Langsung ke konten utama

[FANFIC] Destiny - Chapter 4



Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP




Suara isak tangis itu membuat Jiyoung perlahan membuka matanya. Perlu beberapa detik untuk menyadari apa yang sedang terjadi disana. Jiyoung membuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu dia sadar bahwa semalam dia tidur di rumah sakit. Lalu suara isak tangis siapa itu?
                “Eng..” Jiyoung melihat Kris duduk di sebelahnya dengan menutupi sebagian wajahnya, lalu Jiyoung sadar dia tidak berdua bersama Chanyeol di ruangan itu. Jiyoung bisa melihat Sehun dan lainnya disana. Dan gadis itu, gadis yang sedang menangis, gadis yang tidak ingin Jiyoung temui.
                “Jung Eunji?” Jiyoung berbisik, Kris mengetahui Jiyoung yang baru bangun kemudian menatapnya dan tatapan itu seakan berkata ‘Hal ini pasti terjadi’.
                “Chanyeol! Bangunlah! Buka matamu!” suara isak tangis Eunji yang membuat Jiyoung makin tidak mengerti. Jiyoung bangkit dari tidurnya, berdiri di sebalah Chanyeol yang terlihat tertidur dengan sangat pulas.
                “Jiyoung-ah!” seru Baekhyun pelan, Jiyoung mencoba memahami situasi apa saat itu. Kemudian seseorang memeluknya dari belakang, seseorang yang selalu ada di sampingnya dan menjaganya.
                “Dia sudah pergi.” Bisik Sehun di telinga Jiyoung. Jiyoung masih diam, hanya melihat wajah damai Chanyeol. Apa yang dikatakan Sehun barusan?
                “Oppa!” panggil Jiyoung membuat Eunji menoleh ke arahnya, mata mereka bertemu.
                “Kang Jiyoung, aku mohon maafkan semua kesalahan Chanyeol padamu. Aku juga minta maaf padamu, maafkan kami.” Kata Eunji sambil terus menangis, Suho mencoba untuk menenangkan Eunji.
                “Oppa! Chanyeol oppa!” Jiyoung mulai menyentuh tangan Chanyeol yang mulai dingin, Jiyoung mengguncang tubuhnya agar Chanyeol segera membuka matanya. Tapi itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan ada tawa renyah yang bisa Jiyoung lihat lagi dari wajah damai itu. Jiyoung suda kehilangan satu orang yang begitu mengenalnya dengan baik. Air mata Jiyoung jatuh.
                Jiyoung merasa pelukan Sehun makin erat ketika dia mulai menangis. Bagaimana bisa ini terjadi, semalam Chanyeol baik-baik saja. Jiyoung sangat yakin dia melihat Chanyeol baik-baik saja semalam. Tolong hentikan mempermainkan perasaan Jiyoung.
                “Sehun-ah...” kata Jiyoung lirih, rasanya Jiyoung tidak bisa menerima ini. Ini terlalu cepat, Jiyoung tidak pernah berpikir Chanyeol akan pergi secepat ini.
                “Hyung!” seseorang menerobos masuk. Kai melihat Chanyeol yang terbaring disana kemudian tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kai melihat Jiyoung menangis, seakan ingin menenangkan gadis itu. Tapi detik berikutnya Sehun sudah mengajak Jiyoung pergi dari sana.
***
                “Benar kau baik-baik saja sendiri di rumah?” tanya Sehun ketika mereka pulang dari pemakaman Chanyeol.
                “Aku baik-baik saja. Aku dengar Krystal bisa pulang hari ini, mungkin Jongin akan pulang nanti.” Jawab Jiyoung. Sehun membuang nafas berat, tidak habis pikir terbuat dari apa hati Jiyoung.
                “Telepon aku jika Kai tidak datang.” Sehun berpamitan dan segera pulang dari apartemen Jiyoung.

                Jiyoung menyiapkan makan malam untuk Kai, meskipun tidak ada jaminan Kai akan pulang malam itu.
                Jiyoung mendengar bel berbunyi dan segera membuka pintu. Entah Jiyoung harus bagaimana. Jiyoung senang melihat Kai yang ada di balik pintu, namun senyumnya seketika hilang ketika melihat Krystal disampingnya.
                “Aku pulang!” seru Kai.
                “Selamat datang.” Balas Jiyoung mencoba tersenyum. Jiyoung bisa melihat Krystal yang terlihat sangat lemah berada dirangkulan Kai, tanpa pikir panjang Jiyoung membawa beberapa barang Krystal.
                “Krystal tinggal sendiri, tapi kau tau dia sedang sakit sekarang. Jadi Krystal akan disini sampai dia benar-benar membaik.” Kai mencoba menjelaskan.
                Kemudian tiba-tiba Kai berhenti di ruang tengah, Jiyoung mengerutkan keningnya.
                “Aku menyiapkan makan malam, mungkin kalian bisa makan dulu.” Kata Jiyoung menyadarkan Kai.
                “Dimana Krystal akan tidur?” tanya Kai lebih pada dirinya sendiri, tapi Jiyoung bisa mendengar itu. Jiyoung menelan ludah, haruskah Krystal tidur di kamar mereka? Di kamar Kai dan Jiyoung?
                “Krystal bisa tidur di kamar kita, jika kau mau. Aku bisa tidur di kamar tamu.” Kata Jiyoung, Kai sedikit kaget dengan jawaban Jiyoung.
                “Ah jangan, biar Krystal di kamar tamu saja.” Kai menuntuk Krystal ke kamar tamu, tapi Jiyoung mencegahnya.
                “Krystal sedang sakit, dia akan membutuhkan banyak bantuan.” Jiyoung menaruh tas baju Krystal di kamarnya. Jiyoung melihatnya kemudian tersenyum, tapi sepertinya Krystal terlalu lemah untuk membalas senyumannya atau mungkin Krystal tidak mau membalasnya.
                Jiyoung menyalakan TV dengan volume kecil, Kai sedang berada di kamar menyuapi Krystal. Jiyoung merasa iri pada Krystal, beruntungnya Krystal bias mendapat perhatian penuh Kai. Beberapa menit berlalu Kai keluar dari kamar. Jiyoung pura-pura sibuk dengan ponselnya ketika Kai duduk di sebelahnya.
                “Aku turut berduka, kau pasti sangat sedih.” Kata Kai dengan suaranya yang berat, Jiyoung tau Kai sedang membahas Chanyeol sekarang, Jiyoung memberikan senyumnya.
                “Aku harap dia bisa tenang disana.” Balasnya tanpa benar-benar ingin membahas Chanyeol lebih lanjut.
                “Aku minta maaf kejadian semalam. Aku harap kau mengerti, aku berada di posisi sulit saat ini.”
                “Aku mengerti.” Jiyoung tersenyum padanya. “Aku ingin tidur, sebaiknya aku ke kamar.” Kata Jiyoung. Jiyoung tidak sanggup berlama-lama dengan Kai tanpa meneteskan airmatanya, jadi lebih baik dia kembali ke kamar sekarang.
***
                “Jongin-ah, ini handukmu! Bagaimana bisa kau selalu lupa membawa handukmu ketika mandi!” Jiyoung mengetuk pintu kamar mandi, Kai membuka pintunya setengah dan menerima handuk dari Jiyoung.
                “Gomawo Jing!” seru Kai. Jiyoung menyiapkan sarapan untuk Krystal yang berbaring di ranjangnya.
                “Sebentar lagi Jongin selesai, biar dia menyuapimu.” Kata Jiyoung pada Krystal yang sedang menatapnya dengan begitu dalam.
                “Berhentilah bersikap baik Kang Jiyoung, aku tidak ingin terlihat jahat karenamu.” Kata Krystal dingin. Senyum Jiyoung perlahan pudar mendengarnya.
                “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.”
                “Aku hanya ingin kau tau, aku sangat mencintai Kai. Aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa kau tau itu.” kalimat Krystal bagai es yang mendinginkan Jiyoung dalam sekejap. Jiyoung memaksa untuk tersenyum dan kemudian memilih untuk keluar. Jangan sampai siapapun melihat air matanya.
***
                “Jongin-ah, bisakah kita bicara sebentar?” tanya Jiyoung ketika Kai terlihat asyik dengan ponselnya.
                “Hem, katakan saja.” Kata Kai, “Eh, tapi aku harus mengantar Krystal pulang sore ini. Apa kau mau ikut dan bicara di luar?” sambung Kai.
                “Benarkah? Ya ide bagus, aku rasa kita bisa bicara di luar setelah mengantar Krystal.” Jiyoung segera bersiap.
                Kai terlihat ragu ketika mereka bertiga berada di depan mobil. Jiyoung yang mengerti ini segera membuka pintu belakang dan duduk di kursi belakang. Kemudian Kai membukakan pintu untuk Krystal. Bukankah memang seharusnya seperti ini? Sejak awal, memang Jiyounglah yang hadir di cerita mereka.

                “Maaf, apa kau menunggu lama?” Kai berjalan tergesa, Jiyoung hanya menggeleng dan mereka masuk mobil. Sore itu sedikit mendung, seakan mengerti bagaimana perasaan Jiyoung.
                “Kau ingin kemana?” tanya Kai.
                “Aku ingin mengunjungi orangtuaku.” Jawab Jiyoung, tidak tau sudah berapa lama Jiyoung tidak pulang ke rumah orangtuanya.
                “Bilang saja jika kau rindu orangtuamu, aku akan mengantarmu. Jika memang tidak bisa...”
                “Sehun yang akan mengantarku.” Sela Jiyoung seraya tersenyum. Kai tidak berniat untuk membahasnya, untuk mengurangi kecanggungan Kai mulai membuka percakapan yang ringan. Seperti bagaimana mereka berkomunikasi sebelum tau tentang perjodohan itu.
                “Kau bilang ingin mengatakan sesuatu tadi, apa?” tanya Kai membuat Jiyoung sedikit tersentak.
                “Jongin-ah... Tidak bisakah kita... eemm, tidak bisakah kita menjadi pasangan? Menjadi pasangan yang sesungguhnya?” Jiyoung tidak berani menatap langsung mata Kai. Seperti dugaan Jiyoung, Kai pasti sangat kaget dengan pertanyaannya.
                “Jing, jangan pernah jatuh cinta padaku.” Jawab Kai singkat dan jelas. Jiyoung tidak perlu penjelasan lagi karena Jiyoung sudah begitu pahan dengan kalimat Kai. Mereka tidak akan pernah bisa bersama.
***
                “Jongin-ah, nanti aku akan pulang larut. Aku harus menyelesaikan tugas dan berlatih acting. Jika Sehun bisa menjemputku aku akan pulang, tapi jika tidak aku akan tidur di rumah temanku.” Jelas Jiyoung panjang lebar pagi itu.
                “Jika Sehun tidak bisa menjemput segera telepon aku.” Kata Kai singkat. Jiyoung hanya tersenyum dan segera berangkat ke kampusnya. Sehun sudah menunggunya untuk berangkat bersama.
                “Sepertinya kau harus bawa mobil Jing, sampai kapan aku harus jadi sopirmu?” tanya Sehun setengah meledek.
                “Lagipula kau tidak punya pacar.” Balas Jiyoung cuek.
                “Aku tidak segera mendapat pacar juga karena kau Kang Jiyoung!” sentak Sehun membuat Jiyoung terbahak. Entah kapan terakhir Jiyoung tertawa seperti ini, Jiyoung hanya ingin selalu tertawa tanpa semua beban yang sekarang ada pada dirinya.
                Hari itu Jiyoung benar-benar sibuk, tugas yang begitu banyak, di tambah Jiyoung harus melatih actingnya untuk pementasan drama di fakultasnya. Jiyoung sudah lupa dengan makan siang jika saja Sulli dan Suzy tidak datang padanya dengan membawa makanan.
                Satu hal yang Jiyoung syukuri, kesibukannya bisa mengalihkan perasaannya agar tidak terus memikirkan semua masalahnya. Meskipun melelahkan Jiyoung sangat bersyukur.
                “Kang Jiyoung, bisa kau mengantar ini ke jurusan perfilman? Aku lupa tidak mengantarnya tadi. Cepatlah, Choi Minho masih ada di markasnya saat ini.” perintah Sohyun, ketua panitia dalam acara pementasan. Jiyoung segera mengambil amplop itu dan pergi.
                Jiyoung tidak tau hari sudah gelap, karena sejak makan siang bersama Sulli dan Suzy dia sama sekali tidak keluar ruangan. Jiyoung berjalan cepat dan untungnya dia bertemu dengan Choi Minho yang terlihat dalam perjalanan segera pulang.
                “Sunbae, aku harus menyerahkan ini padamu. Tadi Sohyun lupa memberinya.” Kata Jiyoung.
                “Terimakasih Kang Jiyoung, aku sedang sangat buru-buru, untung kau bisa menemukanku disini.” Minho tersenyum padanya dan segera berpamitan untuk pergi.
                Jiyoung menyusuri koridor sepi itu, gedung sudah hampir kosong, setidaknya itu yang Jiyong pikirkan. Tapi kemudian telinganya menangkap suara, seperti dua orang yang sedang sibuk berseteru mempertahankan argumennya.
                “Aku sudah bilang sebaiknya kalian berpisah. Lihatlah aku yang sejak dulu selalu menunggumu.” Jiyoung berusaha untuk tidak membuat suara dan mencoba melihat siapa yang ada di dalam sebuah ruangan.
                “Aku benar-benar bingung, aku tidak tau apa yang seharusnya aku lakukan.” Jiyoung kaget mendengar suara Krystal yang menangis itu, Jiyoung mencoba mengenali siapa laki-laki itu.
                “Aku harap kau putuskan saja hubunganmu dengan Kim Jongin, agar kita bisa bersama seutuhnya.” Suho! Itu Suho! Jiyoung membekap mulutnya, ini gila. Tidak mungkin Krystal dan Suho? Bukankah Krystal begitu mencintai Kai?
                “Jangan menangis! Biar aku mengantarmu pulang.” Jiyoung segera pergi sebelum dua orang itu menyadari keberadaannya. Jiyoung tidak habis pikir, ini benar-benar gila.

                Jiyoung duduk di bangku taman kampusnya, Sehun sudah bilang dia tidak bisa menjemput karena ada praktek. Jiyoung memutuskan untuk pulang dengan taxi, tapi dia masih belum ada keinginan untuk pulang.
                “Ternyata kau disini.” Suara berat itu mengagetkan Jiyoung, Kai sudah duduk di sampingnya.
                “Bagaimana bisa kau disini?” Jiyoung  terlihat kaget karena seingatnya dia tidak menelpon Kai untuk menjemputnya.
                “Sudah kubilang jika Sehun tidak bisa menjemput segera hubungi aku. Untung saja Sehun menelponku dan memberitahu bahwa kau tidak ada yang menjemput.” Jelas Kai, untung saja lampu taman tidak begitu terang. Jika tidak, mungkin Kai akan melihat wajah Jiyoung yang memerah.
                “Kau tidak bersama Krystal?” tanya Jiyoung, pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Kai mengangkat kedua pundaknya.
                “Dia bilang mengerjakan tugas di rumah temannya. Kau tau tugas kita semakin banyak sekarang.” jawab Kai. Jiyoung tau Krystal berbohong, karena beberapa menit yang lalu dia melihat Krystal dan Suho bersama. Dan Suho mengantar Krystal pulang ke rumahnya.
                “Oh ya, aku sangat penasaran kenapa kau ingin mempelajari acting?”
                “Ah, entahlah aku hanya merasa tertarik. Dengan begitu aku juga bisa melihat orang yang benar-benar tulus dan tidak. Ya, kau bisa mengetahui siapa yang sedang beracting atau tulus ingin bersamamu di dunia nyata.” Jelas Jiyoung. Kai hanya mengangguk seraya melihat sekeliling.
                “Kalau begitu aku tidak bisa berbohong padamu.” semburnya segara terkikik, Jiyoung tertawa mengiyakan.
***
                Pagi itu seperti ada sebuah petir menyambar saat cuaca terik. Jiyoung melihat Kai yang terlihat sangat terburu-buru, matanya merah seakan menahan tangis. Jiyoung mendekatinya dan bertanya apa yang terjadi, untuk sesaat Kai hanya diam. Tapi Jiyoung sabar untuk menunggu Kai hingga dia mengatakan sesuatu dan menceritakan apa yang terjadi.
                “Jing, sebaiknya kita akhiri semua ini. Aku ingin semua ini berakhir, aku tidak bisa mempertahankan ini semua.” Kata Kai cepat. Jiyoung perlu beberapa saat untuk mengerti apa yang Kai katakan. Tak lama setelah itu, Jiyoung bisa melihat Kai melepas cincin di jari manisnya dan memberinya pada Jiyoung.
                “Jongin-ah...” kata Jiyoung lirih.
                “Maaf, aku ingin mengakhiri semua ini.”Jongin tidak sanggup melihat Jiyoung yang mulai menangis.
                “Kim Jongin, jangan!” kata Jiyoung lemah. Tapi ini benar adanya, Kai segera memakai jaketnya dan keluar. Beberapa kali Jiyoung memanggil dan memohon agar Kai tetap tinggal, pada akhirnya Kai pergi.
                “Ini tetap rumahmu, ini rumah kita. Aku yakin kau akan kembali...” Jiyoung berkata di tengah tangisnya ketika tepat sebelum Kai menutup pintunya.

                “Oh Sehun, ponselmu terus berbunyi!” teriak Xiumin, Sehun meninggalkan gamenya dan segera menjawab telepon.
                “Hujannya deras sekali, sepertinya tadi cerah-cerah saja.” Sesal Jongdae melihat langit begitu gelap dan derasnya hujan. Mereka sedang berkumpul di rumah Sehun. Tidak ada alasan tertentu, hanya sedang ingin menghabiskan waktu bersama.
                “Apa? Aku harus menjemputmu dimana?” kata Sehun setelah menjawab teleponnya, tapi hanya suara hujan yang bisa dia dengar dari seberang. Sehun mengerutkan keningnya dan melihat layar ponselnya, memastikan mereka masih terhubung. “Nyonya Kim? Hallo Kang Jiyoung?” seru Sehun.
                “Kau di rumah?” entah ini hanya perasaan Sehun atau memang benar, suara Jiyoung terdengar begitu buruk.
                “Ya, kau dimana?” Sehun tau sesuatu sedang terjadi. Baekhyun dan Jongdae memperhatikan Sehun.
                “Keluarlah...” kata Jiyoung. Tanpa menunggu apa-apa lagi, Sehun segera membuka pintu rumahnya. Sehun membuka pagar rumahnya segera, membiarkan tubuhnya basah terkena hujan. Dan disana, Jiyoung berdiri dengan keadaan yang sepenuhnya basah. Jiyoung tersenyum begitu mata mereka bertemu.
                “Sehun-ah..” senyum itu berubah jadi tangis, Sehun memeluknya membiarkan Jiyoung menangis di pelukannya. Sehun bisa mengerti sesuatu yang buruk terjadi, Sehun bisa merasakan sakit yang Jiyoung rasakan.
                “Ayo masuk, kau bisa sakit.” Sehun mengajaknya masuk, disana Baekhyun yang seakan tau sudah menunggu mereka dengan membawakan handuk. Sehun membungkus tubuh basah Jiyoung dengan handuk.
***
                Jiyoung merasa dirinya lebih hangat, sweater tebal milik Sehun yang dia pakai terasa begitu nyaman. Dia memerhatikan kamar Sehun yang begitu rapi. Jiyoung masih bisa mendengar Tao ada di luar sedang yang lain sudah pulang.
                Jteglek!
                Pintu kamar terbuka.
                “Tao pulang.” Katanya kemudian duduk di kursi belajarnya, “Lalu bagaimana?”
                “Aku tidak bisa melakukan apa-apa.” Jawab Jiyoung pelan.
                “Kau terlihat sangat buruk. Sebaiknya kau istirahat disini. Kapanpun kau ingin pulang, aku akan mengantarmu.” Setelah mendnegar semuanya, Sehun menyuruh Jiyoung untuk tidur. Sehun tau ini akan segera terjadi.
***
                Jiyoung memutuskan untuk pergi ke rumah Krystal sore itu. Jika memang Jiyoung harus berpisah dengan Kai, Jiyoung harus memastikan bahwa Krystal benar-benar baik untuk Kai. terlebih setelah Jiyoung melihat Krystal dan Suho kapan hari.
                Beruntungnya Jiyoung, ada mobil Suho terparkir di halaman rumah Krystal. pagarnya juga tidak terkunci. Jiyoung segera masuk, berharap Krystal bersedia untuk berbincang dengannya.
                Prang!!
                “Sebenarnya apa maumu? Kau akan menikah dengan Kai? Lalu apa artiku bagimu selama ini?!?!” Jiyoung bisa mendengar suara Suho, bahkan pintu depanpun terbuka. Jiyoung masuk untuk mengetahui apa yang terjadi.
                “Kai akan segera menceraikan Jiyoung...” jelas Krystal seraya menangis.
                “Lalu bagaimana denganku? Sudah cukup aku diam selama ini.” Suho mengangkat tangannya, mengambil sebuah vas bunga kecil di meja da melemparnya pada Krystal.
                “Aaagkk!” Krystal memegang keningnya yang berdarah seraya menangis hebat.
                “Oppa! Apa yang kau lakukan?” Jiyoung mendorong Suho menjauh, mencoba melindungi Krystal.
                “Jadi kau sudah dengar semuanya Kang Jiyoung?” Suho tersenyum kecut. “Tidak ada yang perlu aku sembunyikan lagi darimu.”
                Jiyoung mundur beberapa langkah, Suho mengambil sebuah hiasan keramik Krystal, siap melempar pada Jiyoung kapan saja.
                “Oppa, jangan bertindak bodoh. Kalian berdua kenapa seperti ini?” Jiyoung berteriak, merasa tidak terima merasa menyakiti Kai. Jiyoung tidak memikirkan dirinya saat ini, perasaan Kai paling penting.
                Suho memegang tangan Jiyoung, begitu kuat sampai membuat tangannya sakit. Jiyoung mencari sesuatu untuk membela diri, tapi apa? Jiyoung mulai panik, karena sepertinya tidak membutuhkan waktu lama untuk Suho menyerangnya. Jiyoung terus mundur sementara Suho berjalan mendekat ke arahnya. Suho berhasil menyudutkannya di tembok, mata Jiyoung sudah panas bingung harus melakukan apa.
                “Takut? Aku rasa Kai tidak akan keberatan jika kau pergi.” Kata Suho begitu halus, Suho tidak berniat untuk membunuh Jiyoung kan?
                “Oppa...” Jiyoung mencoba menyadarkan Suho. Sebelum Suho memukul Jiyoung dengan hiasan keramik, Jiyoung lebih dulu mendorongnya hingga Suho jatuh terjengkakngke belakang. Sebuah tongkat baseball tergantung di balik pintu, Jiyoung bersyukur Krystal menaruh benda seperti itu di balik pintu. Segera mengambilnya, tanpa pikir lagi Jiyoung mengayunkan tongkat itu dan memukulkannya pada Suho. Krystal berteriak mendapati Suho yang berdarah tersungkur di lantai.
                “Kang Jiyoung! Apa yang kau lakukan?” teriak Krystal begitu murka.
                “Apa kau tidak lihat dia bisa menyakiti kita. Sebaiknya kita cepat panggil ambulance!” kata Jiyoung.
                “Kau tidak akan selamat jika sesuatu yang buruk terjadi pada Suho!” gertak Krystal.
                “Lalu bagaimana dengan Kai, bagaimana bisa kau menyakiti seseorang yang begitu mencintaimu!” protes Jiyoung.
                “Aku akan panggil polisi untuk ini. Kau menyerang Suho oppa. Kau harus dihukum.” Kata Krystal dengan penekanan. Jiyoung menatap Krystal tak percaya.
***
                Kai dan Sehun segera berlari begitu mobil mereka terparkir dengan sempurna di rumah sakit. Tidak ada waktu lagi untuk berpikir, mereka segera berlari. Mereka menemukan Jiyoung duduk di lantai sambil menundukkan kepalanya.
                “Jiyoung, ada apa sebenarnya ini?” Sehun memeluknya dan membiarkannya menangis.
                “Dimana mereka?” tanya Kai. Sehun memberi kode agar Kai membiarkan Jiyoung untuk menenangkan dirinya, Kai merasa sesuatu membuat hatinya sakit. Sedekat itu mereka selama ini?
                “Suho hyung akan baik-baik saja.” Kata Sehun mencoba menenagkan, Kai terus memerhatikan mereka.
                “Nona Kang Jiyoung?” seseorang memanggil namanya, Jiyoung mendongak dan mendapati seorang lelaki berseragam berdiri di depannya.
                “Anda nona Kang Jiyoung, kami harus membawa Anda ke kantor polisi untuk penyelidikan.” Jelasnya, jantung Jiyoung berdegup begitu kencang. Jiyoung memegang tangan Sehun erat, seakan tidak mau pergi dari sana.
                “Untuk apa?” tanya Sehun, walau sebenarnya Sehun tau alasannya, tapi Sehun tetap shock dengan ini.
                “Ditahan dengan tuduhan melakukan tindak kekerasan.” Polisi itu membuat Jiyoung berdiri dari duduknya, kemudian hendak memakaikan Jiyoung borgol ketika Kai dengan keras berkata,
                “Tidak perlu dengan itu, dia tidak akan pergi kemana-mana!” sentak Kai. Jiyoung menatap Sehun dan Kai bergantian, sorot matanya seakan berkata jika dia tidak ingin pergi. Sorot mata itu menunjukkan ketakutan. Sorot mata itu membuat hati Kai sakit.
                “Aku ikut denganmu.” Kata Sehun begitu tenang, meskipun tidak bisa di pungkiri dia begitu khawatir. Polisi meminta mereka untuk bergegas, dengan berat Jiyoung melangkahkan kakinya. Jiyoung menatap Kai, tatapan itu seakan berkata, ‘Jongin, kau harus percaya padaku. Jongin, aku tidak bersalah. Jongin, aku takut.”

Author's Note: Ya ya ya, author pengen cepet-cepet nyelesaiin FF ini. FF ini berakhir di chapter 5, insyaallah kalau gak ada halangan Selasa bakal di update. Pengen segera lepas dari yang sedih-sedih, soalnya bawaan jadi sedih terus. Jiyoung disini kasian banget. TT 
Semoga suka dengan fic ini, jangan lupa komentar. Ohorat ohorat yehet!  

Komentar

  1. Cepetan posting endingnya thor... kepo bgt nih kek gmn endingnya*-* demi apa aku tuh suka bgt sm KaiJing couple!! Bikin lg ff KaiJing couple ya thor^^ Fighting!!~

    BalasHapus
  2. Aku paling suka sm ff Vampire Detected.. Nangis banjir thor>< lope lope dah buat author Risa💕 keep writing KaiJing's ff thor:D

    BalasHapus
  3. kak!!! ih greget banget di chapter ini,krystal itu maunya apasih-..- harusnya uri jjing ngerekamin suho-krystal biar ada bukti,biar ketauan yang salah siapa /? ah jadi pengen ngajak krystal ke kandang buaya,jjing sama sehun ajaaaa sehun pas bgt sama jjing ;;

    BalasHapus
  4. Chanyeol knp meninggal? Krystal sama Suho jahat banget sih sma KaiJing. Udh ketebak nih dr part sbelumnya kalau Suho sama Krystal ada 'something'. Kai juga jahat sma Jiyoung, bkin jiyoung nangis melulu.
    Walaupun aku kaijing shipper. Tp mending jiyoung sma sehun aja biar nggak sedih2 melulu. Sehun jg kyknya suka jiyoung.

    Ceritanya sedih2an tpi endignya jangan sedih2an jg, hrs happy ending kkk :D

    Keep writing ya…fighting! :)

    BalasHapus
  5. sumpah...!! nyesek banget baca part ini, makin simpati ma Jiyong. jongin keterlaluan banget...bikin gemes..!! Tapi.., kenapa ya kok aku berharapnya Jiyoung sama Sehun ja.., Sehun kan lebih perhatian dan selalu ada buat Jjing..,,

    BalasHapus
  6. krystal bener2 jadi orang yang gak tau diuntung banget sih ya.. udah tau ditolongin tapi malah nglaporin? jiyoung kasian banget sih, oke fix, kalau kaya gini lebih dukung jinghun aja kali ya.. sehun care banget sama jiyoung dan munkin jiyoungnya juga lebih nyaman sama sehun.. aih, bener2 complicated. jiyoung malaaang banget. dan suho? kenapa pake lempar2 barang sih bang? percaya kalau lo holang kaya, tapi plis deh gak usah buang2 barang juga kali.. oke fight author nim, seneng akhirnya bisa liat updatetan hari ini.. it's great! :) ditunggu hari selasa okay!! :D

    BalasHapus
  7. Yaampun chapter ini asli bikin nangis. Dari awal udah sedih juga gara" chanyeol meninggal, padahalnya dichapter kmrn dia masih baik" aja. Trus kirain kai udh mulai membuka hati, minta maaf ke jing tapi ternyata gak juga. Krystal disini aarghhh asli kok jahat gitu, udh dibantuin sama jing malah ngelaporin jing ke polisi-_- sehun sweet banget sama jiyoung, selalu adaa. Chapter selanjutnya semoga agak bahagia ya author kasian jing nangis terus. Update soon, fighting!!:)

    BalasHapus
  8. What the heck Chanyeol mati kenapa deh? Dia emang sakit apa asa belom pernah dijelasin. Berasa konyol banget deh peran dia disini. Harusnya yg dimatiin si Krystal aja tuh. Gendek banget sama peran dia disini. Suho juga arrgggh! Kim Jongin bego bego bego! Semoga Krystal Suho dpt ganjarannya. Si Kai terlalu baek buat Krystal.

    BalasHapus
  9. Aaaaaaaa jiyoung .kasian.hapy ending yaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah