Aku akan kembali secepat mungkin.”
                Jiyoung langsung menarik Sehun agar berlari bersamanya. Jiyoung sudah tidak bisa berpikir lagi, yang ada dipikirannya ayahnya harus sembuh. Dia akan memohon pada Jongin bagaimanapun caranya.
                Sehun mengantar Jiyoung ke rumah Jongdae, karena sekarang ini mereka sering berkumpul disana. Dan benar saja, mobil Jongin terparkir disana. Sehun mengajak Jiyoung untuk masuk, dia bisa melihat ada Jongin, Jongdae, Kris dan Luhan sedang disana. Banyak makanan dan minuman di meja.
                “Kai, ada yang ingin bicara denganmu.” Sehun merebahkan dirinya di sofa, duduk di sebelah Kris. Sedang Kai mengerutkan keningnya, Jiyoung masuk dan membuat Kai mengerti.
                “Jongin-ah, bisa aku bicara sebentar denganmu?” Jiyoung menunggu di luar, Jongin segera bangkit dan memenuhi pangilannya. Perlu waktu untuk Jiyoung menjelaskan semuanya.
                “Sebenarnya ada apa?” tanya Jongin lembut.
                “Kau tau kan, nanti malam kau tidak bisa menolak lagi untuk ke rumah sakit. Appaku sangat parah Jongin-ah. Untuk kali ini aku mohon padamu, datanglah nanti malam dan jangan menolak mereka.” kata Jiyoung dengan cepat. Jongin terlihat berpikir.
                “Apa maksudnya ini?” tanya Jongin lagi, membuat Jiyoung makin tidak berani untuk menjelaskan lebih lanjut. “Kau ingin aku menyutujui perjodohan itu? Bukankah kau juga menolaknya?”
                “Aku tau, tapi melihat keadaan appaku seperti ini, sepertinya kita harus melakukannya. Aku mohon, kau tetap bisa berhubungan dengan Krystal. Ya karena memang dia pacarmu, aku mohon Jongin, demi kesehatan appaku. Jangan tolak ini, tapi tenang saja kau tetap bisa bersama Krystal dan aku pastikan keluarga kita tidak tau tentang ini.” jelas Jiyoung lagi.
                “Aku akan datang nanti, tapi aku tidak tau apa yang akan aku lakukan. Aku tidak berjanji akan melakukan semua yang kau inginkan.” Jawabnya kemudian kembali masuk ke rumah Jongdae. Rasanya Jiyoung ingin menangis, kenapa dia berada diposisi seperti ini?
                “Sudah selesai?” Sehun berada di pintu, menatap Jiyoung dengan lekat dan Jiyoung hanya menjawab dengan anggukan. “Kembali ke rumah sakit?”
                “Ya, aku ingin melihat appa.” Sehun berpamitan pada yang lainnya. Sepanjang perjalanan Jiyoung hanya diam dan tidak menanggapi lelucon Sehun. Sehun mengerti Jiyoung dalam keadaan yang sangat sulit sekarang.
                “Kau yakin akan melakukan perjodohan itu? Bagaimana dengan Kai?” tanyanya serius.
                “Sepertinya dia tetap menolak. Aku akan melakukannya demi appaku.” Jawab Jiyoung sambil menatap kosong ke luar jendela. Sehun menatapnya sekilas, entah apa tapi Sehun juga merasa sedih untuk Jiyoung.

                Malam itu keadaan appa Jiyoung sudah membaik meskipun masih buruk. Dia bisa melihat orangtua Jongin sudah datang disana, Jiyoung berharap penuh pada kedatangan Jongin.
                “Jiyoung, apa kau tidak bertemu Jongin? Paman tidak bisa menghubunginya sekarang.” tanya paman Kim pada Jiyoung. Jiyoung bangkit dari duduknya untuk mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Jongin.
                “Aku juga tidak bisa menghubunginya paman, mungkin sebentar lagi dia akan datang.” Kata Jiyoung lemah. Satu jam hingga dua jam Jongin tidak muncul juga, Jiyoung menggenggam tangan appanya berharap Jongin segera datang.   
                “Jongin, akhirnya kau datang dan siapa kau?” Jiyoung mendengar suara Mrs. Kim. Jiyoung keluar untuk melihat apa yang terjadi, dan dengan jelas dia bisa melihat Jongin mengajak Krystal kesana. Dilihat dari matanya, sepertinya Krystal baru saja menangis.
                “Masuklah!” perintah ayahnya, Jongin hanya diam dan tidak melepas tangan Krystal. Semua keluarga ada di dalam ruangan sekarang ditambah Krystal. Semua pandangan menuju ayah Jiyoung yang sedang membuka matanya dengan begitu lemah. Jiyoung sudah tidak tau apa yang ada di pikiran Jongin, yang pasti Jiyoung terus berdoa semoga Jongin tidak melakukan hal bodoh.
                “Tepat ketika Jongin lahir, appa dan paman Kim sudah menjodohkan kalian berdua. Dan sepertinya appa sudah tidak lama lagi berada di dunia ini, appa minta pernikahan kalian segera dilangsungkan.” Kata ayah Jiyoung dengan suaranya yang lemah.
                Jiyoung hanya bisa menunduk, dan dia bisa melihat Krystal meneteskan airmatanya. Ya Tuhan, dia tau bagaimana rasanya menjadi Krystal dan dia sangat minta maaf untuk itu.
                “Tapi aku tidak bisa melakukan perjodohan ini.” kata Jongin tegas. Bodoh! Kim Jongin bodoh! Apa kau ingin membunuh appaku? Batin Jiyoung.
                “Kim Jongin!” seru ayah Jongin tegas.
                “Sudah berapa kali aku bilang, aku menolak perjodohan ini, begitu juga dengan Jiyoung. benar kan Jing?” Jongin menatap Jiyoung sekarang, namun Jiyoung memilih bungkam.
                “Apapun yang terjadi, aku dan Jiyoung tetap tidak bisa melakukan perjodohan ini.” Jongin mengakhirinya dan menarik Krystal agar keluar dari ruangan. Tiba-tiba ayah Jiyoung kembali susah bernafas, Mr. Kang memegang dadanya dan terlihat menahan kesakitan dan sulit mengambil nafas.
                “Appa!” teriak Jiyoung. Ommanya dan orangtua Jongin juga ikut panik. Dengan cepat Jiyoung memanggil dokter lewat telepon dan kemudian mengejar Jongin yang ternyata masih ada di depan pintu.
                “Kim Jongin, jadi kau ingin membunuh appaku?” tanya Jiyoung dengan suara bergetar. Jongin menatapnya heran, Krystal juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
                “Jiyoung, kau tau sendiri.....”
                “Ya aku tau tapi bukan begitu caranya! Aku sudah bilang padamu sore tadi, jangan melakukan hal bodoh! Kau ingin melihat aku tidak punya ayah? Ha? Itu maumu Kim Jongin?” Jiyoung sudah menagis sekarang, dia sangat kecewa pada Jongin. Beberapa dokter masuk dalam kamar rawat Mr.Kang.
                “Jiyoung aku tidak tau jika....”
                “Akibatnya akan seburuk ini? Terlambat!” Jiyoung ambruk dari posisi berdirinya. Jiyoung bersimbuh di lantai seraya menangis. Jongin menghampirinya dan membantunya untuk bangkit, begitu juga Krystal.
                “Jiyoung bisakah kau lebih tenang?” Krystal angkat bicara.
                “Tenang ketika appamu akan mati?” Jiyoung membalas dengan getir.
                “Jiyoung-ah!” Sehun berlari menghampirinya, Jiyoung langsung memeluknya membiarkan tangisnya pecah dalam pelukan Sehun. “Sudah jangan menangis.” Kata Sehun lembut.
                “Aku minta maaf Jing.” Kata Jongin kemudian segera masuk dalam kamar rawat.
“Paman Kang, aku dan Jiyoung akan menjalani perjodohan itu. Kami akan menikah, terserah kalian kapan akan menentukan tanggalnya. Aku mohon paman bertahanlah sampai kami menikah.” Jiyoung bisa mendengar suara berat Jongin berkata. Jiyoung makin menangis hebat dalam pelukan Sehun. Sedang Krystal, dia hanya berdiri terpaku seraya menangis.
***
                “Aku tidak bisa percaya ini...” kata Sulli seraya memerhatikan Jiyoung yang mengenakan gaun berwarna putih. Jiyoung hanya tersenyum lemah.
                “Kau sangat cantik, bahagialah!” Suzy memeluk Jiyoung, sebenarnya dia tau bukan perikahan seperti ini yang diinginkan Jiyoung. Tapi mau bagaimana lagi, sudah seperti ini keadaannya.
                “Nona Jiyoung, acara akan segera dimulai. Nona harus bersiap-siap.” Seorang pelayan memberitahu, Sulli dan Suzy menatap Jiyoung memberi semangat. Ketiganya tersenyum, meski tidak dapat dipungkiri ketiganya juga menahan tangis.
                “Kami akan keluar, jangan lupa tersenyum.” Sulli dan Suzy keluar ruangan. Kemudian seorang pelayang membantu Jiyoung untuk bersiap-siap. Jantungnya berdegup begitu kencang.

                Jiyoung berjalan, dia bisa melihat banyak tamu disana tersenyum bahagia atas pernikahannya. Jiyoung mengaitkan tangannya dilengan sang ayah yang lemah. Di ujung sana, Jiyoung bisa melihat seseorang dengan tuxedo berwarna putih berdiri menunggunya. Semakin dia melangkah jarak mereka semakin dekat. Sampai Jiyoung merasakan ayahnya menyerahkan tangannya pada seseorang itu, Kim Jongin.
                Kai tersenyum padanya, mengajaknya untuk berdiri bersebelahan. Jiyoung tidak tau apa yang harus dia rasakan, senyum Kai berbeda. Bukan sebuah senyum bahagia seperti yang Jiyoung harapkan.
                Para tamu seakan menahan napas melihat moment dimana Kai menjawab pendeta. Jiyoung tidak bisa mendengar dengan baik, semuanya seperti melambat seperti adegan sebuah film. Kemudian pendata beralih menatapnya, Jiyoung terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tidak bisa mendnegar dengan baik. Tapi Jiyoung tau dia hanya perlu bicara satu kalimat.
                “Aku bersedia.” Kalimat itu keluar dari mulutnya. Tiba-tiba bayangan Krystal muncul di kepala Jiyoung. Krystal pasti sangat sedih melihat Kai, orang yang begitu dia cintainya harus menikah dengannya. Jiyoung benar-benar tidak bisa berpikir baik, mungkin dia tidak sadar jika Kai sudah mendekatkan wajahnya dan mempertemukan bibir mereka. Mungkin Jiyoung tidak mendengar semua tamu, saudara, rekan bisnis keluarga, kerabat dan sahabat bersorak dan menangis bahagia untuknya. Yang Jiyoung tau, ini sebuah situasi yang salah.
***
                Jiyoung menunggu Kai di dalam mobil, dia bisa melihat Kai masih mengobrol dengan teman-temannya. Jiyoung juga bisa melihat Chanyeol yang terlihat begitu lemah datang ke pesta pernikahannya. Malam itu, Jiyoung tidak lagi pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah keluarga Kim.
                “Maaf membuatmu menunggu.” Kai sudah masuk mobil, nadanya terdengar begitu datar di telinga Jiyoung.
                Selama di perjalan menuju rumah Kai tidak ada perbincangan diantara keduanya. Kai memilih meyalakan radio, yang sialnya membuatnya suasana semakin canggung. Mereka sudah saling kenal, tapi keadaan ini justru membuat mereka canggung.
                Kai membantu membawakan barang-barang Jiyoung tanpa bersuara. Jiyoung mengikutinya di belakang, dan mereka disambut hangat oleh orantua Kai dan kedua kakaknya yang lebih dulu sampai di rumah.
                “Jiyoung, kau bisa tidur di kamar Kai. kami sudah membersihkannya.” Kata kakak pertama Kai. Jiyoung hanya diam dan menurut, Kai mengajaknya untuk masuk ke kamar.
                “Kau hanya membawa ini?” tanya Kai melihat hanya satu koper yang Jiyoung bawa, bertanya mungkin saja ada barang lain yang belum turun dari mobil.
                “Aku hanya membawa sedikit.” Jawab Jiyoung.
                “Anggap saja ini kamarmu, ya secara teori ini kamarmu juga.” Kai berkata seraya berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Jiyoung menata beberapa bajunya di almari Kai yang beberapa bagian sudah dikosongkan.
                Kai keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Jiyoung merasa bahkan Kai tidak terlalu memikirkan Jiyoung yang sedang ada disana. Kai mengambil ponselnya dan erlihat frustasi karena panggilannya tidak segera di jawab.
                “Bagaimana Krystal?” tanya Jiyoung khawatir.
                “Tidak perlu memikirkannya. Cepat mandi dan segera istirahat, aku harus keluar sebentar.” Kai segera memakai jaketnya, tidak peduli dengan rambutnya yang berantakan.
***
                Jiyoung membuka matanya dan mendapati Kai tidur di sofa yang ada di kamar Kai. Sebenarnya Jiyoung menunggu Kai hingga larut semalam, tapi dia tertidur. Jiyoung tau Kai pasti menemui Krystal.
                Jiyoung membawa selimutnya dan menyelimuti Kai yang terlihat begitu lelah. Setelah memastika Kai tidak terbangun, Jiyoung segera menuju kamar mandi.
                Masih terlalu pagi untuk berangkat ke kampusnya, Jiyoung memilih untuk ke dapur dan membantu menyiapkan sarapan. Entah perasaan apa ini, tapi Jiyoung benar-benar merasa punya tanggung jawab sebagai seorang istri Kim Jongin.
                “Jongin lebih suka sarapan di kamarnya. Bawa ini dan pastikan dia menghabiskan sarapannya.” Kata Ibu Kai, Jiyoung membawa nampan itu dengan hati-hati.
                “Jongin-ah...!” Jiyoung mencoba membangunkan Kai, Kai hanya menggeliat tanpa membuka matanya.
                “Jongin-ah bangunlah, sarapan!” setelah beberapa menit Jiyoung berhasil membuat Kai bangun. Kai meneguk air putih yang dibawa Jiyoung, kemudian memakan roti yang Jiyoung bawa dengan mata sedikit terbuka.
                “Kau tidak ada kelas pagi ini?” tanya Jiyoung, Kai hanya mengangguk sambil tetap melahap rotinya. Jiyoung ragu Kai mencerna pertanyaannya atau tidak.
                “Jongin? Kau ada kelas pagi ini?” Jiyoung mengulangi pertanyaannya.
                “Ya...” kata Kai dengan suaranya yang serak.
                “Segera habiskan sarapanmu dan mandi.”

                Kai keluar dari kamar mandi dan mendapati pakaian di ranjangnya, sepertinya Jiyoung yang menyiapkannya. Kai melihatnya sesaat, kemudian tanpa pikir panjang segera memakainya.
                “Jongin, kau sudah selesai?” teriak Jiyoung dari luar. Kai membuka pintu dan membiarkan Jiyoung masuk.
                “Aku juga ada kelas pagi hari ini.” Kai bisa melihat Jiyoung berpakaian rapi. “Kita bisa berangkat bersama kan?”
                “Eh? Hmm, bisakah kau minta tolong pada Sehun? Aku harus menjemput...” Kai tidak meneruskan kalimatnya.
                “Ah ya, kalian selalu berangkat bersama. Baiklah, aku akan berangkat bersama Sehun.” Jawab Jiyoung ceria.
                “Aku akan mengantarmu sampai halte dekat rumah, kau tidak ingin aku dibunuh Ibuku karena membiarkanmu berangkat sendiri kan?” Kai mendahului, Jiyoung hanya menurut saja.

                Jiyoung pikir Kai akan segera meninggalkannya begitu mereka sampai halte, nyatanya Kai menunggu hingga Sehun datang. Sialnya Sehun terlalu lama pagi itu, membuat Kai uring-uringan sendiri. Jiyoung melihat Sehun datang bersama motornya, Jiyoung lega setidaknya Kai akan berhenti uring-uringan tapi Kai justru malah mengumpat keras.
                “Kenapa bawa motor?” tanya Kai keras pada Sehun.
                “Memangnya kenapa? Aku bahkan tidak ada kelas pagi hari ini, kau itu minta tolong, minta tolong!” Sehun memberi penekanan di dua kata terakhir.
                “Dimana mobilmu?” tanya Kai lagi.
                “Di rumah sakit. Semalam aku pulang bersama Suho hyung.” Sehun menjawabnya malas, “Kau, kenapa diam saja? Cepat naik!” meskipun Sehun membentaknya, tapi Jiyoung tidak merasa keberatan apalagi takut. Begitulah Sehun.
                “Kau juga, dia itu istrimu. Jangan seterusnya melempar tanggung jawabmu padaku, aku ini pemuda yang sibuk!” kata Sehun dengan penuh percaya diri.
                BAK!
                “Berhenti bicara dan berangkat saja!” Jiyoung memukul kepala Sehun keras. Sehund an Jiyoung segera berpamitan untuk berangkat sedang Kai segera menjemput Krystal.
***
                “Kangji!!! Disini!” teriak Sulli begitu melihat Jiyoung memasuki area kantin, Jiyoung juga bisa melihat Suzy dan Sehun disana.
                “Kau baik-baik saja kan?” tanya Suzy khawatir.
                “Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan.” Jawab Jiyoung seraya tersenyum.
                “Hei! Kai menyuruhku mengantarmu pulang nanti!” kata Sehun kesal, Jiyoung memutar bola matanya. Bukankah Sehun memang sering mengantarnya pulang? Kenapa dia terlihat begitu kesal?
                “Biasanya juga seperti itu kan, kenapa kau kesal sekali mengantarku pulang?” protes Jiyoung.
                “Aku mengantar istri orang! Yang benar saja!” Sehun menjambak rambutnya sendiri.
                “Dari pada nyonya Kim, Jiyoung memang lebih pantas dipanggil nyonya Oh!” celetuk Suzy seraya menyeruput minumannya.
                “Lagipula kau tau keadaannya kan, sebagai sahabat kau juga harus membantu Jiyoung!” Sulli menatap Sehun tajam.
                “Eh, tapi aku dengar Krystal tidak masuk hari ini.” Suzy berbisik mengubah topik, seketika membuat kening Jiyoung berkerut.
                “Haruskah aku menemuinya?” tanya Jiyoung pada ketiga sahabatnya.
***
                Jiyoung makan malam bersama keluarga barunya tanpa Kai. Entah sudah berapa kali Jiyoung mencoba menghubunginya, tapi Kai tidak pernah menjawab teleponnya.
                “Mungkin Jongin sedang mengerjakan tugas, kami benar-benar banyak tugas akhir-akhir ini.” kata Jiyoung ketika mertuanya bertanya. Jiyoung segera kembali ke kamar setelah makan malam.
                “Sehun! Apa Kai bersamamu?” tanya Jiyoung begitu Sehun mengangkat teleponnya.
                “Tidak, aku bersama Tao hyung sekarang. Kenapa? Suamimu itu belum pulang?”
                “Ya...” jawab Jiyoung.
                “Tunggu saja, dia pasti pulang. Selamat malam nyonya Kim, aku sangat sibuk! Kkk!” Sehun terkikik dan sebelum Jiyoung mengatainya Sehun sudah memutus telepon mereka.

                Pintu kamar terbuka dan membuat Jiyoung langsung terjaga dari tidurnya.
                “Jongin-ah, kau sudah pulang? Apa kau ingin mandi? Biar aku siapkan air hangat untukmu.” Jiyoung bangkit dari tempat tidurnya.
                “Tidak perlu, tidur saja.” Jawab Kai seperti biasa.
                “Kau dan Krystal tidak ke kampus hari ini? Apa Krystal baik-baik saja?”
                “Kenapa kau mengkhawatirkannya?” Kai menatap Jiyoung tajam.
                “Aku merasa bersalah padanya.” Kata Jiyoung dengan kepala tertunduk. Tidak ada jawaban dari Kai. “Sampaikan maafku padanya.”
***
                “APA? KALIAN AKAN PINDAH KE APARTEMEN?” Sehun, Sulli dan Suzy berteriak mendengar penjelasan Jiyoung. Jiyoung mengacak rambutnya sendiri frustasi.
                “Pelankan suara kalian! Bagaimana jika ada yang dengar?”
                “Lagipula sudah banyak yang tau kau istri Kai. Ya, beberapa dari mereka ingin melihat momentmu dengan Kai, ada yang bilang mereka bosan melihat kau terus menempel padaku!” Sehun berkata dengan membenarkan jaketnya. Jiyoung melempar sumpit yang dia pegang dan tepat mengenai kening Sehun.
                “Bantu aku pindah nanti, dan kalian harus menginap di apartemen baruku!” kata Jiyoung kemudian melahap ramyeon yang sudah dia pesan sebelumnya.

                “Banyak sekali barang kalian.” Seru Suzy.
                “Kau tau bagaimana orangtuaku kan?” jawab Jiyoung.
                “Tapi untung saja selesai sebelum larut. Kai, kau baik-baik saja?” tanya Suzy melihat Kai mandi keringat.
                “Aku baik-baik saja. Sebaiknya kita masuk dan memakan sesuatu.” Kai memberi ide.

                Sehun menjadi orang yang paling lahap memakan pizza, Sulli berkali-kali menyumpahinya tapi tidak dipedulikan oleh Sehun.
                “Sehun, kau tidur disini malam ini!” kata Jiyoung tiba-tiba. Kai yang dari tadi menyibukkan diri dengan memakan pizzanya mengalihkan pandangan pada Jiyoung.
                “Tidak mau, aku sudah bilang dari tadi aku tidak mau.” Elak Sehun. “Sulli dan Suzy juga tidak tidur disini, untuk apa aku disini?”
                “Jadi kau tidak mau?” tanya Jiyoung seakan tak percaya.
                “Kami harus segera pulang. Ayo bawa barang kalian. Kai kami pamit!” Sehun menyeret Sulli dan Suzy paksa. Sulli dan Suzy juga berpamitan, dan seketika suasana menjadi canggung lagi.
                “Bersihkan besok pagi saja, kau pasti lelah!” perintah Kai ketika Jiyoung hendak membersihkan meja makan. Jiyoung diam dan segera pergi ke kamar.

                “Jongin-ah bangun, kau ada kelas pagi kan!” pagi itu Jiyoung sudah membangunkan Kai dengan suaranya yang nyaring.
                “Heh?” Kai belum membuka kedua matanya.
                “Jongin bangun! Aku sudah meyiapkan air mandimu, cepat kalau tidak kau terlambat!” Jiyoung menarik Kai agaar dia terbangun. Mau tidak mau Kai segera bangun, Jiyoung memberinya handuk dan Kai pergi ke kamar mandi dengan keadaan setengah sadar.
                Lagi-lagi sudah ada pakaian di ranjang, Jiyoung menyiapkan baju Kai lagi. Tidak bisa Kai pungkiri, Jiyoung memiliki selera yang bagus.
                “Jongin, sarapan sudah siap!” Jiyoung mengajak Kai sarapan. Rasanya aneh sarapan berdua dengan orang yang memiliki hubungan seperti itu. Kai heran bagaimana bisa Jiyoung selalu ceria seperti itu. Kai jadi berpikir, Jiyoung dan Chanyeol memang cocok karena mereka memiliki kepribadian yang mirip. Kai tertawa kecut begitu meyadari dia baru saja memikirkan Jiyoung dan Chanyeol.
                “Aku tidak tau ternyata kau bisa masak.” Kata kai memecah keheningan.
                “Aku yakin tidak seenak masakan ibumu. Tapi makananku layak makan kan?” Jiyoung tersenyum dengan ceria. Kai hanya tertawa.
                “Kau ada kelas pagi juga kan, aku akan mengan...”
                “Aku tau, aku sudah meminta Sehun menjemputku. Baik-baik dengan Krystal!” Jiyoung selesai dengan sarapannya dan pergi ke dapur untuk membersihkan piringnya. Sebenarnya Kai berniat mengajak Jiyoung berangkat bersama pagi itu.
***
                “O, Suho oppa!” sapa Jiyoung ketika berpapasan dengan Suho di perpustakaan pusat.
                “Kang Jiyoung. Apa kabar?” sapanya balik, Jiyoung bisa merasakan Suho tidak seramah dulu sekarang.
                “Baik, kau sendirian saja? Atau bersama yang lain?”
                “Sendiri. Bagaimana hubunganmu dengan Kai? Tidak kusangka kau bisa melakukan itu setelah apa yang terjadi padamu dulu.” Kata Suho ringan tapi terasa dingin.
                “Eh? Apa maksudmu?” Jiyoung sedikit gugup jika seseorang bertanyatentang hubungannya dengan Kai.
                “Kau tau bagaimana rasanya jadi Krystal. Aku pikir gadis baik sepertimu akan menolak perjodohan itu, tapi ternyata aku salah.” Suho tersenyum miring, membuat Jiyoung merasa bersalah.
                “Oppa, tapi bukan seperti itu...”
                “Jiyoung, aku harus pergi. Sampai jumpa!” Suho melambai seraya tersenyum, Jiyoung terpaku di tempatnya memikirkan semua perkataan Suho.
                “Hei nyonya Kim! Kau sudah menemukan yang kau cari?” suara Sehun membuyarkan lamunannya.
                “Sebaiknya aku beli saja, terlalu repot mencari di perpustakaan sebesar ini.” Jiyoung menarik Sehun untuk keluar darisana.
                “Kau bisa bertanya pada petugas, kenapa bodoh sekali?” Sehun menjambak rambut Jiyoung yang terurai.
                “Cerewet!”
                Setelah menemukan buku yang dicari di toko buku, Sehun dan jiyoung memutuskan untuk pergi ke cafe hanya untuk mengobrol dan minum kopi. Sehun tidak berhenti bicara bahwa dia dan Sehun tidak boleh sering bersama sekarang mengingat Jiyoung sudah menjadi istri sah Kai.
                “Bagaimana jika ada gosip, ‘Sehun merebut istri sahabatnya sendiri’? Kau dan Kai sam-sama berIQ rendah, makanya kalian tidak pernah memikirkan reputasiku. Kau tau kan aku ini selalu mendapat beasiswa sejak sekolah dasar? Kalian berdua mau merusak nama baikku?” kata Sehun berapi-api.
                Plak!
                “Karena kau mengataiku dan Kai berIQ rendah!”
                Plak!
                “Karena kau selalu mendapat beasiswa sejak sekolah dasar!”
                Plak!
                “Karena kau terlalu percaya diri!” Jiyoung memukul kening Sehun tiga kali. Sehun hanya memegang keningnya sambil menahan sakit. Seburuk apapun perkataan Sehun, Jiyoung tidak pernah membencinya. Seperti itulah sikap Sehun padanya, Jiyoung menyukai itu.
                “Aku yakin kau tidak pernah memukul Chanyeol hyung dulu.” Kata Sehun.
                “Kau ingin kena pukul lagi tuan Oh?” kata Jiyoung penuh ancaman. Sehun hanya meringis, kemudian ada dua orang yang baru masuk cafe dan berhasil mengalihkan perhatian Jiyoung.
                “Kau belum bertemu dengannya setelah pernikahan kan?” tanya Sehun dan Jiyoung mengangguk.
                “Aku tidak tau harus berkata apa jika bertemu dengannya.” Jiyoung menatap Kai dan Krystal yang sedang bergandengan itu.
                “Kai, Krystal! Disini!” Sehun memanggil seraya melambai, Jiyoung tersenyum ramah pada Krystal. Tapi ekspresi datar dan dingin Krystal membuatnya perlahan menghilangkan senyumnya.
                “Kalian sudah lama disini?” tanya Kai.
                “Tigapuluh menit yang lalu. Krystal! Lama tidak melihatmu.” Sehun mengacak rambut Krystal seakan itu sudah biasa dia lakukan.
                Selanjutnya, Jiyoung hanya diam sambil sesekali menendang kaki Sehun berharap Sehun segera mengajaknya pergi darisana. Kai dan Sehun berbincang seperti biasa, Krystal yang dulu memang tidak banyak bicara sore itu hanya menjawab pertanyaan Sehun seadanya. Ketika semuanya tertawa karena lelucon Sehun, Krystal langsung menghentikan tawanya ketika matanya dan Jiyoung bertatapan.
                Aku tau, tidak akan ada yang bisa menggantikan Krystal di hati Jongin. Kata Jiyoung dalam hati.
                “Aku harus segera pulang, aku ada tugas untuk membuat naskah.” Kata Jiyoung tiba-tiba.
                “Baiklah kalau kalian akan pulang dulu.” Kata Sehun menatap Jiyoung, Kai dan Krystal bergantian. Kemudian Sehun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
                “Kau pulang bersama kami?” Kai menatap Jiyoung, “Tidak masalah kalau begi...”
                “Tidak!” kata Krystal begitu dingin.  Jiyoung tidak menyangka perubahan krystal akan seperti ini.
                “Ya, aku akan pulang bersama Sehun. Sehun-ah ayo!” Jiyoung mengambil tasnya dan segera menarik Sehun. Meninggalkan Kai dan Krystal yang seakan membeku disana.
                Jiyoung berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis, Jiyoung tidak tau sejak kapan dia merasa suka pada Kai. Yang jelas, menyadari kenyataan Kai milik Krystal membuat hatinya pedih.
                Mobil Sehun berhenti tepat di depan apartemen Jiyoung dan Kai. Sehun membukakan pintu untuk Jiyoung.
                “Sejak kapan?” tanya Sehun, “Sejak kapan kau menyadari kau menyukainya?” Sehun berkata begitu lembut. Jiyoung benci itu, dia tidak bisa berbohong pada Sehun.
***
                Sekarang Kai sudah terbiasa dengan Jiyoung yang selalu membangunkannya setiap pagi, sarapan dengan masakan Jiyoung, mendengar semua perkataan Jiyoung yang selalu terdengar ceria. Kai benar-benar heran, bagaimana bisa Jiyoung begitu ceria di situasi seperti ini.
                “Kau tidak perlu menungguku datang setiap malam. Aku akan merasa lebih baik jika kau tidur lebih dulu.” Kata Kai ketika Jiyoung sibuk mempelajari naskah di ruang keluarga.
                “Aku hanya ingin menjalankan tugas dengan baik.” Jawab Jiyoung singkat.
                “Jing, jangan terlalu baik padaku.” Kata Kai dalam, “Aku takut tidak bisa membalasnya.”
                “Jangan berpikiran seperti itu. Aku sangat berterimakasih padamu karena menyetujui perjodohan ini, berkatmu keadaan appa semakin membaik. Kau tidak perlu membalas apapun.” Jelas Jiyoung dengan senyum tulusnya. Kai hanya mengangguk kemudian sibuk dengan ponselnya.
                “Jing, kau tidak ingin ikut? Chanyeol hyung masuk rumah sakit lagi.” Kai memberitahu, dengan cepat Jiyoung langsung mengganti pakaiannya.
               
                Jiyoung membuka pintu dan mendapati Chanyeol terbaring lemah, bahkan sekarang Chanyeol terlihat lebih kurus ketika dia menghadiri pernikahannya.
                “Kalian datang?” Kyungsoo berkata dengan suara serak.
                “Sebenarnya dia sakit apa?” tanya Jiyoung pelan. Kyungsoo hanya menggeleng, Jiyoung tidak perlu tau sebenarnya Chanyeol sakit apa. Tapi satu, Jiyoung tau sakitnya parah. Perlahan Jiyoung berjalan mendekat ke Chanyeol.
                “Ehm...” Chanyeol membuka matanya, seulas senyum lemah dia berikan untuk Jiyoung yang berdiri di sampingnya.
                “Kenapa kau sangat kurus?” tanya Jiyoung dengan nada yang dia buat ceria. Chanyeol membuang nafas kemudian tertawa kecil.
                “Aku juga harus tanya seperti itu padamu. Kenapa kau sangat kurus?” Jiyoung tersenyum, Kai memerhatikan dua orang yang sedang mengobrol dengan hangat. Sepintas terpikir di benak Kai, apa mungkin Jiyoung masih mencintai Chanyeol.
                Kai dan Jiyoung di rumah sakit hingga larut malam, sampai Kai mengingatkan bahwa mereka harus pulang. Jiyoung berpamitan pada Chanyeol, berjanji akan mengunjunginya lagi jika dia punya waktu.
                “Apa kau tidak kesal dengan Chanyeol hyung?” tanya Kai ketika mereka sampai di apartemen.
                “Tentu saja! Tapi bagaimanapun dia orang yang sangat berarti bagiku.” Jelasnya tanpa benar-benar ingin menjelaskan.
                “Kau benar-benar sulit dimengerti. Bagaimana bisa kau sebaik itu.” Kai menghempaskan tubuhnya di sofa. Tak lama kemudian ponselnya berdering, dengan cepat Kai menjawabnya.
                “Jing, aku harus pergi!” dengan cepat Kai kembali memakai jaketnya. Tidak menunggu jawaban dari Jiyoung.
                “Jongin kau mau kemana?” teriak Jiyoung.
                “Aku tidak tau kapan aku pulang, pastikan kau mengunci pintu. Jika ada apa-apa kau hubungi Sehun!” jawab Kai sangat cepat. Masih banyak pertanyaan di otak Jiyoung tapi Kai sudah pergi. Meski Kai tidak memberitahu kemana dia akan pergi, tapi hati Jiyoung seakan tau. Siapa lagi yang bisa merebut semua perhatian dan waktu Kai jika itu bukan Krystal?
                “Kang Jiyoung kau sudah gila! Kau perusak hubungan mereka disini!” kata Jiyoung mengeluh pada dirinya sendiri. 
***
                “Apa kau tidak tau? Krystal mencoba bunuh diri semalam!” seru Sulli ketika mereka sedang bersama.
                “Kau tidak sedang bercanda kan?” Jiyoung mengerutkan keningnya.
                “Tentu saja tidak, Kai belum pulang hingga pagi kan? Aku dengar Krystal benar-benar frustasi dan ingin hubungan mereka kembali seperti dulu.” Jelas Sulli.
                “Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya Jiyoung bodoh, Sulli menatapnya iba.
                “Tidak ada yang perlu kau lakukan. Aku tau kau melakukan ini untuk orangtuamu. Kau harus kuat Jiyoung.” Sulli memeluknya seakan bisa merasakan sakit yang dirasakan Jiyoung.

                Sulli mengantarnya pulang malam itu, meskipun sudah jam 7 malam tapi tidak ada tanda-tanda Kai pulang. Jiyoung mencoba menghubungi Kai, tapi tidak ada jawaban. Jiyoung merasa bodoh karena berharap Kai segera pulang.
                Aku orang ketiga diantara mereka. Meskipun aku istri sah Kai, tapi aku tidak punya hak melarang mereka. Jiyoung sadarlah!
***
                Jiyoung pasti sudah gila, sekarang sudah hampir tengah malam tapi dia masih terjaga hanya untuk menunggu Kai. Jiyoung tidak punya alasan kuat untuk terus menunggunya selain rasa sukanya yang semakin hari semakin bertambah pada Kai. Tapi Jiyoung juga sadar, hanya Krystal yang ada di hati Kai.
                Jiyoung mengambil ponselnya dan menekan angka 1, mencoba untuk kesekian kalinya menghubungi Kai. Dan masih sama, Kai tidak menjawabnya. Tidak bisakah Kai memberinya kabar? Meskipun hanya sekedar mengingatkannya untuk mengunci pintu, Jiyoung akan sangat senang jika Kai menghubunginya.
                Sebuah ide terlintas di benak Jiyoung, Jiyoung segera mengganti pakaiannya dan memakai mantel. Jiyoung keluar dan segera mencari taxi, mengingat orang tuanya tidak mengijinkan Jiyoung membawa mobil.
                Taxi berhenti di depan rumah yang terlihat sangat sepi. Ya, Krystal tinggal sendiri selama ini karena orangtuanya tinggal di luar negeri. Ini pertama kalinya Jiyoung mengunjungi rumah Krystal. Beberapa kali Jiyoung memencet bel tapi tidak ada jawaban, tapi Jiyoung masih belum beranjak dari sana. Malam itu sangat dingin, lebih dingin dari biasanya.
                “Kang Jiyoung, apa yang kau lakukan disini?” Suho keluar dari mobilnya dan mendapati Jiyoung berdiri di depan pagar rumah Krystal.
                “Oppa, kau ingin bertemu Krystal? Tapi sepertinya tidak ada orang.” Kata Jiyoung cepat.
                “Kau pasti kedinginan, cepat masuk ke dalam mobil! Aku akan mengantarmu pulang.” Suho menarik Jiyoung agar masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Jiyoung hanya menjawab pertanyaan Suho seperlunya.
                “Oppa, apa kau tau dimana Kai?” tanya Jiyoung ketika Suho mulai melajukan mobilnya.
                “Kau ke rumah Krystal untuk mencari Kai? apa dia tidak memberitahumu apa yang sedang terjadi sekarang?” entah mengapa Jiyoung merasa Suho tidak seramah biasanya, seakan ada amarah di setiap kalimatnya.
                “Kenapa? Krystal baik-baik saja kan?” tanya Jiyoung ragu, Suho membuang nafas berat. Suho segera memutar balik laju mobilnya. Melajukannya dengan kencang dan berhenti di tempat parkir rumah sakit.
                “Aku akan memberitahumu apa yang terjadi sebenarnya. Kau harus tau ini karena kau juga terlibat di dalamnya!” Jiyoung berjalan mengikuti Suho melewati beberapa koridor. Jiyoung tidak berani bersuara sampai Suho berhenti dan membuka pintu kamar. Jiyoung amsuk dan melongok untuk melihat apa yang ada di dalam. Jung Krystal terbaring lemah dengan mata terpejam dan Kai duduk di samping ranjang dengan menggenggam erat tangan Krystal.
                “Hyung?” Chanyeol yang ternyata juga ada disana menyadari keberadaan Suho. “Sendirian?—eh Jiyoung!” Chanyeol terlihat sangat kaget melihat Jiyoung berjalan di belakang Suho.
                “Ini sudah malam, kenapa kau tidak kembali ke kamarmu?” tanya Suho pada Chanyeol, namun Chanyeol fokus kepada Jiyoung yang berdiri di belakang Kai sekarang. memandang Krystal dengan perasaan campur aduk.
                Kai terbangun mendengar beberapa suara, dan tersentak melihat Jiyoung ada disana. Kai mengucek matanya meyakinkan diri jika matanya tidak salah.
                “Bagaimana kau disini?” tanya Kai dengan suara serak,, dia terlihat sangat lelah.
                “Aku mencarimu....” jawab Jiyoung dengan suara bergetar.
                “Aku menemukannya di depan rumah Krystal dan membawanya kesini karena dia bilang dia mencarimu.” Kata Suho menjelaskan. Kai menatap Jiyoung tajam.
                “Dan kau tau jam berapa sekarang Kang Jiyoung?” tanya Kai tegas. Jiyoung hanya menunduk.
                “Aku hanya khawatir karena kau tidak menerima teleponku, dan tak ada kabar darimu.” Suara Jiyoung masih gemetar.
                “Bisakah berhenti mengkhawatirkanku? Bersikaplah seperti dulu, apa aku selalu memberimu kabar tentang semua yang aku lakukan?” Kai terlihat kesal, mungkin mood yang buruk membuat emosinya mudah naik. Dan sialnya Jiyoung yang menjadi tempat melampiaskan amarahnya.
                “Tidak perlu berteriak begitu dia pasti dengar!” tegur Chanyeol tak kalah tegas, Kai hanya tersenyum kecut.
                “Cih, kenapa kalian tidak kemhali menjadi pasangan saja. Dan bilang pada orantuamu bahwa dia yang ingin kau nikahi, bukan aku!” Kai menunjuk Chanyeol yang duduk di kursi roda tak jauh darinya.
                “Kim Jongin!” sentak Jiyoung kesal.
                “Ayolah Jing, ada apa denganmu?! Apa kau tidak melihat Krystal sekarang? Dia hampir mati jika Suho hyung terlambat satu detik saja untuk menemukan Krystal sekarat di kamarnya. Aku tidak perlu memberitahumu apa alasan Krystal untuk mengakhiri hidupnya!” Kai bicara begitu keras membuat Jiyoung meneteskan airmatanya. Jiyoung benar-benar sedih, bagaimanapun dia juga butuh Kai. Bukan hanya Krystal yang mencintaimu, tapi Jiyoung juga. Kenapa Kai tidak bisa mengerti perasaan Jiyoung?
                “Jangan bertengkar disini, kalian bisa mengganggu Krystal!” seru Suho pada keduanya. Kai mengacak rambutnya kesal.
                “Kita pergi dari sini, Jiyoung! tidak ada gunanya mengkhawatirkan seseorang yang bahkan sama sekali tidak ada keinginan memikirkanmu!” Chanyeol mengajak Jiyoung untuk keluar. Dengan langkah pelan Jiyoung mendorong kursi roda Chanyeol dan mengantar ke kamarnya.
                Chanyeol duduk di ranjangnya, memerhatikan Jiyoung yang duduk di sofa sambil mennagis tanpa suara, seandainya saja dia tidak melakukan kesalahan di masa lalu mungkin dia bisa bahagia bersama Jiyoung saat ini. Seandainya saja tidak ada perjodohan itu.
                “Perlu aku telepon Sehun? Biar dia mengantarmu dan setidaknya dia yang bisa membuatmu nyaman.” Chanyeol menawarkan. Itulah Chanyeol, dia sangat mengerti Jiyoung dengan baik, Chanyeol tau Sehun yang bisa menghiburnya.
                “Tidak perlu, kau tidurlah. Aku akan tidur disini dan pulang besok pagi.” Jawab Jiyoung tanpa melihat Chanyeol. 

To Be Continue

Author's Note: maaf untuk keterlambatan update. Mau UAS lagi banyak tugas. Semoga tetep setia sama fic ini. Jangan lupa komen ya! I hate silent reader! Hope you like it!!!

Komentar

  1. ah kai nyebelin banget deh ya.. udah deh jiyoung lebih bahagia jadi nyonya Oh emang, daripada jadi nyonya Kim yang jstru setiap hari makan ati. Yah, cuma sekedar pemikiran pembaca, hihihi. akhirnya gimana..asal jiyoung bahagia mah ngikut ngikut aja. hehe.. sama thor, ane juga mau uas nih, dan aku selalu bolak balik blog ini hampir tiap hari nungguin update. eh akhirnya update juga.. bahagia deh.. keren author nim, nice story. it's a little bit sad in this chap, but it's okay as long as it'll have an happy ending. :) update soon okay? i'll wait for the next chap. next chap in this fic, also in brother angel.. see ya.. :D fighting!!

    BalasHapus
  2. Aku baru nemu blognya, yaampun suka bangetttttt. Kaijing sama jinghun:3 ngebut baca destiny dari part 1-3, asli keren banget. Feelnya dapat, jadi kesal sama kai disini. Complicated hubungannya. Ditunggu updatenya ya;;) semoga kai akhirnya nyadar deh sama perasaan jiyoung. Update soon, okay? Fighting

    BalasHapus
  3. Aduh..jadi deg degan kai sma jiyoung nikah...ayolah kai jangan terlalu cuek sma jiyoung.open your heart for kkangji...segera lupakan krystal..aku suka jalan ceritanya..smoga krystal mati aja(lol!!)piss...hehe..pokoknya kaijing harus bersatu...titik gak pake koma (maksa!!!)..jangan lupa baca dan comment di blogku ya..hehe

    BalasHapus
  4. Ish, walau mereka udah nikah tapi entah kenapa malah kasian banget sama Jiyoung. Benci banget sama kelakuan Jongin disini! Udah punya bini malah ngurusin cewek lain. Gue kira Krystal perannya bakal adem ayem aja, gak taunya bikin gue kesel juga. Cepetan putus deh. Walau Jongin cuek bgt sama Jiyoung tapi gue tau kok di dalem hati kecinya sebenarnya dia sayang sama Jiyoung :P

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah