Langsung ke konten utama

My Lovely "EX-" - Oneshot




Tittle: My Lovely "EX-"
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung
Pairing: Kai/Jiyoung
Genre: romance, fluff, comedy,
Lengt: oneshot
Author: YRP



                “Huuaaahhh. Tidak mungkin! Bagaimana ini!” Jiyoung mengacak rambutnya hingga menjadi berantakan. Sulli, Suzy dan Krystal menatap ngeri kepadanya.
                “Mau bagaimana lagi, tidak mungkin kau minta pindah kelas.” Krystal menepuk pundak Jiyoung.
                “Untungnya kita berempat satu kelas lagi, sudah Jing tidak apa-apa.” Sulli ikut menghibur Jiyoung yang hanya menunduk di bangkunya.
                “Stt... Dia datang!” Suzy memberi kode pada teman-temannya. Krystal melihat ke arah orang yang sedang mereka bicarakan, Sulli pura-pura melihat ke arah jendela meskipun sebenarnya matanya tertuju pada orang itu.
                Orang itu menyeret tasnya dengan malas, wajahnya di pagi hari yang selalu mengantuk tapi entah mengapa itu justru terlihat keren. Dengan gerakan cool Jongin duduk di bangku paling belakang, melempar tasnya asal dan kemudian tidur. Sulli, Suzy dan Krystal menelan ludah melihat Jongin.
                “Dia tidak pernah berubah!” kata Suzy lirih.
                “Bagaimana bisa dia dulu menjadi pacar Jiyoung.” Sambung Krystal seraya menggelengkan kepalanya.
                “Jiyoung dulu dibutakan oleh....”
                “CUKUP!!!” Jiyoung berteriak membuat Sulli terbelalak  dan menghentikan kalimatnya. “Jangan bahas masa lalu yang buruk lagi...”
                “Wooooaaah kelas baru...”
                “Teman baru....”
                “Hai semuanya....” tiga orang yang juga paling tidak diinginkan Jiyoung masuk ke kelas mereka. Baekhyun, Jongdae dan Chanyeol yang dengan ceria dan berisiknya berdiri di depan kelas dengan berteriak menyapa.
                “Jongin, Sehun dan Kyungsoo juga di kelas ini, ini akan jadi tahun terhebat karena kita bersama-sama.” Omel Chanyeol menatap penuh arti pada Jongdae dan Baekhyun.
                “Coba aku lihat siapa lagi yang menjadi teman sekelas kita!” kata Jongdae dan mulai melihat wajah satu per satu dari mereka. Jiyoung berusaha untuk menunduk dan menutupi wajah dengan rambutnya. Tapi tetap saja tiga orang itu dengan mudah mengenalinya.
                “Kalian tidak akan percaya. Kita satu kelas dengan Kang Jiyoung dan komplotannya!” teriak Baekhyun diikuti gelak tawa dua temannya. Jiyoung hanya mendengus kesal, salah apa dia harus satu kelas dengan orang-orang itu!
                “Hai adik ipar!” sapa Chanyeol pada Jiyoung yang hanya melotot menatapnya.
                “Chanyeol, kau harus hati-hati dengan kalimatmu!” tegur Jongdae.
                “Apa kau tidak ingat apa yang selalu dia katakan? ‘Jangan pernah mengungkit yang sudah berakhir! Aku bukan adik ipar kalian!!!’” Baekhyun menirukan suara Jiyoung.
                “BISAKAH KALIAN DIAM DAN DUDUK DI BANGKU KALIAN? KALIAN SANGAT BERISIK!” Jiyoung berdiri dan berteriak, Chanyeol, Jongdae dan Baekhyun tidak menunjukkan wajah menyesal mereka. Mereka justru tersenyum lebar melihat Jiyoung seperti itu.
                Ketiganya pergi sambil terkikik, Jiyoung yakin hidupnya akan buruk di mulai dari hari itu. Jiyoung bisa melihat Sehun dan Kyungsoo baru datang dan sempat kaget melihat Jiyoung disana. Sial! Kenapa harus satu kelas dengan Kim Jongin dengan kroninya itu?!?!?!?!!?!?!
***
                Tap tap tap...
                Bola basket memantul dengan baik dikendalikan oleh anak laki-laki berwajah malaikat. Poni coklatnya dia ikat ke atas dengan membentuk apple hair. Seragam putihnya yang bersih dikeluarkan dan dasinya ada di saku celananya. Dua kancing kemeja seragamnya sengaja dibuka dan demi apapun itu adalah pemandangan terindah untuk Jiyoung. Jiyoung berusaha keras untuk tidak berteriak dan berlari untuk memeluknya.
                Dengan gerakan cepat dia mendriblle bola, melewati satu per satu pemain lawan yang mencoba merebut bolanya. Dengan gesit dia melompat dan melempar bola pada ring, semua nafas tertahan. Bola berputar-potar di atas ring hingga akhirnya jatuh ke dalam keranjang dan....
                “WOOOAAAHHH!!!! LUHAN SUNBAE KAU SANGAT KEREN!!!” teriak para gadis terdengar di lapangan outdoor itu.
                “APA AKU BILANG, OH LUHAN SUNBAE SANGAT KEREN!!!” Jiyoung ikut berteriak, Krystal hanya bertepuk tangan malas, Sulli mengangguk dan Suzy lebih sibuk melihat yang lain.
                “Luhan sudah pergi kan, sebaiknya kita kembali ke kelas.” Ajak Sulli kemudian. Jiyoung kembali sambil tersenyum sendiri, Luhan memang pandai menarik hati para gadis.
                “Dibanding Luhan, menurutku Minho sunbae jauh lebih keren.” Suzy berkata ketika mereka sampai di kelas.
                “Tentu saja, Minho sunbae yang terbaik!” Sulli terlihat bersemangat.
                “Permisi...” seseorang berdiri di pintu kelas, membuat keempat gadis itu menganga tak percaya. “Benar ini Kelas Oh Sehun?”
                Krik krik krik...
                Tidak ada jawaban selama 20 detik penuh, siapa yang sangka kedatangan Luhan yang begitu mendadak mampu membius gadis yang sedang asyik mengobrol itu.
                “Ah ya ya, benar..” jawab Suzy terbata.
                “Tapi dia tidak ada disini.” Lanjut Krystal yang sudah mendapat kesadarannya.
                “Baiklah kalau begitu, maaf kalau menganggu.” Luhan membungkuk kemudian pergi entah kemana.
                “WOOAAAHHH LUHAN SUNBAE!!!” Jiyoung berteriak kencang, bagaimana mungkin dia melewatkan moment berbincang dengan idolanya.
                “Eh ya? Kau memanggilku? Ada apa?” Luhan sudah kembali berdiri di depan pintu dengan pandangan penuh tanya. Jiyoung terpaku, bodoh! Luhan bisa mendnegar teriakannya.
                “Jika kau mau aku akan memberitahu Sehun kalau kau mencarinya.” Jawab Jiyoung cepat, Luhan tersenyum.
                “Oh gomawo ehmm.... siapa namamu?”
                “Jiyoung, Kang Jiyoung!”
                “Baiklah Kang Jiyoung, terimakasih.” Luhan tersenyum dengan manis padanya membuat Jiyoung hampir pingsan.  
                “Kang Jiyoung kendalikan dirimu!” tegur Sulli pada sahabatnya.
***
                Pagi itu kelas diributkan ulangan harian mendadak, semua siswa di kelas Jiyoung sibuk belajar, beberapa menyalin materi di kertas kecil dan sisanya berpasrah dan saling mengancam teman mereka agar saling membantu.
                “Suzy dan Sulli absennya lumayan dekat, sedangkan aku dan Jiyoung juga cukup berdekatan. Jing, apapun yang terjadi biarkan aku melihat lembar jawabanmu!” kata krystal menutup bukunya.
                “Kau duduk di depanku, biarkan aku melihat milikmu juga!” kata Jiyoung. Kemudian mereka kembali menyibukkan dengan buku mereka. Setidaknya 2 soal saja benar mereka sudah bersyukur.
                “Baik semuanya tutup buku kalian. Tidak ada barang apapun di atas meja kecuali pena!” Lee songsaenim memperingatkan ulangan akan segera di mulai. “Silahkan duduk sesuai absen kalian!”
                Suara meja terseret terdengar. Jiyoung mencari dimana seharusnya dia duduk, Jiyoung sedikit kesal karena Krystal duduk selisih dua bangku darinya. Kemudian Jiyoung menoleh ke belakang dan mendapati Jongin duduk disana! Sial! Kang Jiyoung dan Kim Jongin, huruf awal mereka sama!
                Jiyoung menoleh untuk melihat Suzy dan Sulli, keduanya hanya dipisahkan satu bangku, dan diantara mereka duduklah Byun Baekhyun yang tertawa jahil padanya. Bae Suzy – Byun Baekhyun – Choi Sulli. Huruf awal mereka berurutan dan Jiyoung yakin mereka bertiga akan bekerja sama dengan baik! Sial! Kenapa Jiyoung selalu sial dalam penempatan absen.
                “Apa?!?!” kata Jiyoung ketus ketika Jongin terus menatapnya.
                “Apa?!?!” balas Jongin tak kalah ketus, Baekhyun tertawa dari kejauhan.
                “Jiyoung, kita teman kan? Mohon kerjasamanya!” Jongdae yang duduk di samping Jongin tersenyum pada Jiyoung. “Kalau kalian belum putus pasti ulangan harian menjadi kencan terindah untuk kalian!” bisik Jongdae pada Jongin.
                Soal sudah dibagi, beberapa menulis jawaban di lembar jawaban mereka, sebagian menunggu teman selesai dan menyalinnya. Hanya terdengar gores pena, mata Lee songsaenim dengan awas melihat seisi kelas. Jiyoung sebisa mungkin menjawab soal, hanya dua soal dari delapan yang bisa dia jawab dengan sempurna.
                Beberapa menit kemudian kelas mulai panas, murid mulai mengangkat kepalanya, menoleh dan berbisik. Jiyoung ingin memanggil Krystal, tapi susah sekali untuk tidak ketahuan. Jiyoung bisa melihat Suzy, Sulli dan Baekhyun saling bertukar kertas dengan profesional. Sedang Jiyoung hanya diam disini, menunggu malaikat membantunya membuat Lee songsaenim tertidur untuk sesaat. Kemudian seseorang menendang kursinya.
                “Ush!” Jiyoung menoleh dan mendapati Jongin sedang melihatnya.
                “He bongsor, bagi jawabanmu!” katanya bodoh tapi keren. Jiyoung memutar bola matanya.
                “Aiisshh...” Jiyoung hanya mendesah, Jiyoung terlalu gengsi untuk bekerja sama dengan mantan kekasihnya itu.
                “Bisakah setiap ulangan kita melupakan masa lalu? Anggap saja kita tidak pernah berkencan!” kata Jongin dengan sangat percaya diri. Huek! Jiyoung tercengang mendengar Jongin, bagaimana dia bisa berbicara seperti itu?
                “Kau benar-benar tidak punya malu. Kau salin milik Jongdae!”
                “Dia tidur! Aku bisa nomor satu, dua dan enam. Kau sudah selesai nomor berapa?” dengan santai Jongin bertanya. Baiklah, Jiyoung melupakan gengsinya untuk sesaat, Jiyoung menurunkan lembar jawabannya agar Jongin bisa menyalinnya. Dengan cepat Jongin menulis jawaban Jiyoung.
                “Syukurlah kita masih saling melengkapi, lima soal sudah kita selesaikan.” Bisik Jongin.
                “Kau yang sudah lima soal, aku belum. Bodoh!” Jiyoung mundur seraya berbisik, sedang Jongin memajukan tubuhnya agar bisa mendengar Jiyoung.
                  “Ambil kertasku!” Jongin memberi kertasnya, tapi Jiyoung terlalu takut untuk menerimanya.
                “Ini terlalu ekstrim, bagaimana jika ketahuan!?!”
                “Kalau tidak mau yang sudah, akan kubangunkan Jongdae dan menyuruhnya menyalin milikku.” Jawab Jongin santai. Jiyoung ingin menangis sekarang, dia tidak mau mendapat nilai jelek!
                “Duh, aku dulu aku dulu.” Kata Jiyoung masih berbisik. Dengan tangan gemetar Jiyoung mengambil lembar jawaban Jongin, sesaat Jiyoung merasa Lee songsaenim melihatnya. Jantungnya berdegup kencang, Jiyoung pura-pura berpikir agar Lee songsaenim tidak curiga.
                Jiyoung mulai menyalin jawaban Jongin, tulisannya jadi jelek karena tangannya bergetar hebat. Jiyoung menulisnya dengan cepat agar dia segera mengembalikannya. Sialnya Oh Sehun berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju meja Songsaenim untuk mengumpulkan tugasnya. Bisakah Oh Sehun berhenti menjadi sok pintar? Satu orang saja mengumpulkan pekerjaannya akan membuat kelas semakin panas.
                “Cih!” desah Jiyoung kesal. Jongin menepuk punggungnya dan Jiyoung seketika menegakkan tubuhnya.
                “Aku sudah mendapat jawaban dari Sehun, cepatlah!” bisik Jongin di telinganya, Jiyoung semakin frustasi. Setelah selesai, dengan baik Jiyoung mengambalikan kertas Jongin. Jongin segera menulis jawaban Sehun dan memberi jawaban itu pada Jongdae yang kemudian kertas kecil dari Sehun berkeliling ke seluruh kelas.
                “Waktunya tinggal lima belas menit lagi!” kata Lee songsaenim. Beberapa siswa mengumpulkan jawaban mereka, karena jawaban Sehun sudah mengitari hampir setengah kelas.
                “He bongsor, apa kau sudah puas dengan lima jawaban?” Jongin menjambak rambut Jiyoung.
                “OUCH!” pekik Jiyoung.
                “Ada apa Kang Jiyoung?” tanya Lee songsaenim.
                “Ah tidak songsaenim, bukan apa-apa.” Beberapa anak terkikik, terutama Jongdae yang tertawa dalam diam.
                “Mana?” kata Jiyoung meminta jawaban Jongin, ketika kertas Jongin hampir berpindah tangan, Lee songsaenim kembali berkata.
                “Sekarang apa Kim Jongin? Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?” tanya Lee songsae.
                “Soal ini terlalu sulit, tidak mungkin aku selesaikan.” Jawab Jongin begitu santai seakan dia tidak melakukan kesalahan. Selanjutnya tidak ada ruang gerak bagi Jongin dan Jiyoung karena mereka sudah dicurigai berbuat curang. Satu demi satu anak sudah keluar, Jongin terus mengancam teman-temannya agar tidak keluar sebelum Jiyoung menjawab semua soalnya.
                “Ah bagaimana ini, biar aku mengumpulkan lima soal saja!” bisik Jiyoung menyerah.
                “Bodoh, seluruh kelas menjawab dengan baik karena jawaban dari Sehun. Kau mau jadi yang terburuk!” Jongin masuh mencari cara,  tapi Lee songsaenim terlalu sulit untuk dikalahkan. Di kelas tersisa Jiyoung, Jongin, Jongdae, Suzy, Sulli, Krystal, Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo. Semuanya pura-pura berpikir dan menulis dengan pena yang tidak menyentuh kertas.
                “He, suruh Baekhyun mengumpulkan dan tanya apapun pada songsaenim!” bisik Jongin pada Jongdae. Setelah pesan sampai pada Baekhyun, Baekhyun maju dengan percaya diri.
                “Songsaenim, aku tidak mengerti ini? Apa jawabanku sudah benar?” tanya Baekhyun keras, siapa yang tidak tau Baekhyun sangat pandai bicara.
                “Cepat cepat!” Jongin menyerahkan kertasnya, Jiyoung menulisnya dengan cepat. Setelah selesai Jiyoung melihat tulisannya yang seperti cakar ayam, tapi untungnya masih bisa terbaca. “Sudah belum, yang lain sudah menunggu!” bisik Jongin.
                Jiyoung mengembalikan kertas Jongin dalam diam, dan semuanya mengumpulkan kertas mereka.
***
                “Aku tidak pernah tau Oh Sehun sepandai itu.” kata Suzy ketika mereka di kantin.
                “IQnya di atas rata-rata.” Kata Jiyoung malas.
                “Woa, bagaimana kau tau?” tanya Sulli.
                “Sehun sahabat Jongin, bagaimana dia tidak tau.” Kata Krystal dan membuat yang lain tertawa penuh arti.
                “Oh jadi karena Jongin.” Kata Sulli melagukannya.
                “Sepertinya tadi dua jam penuh kebahagiaan bagi Jiyoung dan Jongin. Muahahaha!” kata Suzy dan disambut tawa lainnya.
                “Jongin menyuruh kita tetap tinggal sampai Jiyoung selesai, manis sekali kan...” Sulli tersenyum membuat Jiyoung ingin muntah.
                “Sayang sekali kalian putus.” Kata Krystal.
                “CUKUP!!! Berhenti bicara masa lalu....”
***
                Sore itu Jiyoung mengayuh sepedanya menuju toko buku di pusat kota, bukan untuk membeli buku tapi membeli pena, pensil dan berbagai kertas lucu. Jiyoung hanya mengenakan celana selutut dan kaos bergambar kelinci, rambutnya dia ikat ke atas.
                Jiyoung sedang asyik memilih kertas surat ketika matanya menangkap sosok Luhan juga ada disana. Jiyoung membekap mulutnya sendiri, mulai berpikir aneh bahwa dia dan Luhan memang berjodoh. Dengan cantik Jiyoung mulai berjalan mendekat pada Luhan yang sedang asyik membaca buku. Selain tampan Luhan juga dikenal siswa berprestasi, tidak salah jika dia kakak Sehun. Sepertinya keluarga mereka memang dianugerahi otak yang cerdas.
                “Luhan sunbae!” sapa Jiyoung ceria, Luhan menampakkan wajahnya yang tadi tertutup buku. Kemudian tersenyum dengan tampannya.
                “Kang Jiyoung, tidak kusangka kita bertemu disini. Mencari buku?” Luhan benar-benar tau cara berkomunikasi dengan perempuan.
                “Tidak, aku mencari beberapa peralatan pendukung.” Jawabnya ceria, Jiyoung berusaha keras agar tidak berteriak saat itu.
                “Hyung, sudah belum? Aku lapar!” tiba-tiba Sehun muncul membuat Jiyoung salah tingkah. Aneh rasanya jika Sehun mengetahui kegilaan Jiyoung pada Luhan.
                “Aku sudah menemukan, hmm Jiyoung kau teman Sehun kan. Kau mau bergabung bersama kami?” tawar Luhan ramah. Jiyoung dengan senang hati menerima tawaran itu, tapi ada Sehun disana. Aaahhh, ini membingungkan!
                “Tapi...” Jiyoung menggigit bibir bawahnya.
                “Cepat ikut saja, aku lapar!” kata Sehun, kemudian dengan langkah berat Jiyoung mengikuti kakak beradik itu.
                Luhan memilih sebuah cafe dekat dari toko buku tadi, Sehun memandang Jiyoung dengan penuh curiga. Jiyoung pura-pura tertarik dengan kotak tisu yang ada di meja.
                “Kau pulang lebih awal kalau begitu.” Kata Luhan seraya melihat baju Jiyoung, hanya Jiyoung yang memakai baju bebas sedang Luhan dan Sehun masih memakai seragam mereka.
                “Ya, rumahku tak begitu jauh dari sini.” Kata Jiyoung dengan senyumnya yang paling indah.
                “Rumahnya dekat lapangan indoor itu hyung, kau pasti tau.” Kata Sehun, Jiyoung hanya diam.
                “Kalian berdua kenal dekat ya?” Luhan mencoba menggoda adiknya.
                “Tentu saja, dia itu mantan kekasih Jongin. Yang aku ceritakan dulu...” Sehun tersenyum licik pada Jiyoung yang melotot kepadanya. Luhan tersenyum seraya bergumam oh.
                “Ah! Kenapa kau bicara seperti itu!” Jiyoung ingin melempar kursi pada Sehun, “Sunbae, jangan dengarkan apa yang dia katakan.” Luhan hanya tertawa sedangkan Sehun dan Jiyoung terlihat siap untuk saling mencakar.
                Pesanan mereka sudah datang, Jiyoung tidak berhenti melihat tajam ke arah Sehun yang sedang asyik melahap makanannya dengan senyum mengejek pada Jiyoung.
                “Hmm, aku menerima telepon dulu.” Luhan berpamitan untuk menerima telepon.
                “Kenapa semua orang tidak berhenti menyebut Jongin adalah mantanku!” kata Jiyoung ketus.
                “Karena memang dia mantanmu. Jadi alasan kalian putus karena Luhan hyung, Jongin tidak pernah cerita pada kami bahwa kau menyukai Luhan hyung.” Sehun berkata dingin.
                “Tau apa kau tentang alasan kami putus. Bukan karena Luhan sunbae, ada alasan lain.” Jiyoung berkata tegas.
                “Jongin selalu berkata alasan kalian putus karena aku, pasti maksud Jongin karena Luhan hyung adalah kakakku. Benar kan, aku pikir Jongin yang punya salah padamu, ternyata ada orang ketiga di antara kalian!”
                “Sudah kubilang bukan karena Luhan sunbae! Kau anak pintar yang menyebalkan!!!” Jiyoung mengacak poninya frustasi.
                “Sekarang aku tau kenapa Jongin tidak pernah menceritakan alasan kalian putus, pasti dia tidak ingin hubunganku dengannya menjadi hancur gara-gara ulahmu!” Sehun terus menuduh Jiyoung dan itu makin membuat Jiyoung kesal.
                “Berhenti menganalisa bodoh seperti itu. Luhan sunbae tidak ada hubungannya dengan itu, sebaiknya kau tanyakan pada Jongin sendiri! Bukan aku yang salah, tapi Jongin!” Jiyoung berdiri, dan pergi dari sana. Sehun hanya tersenyum miring melihat Jiyoung.
***
                “Apa? Kau putus dengan Jongin?” teriak Krystal tak percaya.
                “Kau tidak sedang bercanda kan?” sambung Suzy.
                “Kang Jiyoung, hati-hati dengan perkataanmu!” Sulli mengguncang tubuhnya. Tapi Jiyoung hanya diam menahan tangis. Jiyoung tidak bisa menjelaskan alasannya putus dengan Jongin, dia menyimpan itu untuk dirinya sendiri. Biar hanya Jongin dan dirinya yang tau.
                Jiyoung membuyarkan lamunannya, kenapa kenangan itu muncul dan kembali mengganggunya. Ini semua gara-gara Oh Sehun! Jika saja dia bukan adik Luhan, pasti Jiyoung sudah menghabisinya.
                Jongin juga, Jiyoung sangat membencinya! Jongin sudah menyakitinya! Jongin yang membuat semuanya rusak! Kenapa ada makhluk seperti Kim Jongin!!! Belum lagi kroninya yang tidak berhenti membuat masalah. Jiyoung yakin jika tidak ada Kyungsoo yang selalu mengingatkan pasti mereka semua sudah dikeluarkan dari sekolah sejak dulu. Oh Sehun? Meskipun terkenal pandai dan disayang guru, dia juga tukang membuat masalah.
                Dug!
                Braak!
                Jiyoung tersungkur karena seseorang menjegal kakinya, Jiyoung meringkis menahan sakit di kakinya. Jiyoung bisa mendengar suara tawa, siapa lagi kalau bukan Chanyeol, Baekhyun dan Jongdae!!!
                “Kalian!!!” teriak Jiyoung masih belum berdiri.
                “Adik, jangan melamun ketika berjalan. Kau jadi jatuh begitu.” Kata Baekhyun seraya tertawa.
                “Tidak bisakah berhenti membuat ulah?” Jiyoung melotot pada ketiganya, Chanyeol mengulurkan tangannya berniat membantu Jiyoung bangun tapi Jiyoung tidak mengindahkannya.
                “He kalian bertiga hentikan!” suara Kyungsoo terdengar, ada Jongin dan Sehun bersamanya. Diantara keenam orang itu, Jiyoung paling menghormati Kyungsoo.
                “Jiyoung!!! Kenapa duduk di bawah gitu?” Teriak Sulli menghampirinya, Krystal membantu Jiyoung berdiri.
                “Biar aku tebak pasti kalian lagi kan!” Suzy menunjuk pada Chanyeol, Baekhyun dan Jongdae yang terkikik.
                “Selamat pagi Krystal, kau cantik sekali!” kata Jongdae dengan senyum tolol.
                “Jangan begitu, adik Jiyoung yang paling cantik di antara mereka. Jongin sampai tidak bisa melepas pandangan darinya.” Sembur Baekhyun, membuat Jongin segera mengalihkan pandangannya dari Jiyoung. Jiyoung menoleh untuk melihat Jongin yang sedang melihat sepatunya. Ush! Ini menyebalkan!
                “AKU BENCI KALIAN!” Jiyoung berteriak keras, matanya berair menahan tangis. Sekilas Jiyoung melihat Jongin menatapnya, tapi Jiyoung segera berlari pergi dari sana. Tidak bisakah mereka berhenti membuat lelucon tentang Jiyoung. Kenapa Jongin diam saja melihatnya diperlakukan seperti badut oleh teman-temannya? Bukankah seharusnya Jongin menghentikan mereka. Jiyoung kesal!
                “Jiyoung!!!” panggil Krystal.
                “Kalian sih!” Suzy memarahi mereka yang tercengang dengan reaksi Jiyoung yang tidak biasa itu.
                “Lain kali bercandanya pake aturan dong. Jiyoung juga punya perasaan.” Sulli menyusul Krystal dan Suzy yang mengejar Jiyoung.
                “Apa kita salah bicara?” tanya Chanyeol pada yang lainnya.
                “Kenapa Jiyoung sensitif sekali? Biasanya dia baik-baik saja dengan semua lelucon kita.” Jongdae terlihat bersalah dan heran.
                “Mungkin moodnya sudah jelek dari awal, dan kita memperparah.” Kata baekhyun akhirnya. Detik berikutnya Jongin pergi tanpa bicara pada teman-temannya, berjalan cepat ke kelas mereka.

                Sepanjang pelajaran Jiyoung tidak mau melihat ke arah Chanyeol, Baekhyun dan Jongdae yang berusaha menarik perhatian Jiyoung. Sedangkan Jongin terus menatap lurus punggung gadis itu dalam diam.
                “Ouuhh! Kakiku!” Baekhyun pura-pura terjatuh di sebelah bangku Jiyoung, tapi Jiyoung tidak mau repot-repot menoleh padanya. Usaha Baekhyun gagal!
                “Sulli istirahat nanti kau mau makan siang bersama? Ajak yang lain juga, Jiyoung kau ikut ya!” Chanyeol berdiri di sebelah bangku Sulli, Jiyoung pura-pura tidak mendengar. Chanyeol, gagal!
                “Jiyoung, nanti kau ikut menonton basket? Luhan hyung akan ikut main, kau pasti suka!” Jongdae berkata dengan ceria, Baekhyun dan Chanyeol memukul kepala mereka. Jongdae tolol sekali?
                “Apalagi sekarang?” tanya Jiyoung, dari Jongdae dia beralih menatap Sehun yang sedang asyik mengobrol bersama Jongin.
                “KAU!” Jiyoung menunjuk Sehun, matanya memicing, Sehun mengerutkan keningnya.
                “Jing?” Suzy mencoba untuk menahan Jiyoung yang sekarang sudah menghampiri Sehun.
                “Apa yang kau katakan pada teman-temanmu? Bagaimana si bodoh itu bisa menyebut Luhan sunbae?” Jiyoung benar-benar kesal, bahkan Jongin ikut mengerutkan keningnya sekarang.
                “Aku tidak bilang apa-apa....”
                “Bohong! Bagaimana mereka bisa tau?” Jiyoung menyelanya.
                “Hei bongsor ada apa denganmu? Kenapa kau marah-marah tidak jelas begini!” Jongin ikut berdiri, menatap tajam penuh peringatan pada Jiyoung. Seisi kelas tidak bersuara melihat mantan pasangan itu saling tatap.
                “Kau juga! Kau bahkan  tidak melarang teman-temanmu menggangguku? Kau senang?” Jiyoung sedikit mendongak untuk melihat Jongin yang lebih tinggi. “Kalian begitu bangga menjadi gerombolan yang terkenal seantreo sekolah! Kalian tidak ada gunanya!!!”
                “Jiyoung udah deh.” Sulli menyeret Jiyoung paksa.
                “Kau itu egois, tidak mau mendengar penjelasan orang lain. Mereka hanya bercanda denganmu, kenapa reaksimu berlebihan sekali Kang Jiyoung?” Jiyoung merasa Jongin menyalahkannya.
                “Aku membencimu KIM JONGIN!” teriak Jiyoung yang sudah di seret keluar kelas oleh Sulli, Suzy dan Krystal.

                “HOAH!” Jiyoung menghabiskan hampir setengah botol air minumnya. Ketiga sahabatnya memandangnya.
                “Kau salah makan apa?” tanya Krystal langsung.
                “Kau juga jadi ikutan marahin Jongin, dia kan gak salah.” kata Suzy, rasanya kepala Jiyoung mau pecah.
                “Kalau kalian lebih membela mereka, jangan disini.” Kata Jiyoung kesal.
                “Sekarang marah ke kita juga?” tanya Sulli polos.
                “Kalau ada masalah cerita dong Jing. Mereka cuma bercanda kok.” Suzy mencoba menghibur.
                “Sebenarnya alasanmu putus dengan Jongin apa sih?” tanya Krystal penuh selidik. Jiyoung hanya diam dan kembali meneguk minumannya.
***
                Tidak tau sudah keberapa kalinya Jongin menanyakan tentang Krystal, awalnya Jiyoung mencoba untuk berpikir positif tapi sekarang, Jiyoung benar-benar curiga. Jiyoung melihat beberapa fotonya berdua dengan Krystal di ponsel Jongin, bahkan ada beberapa foto Krystal sendiri di ponselnya. Meskipun lebih banyak foto Jiyoung, tapi tetap saja itu membuatnya kesal.
                Jongin terburu-buru keluar dari kelasnya, dia tersenyum melihat Jiyoung menunggunya untuk pulang bersama.
                “Sudah lama?” tanya Jongin.
                “Tidak.” Jawaban Jiyoung terdengar ketus di telinga Jongin. Jongin sempat berpikir apa dia punya salah pada Jiyoung, tapi kemudian Jongin segera menarik tangan Jiyoung untuk pulang.
                Sore itu Jongin mengantar Jiyoung pulang dengan jalan kaki, karena rumah Jiyoung yang tidak begitu jauh. Jongin sudah bilang bahwa motornya di bawa Jongdae dan Jongin akan menunggu di rumah Jiyoung sampai Jongdae menjemputnya.
                “Oh iya Jing, besok tanyain ke Krystal ya, akhir pekan ini dia ada acara atau tidak soalnya ada yang mau...”
                “Krystal lagi, Krystal lagi. Sepertinya kau lebih suka Krystal ya daripada Jiyoung.” Jiyoung memotong kalimat Jongin dengan nada marah.
                “Eh? Ada apa ini?” Jongin menatap Jiyoung curiga.
                “Jika kau ingin dekat dengan Krystal bukan begini caranya. Kau pacaran denganku untuk bisa dekat dengan Krystal kan?” mata Jiyoung berkaca-kaca, ini terlalu kejam untuk membuatnya sakit hati.
                “Bukan begitu, Jing kau salah paham.” Jongin mencoba menjelaskan pada Jiyoung. Jiyoung menyerahkan ponsel Jongin dengan kasar.
                “Tadi Sehun menitipkan padaku karena dia tidak bisa menunggumu. Bahkan kau menyimpan foto Krystal di ponselmu. Terima kasih Kim Jongin, lebih baik kita putus.” Jiyoung berjalan cepat meninggalkan Jongin yang kini sibuk mengejarnya.
                “Jing kau salah paham, dengarkan aku dulu. Aku tanya banyak hal tentang Krystal bukan karena aku menyukainya. Jing, Jing tunggu dulu!” Jongin berusaha untuk menjelaskan, tapi Jiyoung hanya menangis dan tidak mau mendengarnya.
                Jiyoung membuka pagar rumahnya dengan kasar dan tidak membiarkan Jongin masuk. Jiyoung menangis hebat, terimakasih Kim Jongin. Jiyoung tidak akan melupakan kejadian ini.
                “Jing! Tunggu dulu, dengar dulu! Jing! Jing!” Jiyoung sudah masuk ke dalam rumahnya. Jiyoung makin menangis dengan hebat di kamar, dia begitu senang ketika Jongin menyatakan perasaan padanya. Tapi apa? Ternyata semua itu palsu.
                Jiyoung teringat kejadian itu, dimana Jongin menunggu di depan pagar rumah Jiyoung sampai malam. Sampai orangtuanya datang dan menyuruh Jongin untuk masuk ke dalam rumah. Tapi meskipun begitu, Jiyoung tidak mau menemui Jongin saat itu.
                Dan ini sudah beberapa hari setelah pertengkarannya dengan Jongin di kelas. Krystal masih bertanya kenapa dia begitu kesal pada Jongin dan alasan mereka putus. Tapi tetap saja Jiyoung tidak mau menceritakannya.
                Baekhyun, Chanyeol dan Jongdae sudah bisa mendapatkan hati Jiyoung kembali. Jiyoung sudah mau bertegur sapa dengan mereka, dan Jiyoung juga mulai memarahi mereka karena ulah konyol yang mereka lancarkan pada Jiyoung.
                Tapi dengan Jongin? Jangan harap Jiyoung mau berbaik hati bahkan mengobrol dengannya waktu ulangan. Jiyoung tidak peduli berapa kali Jongin menendang kursinya dan menepuk punggunya, Jiyoung tidak pernah menoleh padanya. Bahkan ketika Jongin ingin memberi jawaban pada Jiyoung.

                Pagi itu gerombolan Jongin datang dengan penuh luka dan lebam. Jiyoung hanya membuang nafas berat dan bergumam, “Hhh, pasti bertengkar lagi.”
                Di antara enam anak, luka Jongin yang paling parah. Jongin berjalan dengan sedikit pincang. Sesaat Jongin berhenti di bangku Jiyoung, tapi kemudian kembali ke bangkunya karena Jiyoung terlihat sama sekali tidak tertarik dan khawatir dengan lukanya.
                “Mereka luka, kenapa menurutmu?” tanya Sulli.
                “Aku tidak tau.” Jawab Jiyoung singkat.

                Sekolah sudah hampir sepi ketika Jiyoung keluar dari ruang guru. Ketiga sahabatnya sudah berpamitan pulang lebih dulu, karena ada urusan nilai dengan Lee songsaenim Jiyoung harus bertahan di ruang guru selama tiga puluh menit.
                Jiyoung tidak mau tergesa untuk pulang ke rumah, toh tidak ada tugas untuk besok. Jadi nanti Jiyoung bisa sedikit bersantai di rumah. Telinga Jiyoung menangkap sesuatu ketika melewati toilet laki-laki. Jiyoung menajamkan telinganya dan mendengar beberapa suara dari dalam.
                Brak!
                Terdengar suara pintu di buka dengan keras, dan keluar beberapa anak laki-laki dengan tampang seram. Jiyoung kaget begitu melihat Lee Taemin keluar dari sana, wajah malaikat hilang dari wajahnya. Jiyoung tau Taemin adalah musuh bebuyutan Jongin. Jiyoung yakin beberapa detik lagi Jongin pasti keluar.
                Dan benar saja, tidak terlihat luka baru di wajah Jongin tapi sangat jelas dari wajahnya bahwa dia sedang marah. Jiyoung tidak mau mencari masalah segera berlari.  Lee Taemin dan gerombolannya menyeringai melihat Jiyoung berlari menuju gerbang sekolah.

                Jongin berjalan menuju lapangan indoor dekat sekolah, bukan untuk bertanding basket atau apa, tapi belakang gedunglah yang dia tuju untuk menerima tantangan Taemin. Jongin bisa melihat Taemin tidak sendirian disana dan itu membuatnya kaget.
                “Sudah luka begitu masih belum menyerah.” Kata Taemin licik.
                “Kau bilang tidak membawa yang lain?” tanya Jongin dingin, bagaimana mungkin Jongin menang melawan sekitar enam orang itu.
                “Kau boleh menelpon teman-temanmu sekarang jika kau takut.” Teman Taemin yang bernama Ravi itu bicara dengan lagak menyebalkan.
                “Sudah bilang pacarmu belum, sebentar lagi kau butuh perawatan khusus?” tanya Taemin dan diikuti tawa lainnya. “Kang Jiyoung manis juga.”
                Dalam tiga detik sebuah hantaman mendarat di wajah Taemin. Jongin tersenyum kecut, Ravi hendak memukul Jongin tapi Taemin melarangnya.
                “Ini urusanku dengan Jongin!” Taemin melarang anggotanya untuk ikut campur, Taemin melayangkan pukulan yang bisa di hindari dengan baik oleh Jongin. Kemudian Jongin menonjok perut taemin dan menendang kakinya. Dengan kecepatan penuh Jongin berlari, terus berlari tidak peduli dengan dua anggota Taemin yang mengejarnya. Jongin ingat, seharusnya ada pagar rumah di dekat sini. Ya itu! pagar itu!
                Jongin memanjatnya dan mendarat di baliknya, di sebuah halaman belakang rumah, terbebas dari anggota Taemin yang mengejarnya, tapi...
                “Kyyaaaaa!!!” Sebuah teriakan memekakkan telinga Jongin.
                “Ssttt, tetangga bisa dengar!” Jongin membungkam mulut gadis yang terlihat sedang menyiram tanaman di taman kecil.
                “Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak berniat mencuri di rumahku kan?” Jiyoung melepas diri dari Jongin dan menatapnya curiga.
                “Tentu saja tidak, aku hanya.. ehm... hanya...” Jongin tidak melanjutkan kalimatnya.
                “Cepat keluar! Panjat pagar itu lagi!” Jiyoung mendorong Jongin kasar.
                “Kau mau aku mati digebukin Taemin?” tanya Jongin, “Biar aku keluar lewat pintu depan!” Jongin hendak masuk ke dalam rumah Jiyoung tapi Jiyoung menarik belakang seragamnya.
                “Tidak! Ada omma di rumah. Sudah cepat panjat lagi pagar ini!” Jiyoung terlihat sangat bingung.
                “Jiyoung, kenapa teriak?” omma Jiyoung keluar dari pintu belakang rumahnya, Jiyoung tersenyum tolol. “Jongin? Kapan datang, kenapa omma tidak tau.”
                “Ahjumoni! Apa kabar?” Jongin berjalan ke arah ibu Jiyoung, Jiyoung memukul kepalanya. Bodoh!
                Jiyoung berdiri melihat Jongin yang sedang diobati oleh ommanya, Jongin terlihat sangat menikmatinya.
                “Bagaimana bisa wajahmu seperti ini?” omma Jiyoung terdengar khawatir.
                “Kecelakaan biasa ahjumoni, biasa...” jawab Jongin manja. Demi apapun Jongin yang cool dan menyebalkan di sekolah sudah hilang, Jongin seperti kembali ke usia 8 tahun.
                “Ck, dia habis digebukin omma!” celetuk Jiyoung ketus, Jongin melotot kepadanya sedangkan Jiyoung tertawa puas.
                “Jadi habis berantem. Anak laki-laki pasti begitu, memang berantem karena apa?” tanya omma Jiyoung sabar.
                PLAK!!!
                Seperti sebuah tamparan di pipi Jiyoung. Bukannya marah tapi malah memanjakan Jongin seperti itu. Ini pasti karena efek ingin punya anak laki-laki. Huaaah, Jiyoung bisa gila.
                “Habisnya mereka ngancam Jongin, mereka bilang mau gangguin Jiyoung ahjumoni...” jawab Jongin ‘masih’ dengan manjanya.
                “Aiigooo Jongin-ah, jadi ini karena Jiyoung. Kau rela sampai seperti ini, cepat beri nomor telepon ommamu, biar ahjumoni yang bertanggung jawab jika kau di marahi.” GILA! Omma Jiyoung mulai berlebihan. Jongin tertawa garing.
                “Eh! Tidak perlu ahjumoni, tidak perlu sampai begitu.” Kata Jongin dengan senyum.
                “Tapi pasti nanti akan diperlukan, biar ahjuma menyimpannya.” SIAL! Jongin dengan bangga memberi nomor ibunya kepada omma Jiyoung. Jiyoung sudah seperti orang gila menjambak rambutnya sendiri sekarang. Kenapa Jongin sangat pandai cari muka? Belajar dari mana? Pasti Baekhyun sudah banyak mengajarinya!
                “Sudah selesai!” perban terakhir sudah terpasang, “Tunggu disini, biar ahjuma panaskan sup untukmu. Kau boleh pulang setelah perutmu penuh.” Omma Jiyoung segera ke dapur. Jiyoung melihat Jongin dengan liar, Jongin membalasnya dengan bangga.
                Dug!
                “OUCH!” Jongin memekik kesakitan karena kakinya yang memar di tendang Jiyoung.
                “Cepat pulang sebelum omma makin aneh-aneh lagi!” Jiyoung berkata penuh peringatan.
                “Jahat banget!” kata Jongin. Jiyoung menatapnya galak, tapi itu justru membuat Jongin senang.
                “Katanya masih suka, tapi kenapa kau memarahinya di kelas tadi!”
                “Kalau memang masih suka, jelaskan semua padanya.”
                “Aku pikir dia suka Luhan hyung, tapi kelihatannya dia tulus padamu.”
                “Jiyoung itu hanya hardcore fansnya Luhan sunbae saja!”
                Jongin teringat semua perkataan teman-temannya. Apa sekarang waktu yang tepat membuat Jiyoung mengerti semuanya? Mengerti bahwa Jongin hanya mencintainya, mengerti bahwa hampir setahun ini Jiyoung hanya salah paham.
                “Tidak bisakah kau berhenti muncul? Tidak bisakah kau benar-benar pergi? Melihatmu hanya semakin membuat semuanya terasa lebih sakit. Berhenti bertindak bodoh seperti sekarang, aku sudah lelah. Katakan pada temanmu berhenti membuat lelucon tentang kita, itu hanya membuatku ingin menangis.” Setelah menyelesaikan kalimatnya Jiyoung segera berlari menuju kamarnya. Jongin bisa melihat Jiyoung menangis lagi, menangis karenanya.
                “Jing?” panggil Jongin, tidak ada jawaban. Apa maksud Jiyoung tadi? Sebuah harapan hidup di hati Jongin.
***
                Jam 4 pagi Jiyoung terbangun, masih lama untuk berangkat ke sekolah tapi Jiyoung memilih untuk terjaga. Mungkin efek karena tidur lebih awal semalam. Jiyoung keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur, dan sumpah serapah keluar dari mulutnya melihat Jongin dengan kerennya tidur di sofa ruang keluarga. Jiyoung mengucek matanya apa dia tidak salah lihat. Gila! Jadi semalam Jongin tidak pulang?
                Jiyoung mengambil air minum di dapur, cepat-cepat kembali ke kamar dan betapa kagetnya Jiyoung melihat Jongin sudah berada di kamarnya!
                “Heh! Keluar keluar!” Jiyoung meletakkan gelasnya di meja dan mengusir Jongin.
                “Sstt! Yang lain masih tidur, jangan berisik!” kata Jongin. Jongin mengenakan celana selutut dengan kaos berwarna biru langit.
                “Kau pakai baju appaku?” tuduh Jiyoung.
                “Enak saja, ini bajuku. Semalam ommamu dan kakakmu mengajakku belanja.” Bela Jongin, “Eh tutup pintunya biar tidak berisik!” Jongin memerintah seakan dia pemilik kamar itu.
                “Aku mau tidur lagi, jangan berisik!” Jiyoung rebah di ranjangnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Jongin hanya meliriknya.
                “Kalau begitu akan kuberi sebuah cerita untuk penghantar tidurmu.” Kata Jongin yang duduk di ranjang Jiyoung. Jiyoung tidak menjawab.
                “Aku tau kau tidak tidur dan mendengarku. Dengarkan ini baik-baik!”
                “Aku minta maaf karena tidak segera memberitahumu tentang ini, tentang kesalah pahamanmu dulu yang membuat kita seperti ini.
                “Sebenarnya aku bertanya segala hal tentang Krystal karena membantu Sehun. Aku tidak tau mulai kapan yang pasti Sehun menyukai Krystal. Karena Sehun terlalu ragu dengan sikap dingin Krystal, maka aku membantunya dengan bertanya padamu, sahabat baik Krystal.” Jiyoung mendengarkan Jongin dengan baik dari balik selimutnya.
                “Kau mulai curiga bahwa aku menyukai Krystal. Dan sialnya kau melihat foto Krystal di ponselku, ponsel yang baru saja dipinjam Sehun untuk menyimpan semua foto Krystal. Kau ingat kan ketika Sehun menitipkan ponselku padamu dulu. Aku yakin kau mengingatnya.” Mata Jiyoung panas.
                “Yang terjadi kau marah besar padaku dan tidak mau mendengar penjelasanku. Bahkan kau mengganti nomor ponselmu untuk menghindariku. Tapi meskipun begitu aku masih terus memperhatikanmu, meskipun kau tidak tau itu.”
                “Ketika tau akhirnya kita satu kelas, jujur saja aku sangat senang. Bisa melihatmu marah pada Chanyeol, Baekhyun dan Jongdae, berteriak setiap hari, itu membuatku senang. Apalagi ketika ulangan, benar kata Jongdae, ulangan harian adalah kencan paling menyenangkan.” Jiyoung tersenyum dalam tangisnya.
                “Aku tau aku salah karena tidak terus terang padamu. Aku minta maaf, aku juga tidak segera menjelaskan semuanya padamu, aku benar-benar minta maaf. Asal kau tau Jing, aku selalu ada untukmu dan selalu mencintaimu.” Jiyoung hanya diam, tidak ada niatan untuk membuka selimutnya dan melihat ekspresi Jongin.
                “Baiklah, kau bilang ingin tidur lagi. Selamat tidur!” Jiyoung mendengar pintu kamar tertutup, Jongin sudah keluar.
                Pagi...
                “Jongin, kau harus sarapan yang banyak ya!” seru omma Jiyoung. Jiyoung hanya melirik ngeri ke arah Jongin.
                “Appa, omma aku berangkat dulu.” Jiyoung bangkit dan mengambil tasnya.
                “Loh gak nungguin Jongin dulu, kalian diantar sopir ya!” Jiyoung mengehntikan langkahnya, sopir?
                “Biasanya juga jalan kaki.” Kata Jiyoung.
                “Jongin kan lagi sakit, masa dia harus jalan.” Kali ini appanya yang bicara, Jongin tersenyum puas.
                “Tidak perlu, sepertinya kakiku harus banyak digerakkan supaya cepat sembuh, ajjeoshi ahjumoni, kami berangkat dulu.” Jongin ikut bangkit dan mengikuti Jiyoung yang berjalan lebih dulu.
                Sepanjang perjalanan keduanya hanya terlibat aksi saling lirik, tidak ada yang mau bicara lebih dulu. Jika ekspresi Jiyoung lebih kesal, Jongin justru menunjukkan ekspresi bahagia. Ketika sampai sekolah beberapa pasang mata memerhatikan mereka, tak sedikit yang berbisik. Mungkinkah Jongin dan Jiyoung sudah kembali?
                “Wooaaah! Jongin dan Jiyoung berangkat sekolah bersama dari arah rumah Jiyoung!” seru Jongdae membuat seluruh kelas heboh. Jongin menunjukkan senyum bangganya, sedang Jiyoung memukul Jongdae keras.
                “Jadi sudah baikan?” tanya Baekhyun menyebalkan.
                “Tentu saja sudah!” seru Jongin.
                “Jadi sekarang kalian balikan?” Sulli bertanya dengan polosnya.
                “Tidak! Siapa bilang! Baikan bukan berarti balikan.” Rengek Jiyoung, namun teman-temannya hanya tersenyum sambil berguman “oh”.
***
                Jiyoung memakan makanannya dengan brutal, ketiga temannya menatap ngeri.
                “Kau tadi tidak sarapan?” tanya Suzy, Jiyoung mengangguk dengan susah payah menelan makanannya.
                “Gara-gara Jongin selera makanku hilang tadi.” Jawab Jiyoung.
                “Jadi benar Jongin menginap di rumahmu?” Krystal meninggikan suaranya dan Jiyoung hanya mengangguk.
                “Wah, banyak peluang kalian akan seperti dulu.” Sulli berkata dengan senang. Detik berikutnya Suzy memukul meja dengan keras membuat yang lainnya kaget.
                “Bukannya hari ini para sunbae akan tanding basket?” Jiyoung memukul kepalanya mendengar perkataan Suzy. Mereka segera minum dan berlari menuju lapangan outdoor sekolah.
                Sudah ramai disana ketika mereka sampai, Jiyoung mulai berteriak seperti orang gila begitu melihat Luhan. Sedangkan Sulli dan Suzy yang menobatkan diri sebagai fans Minho berteriak untuk Minho.
                “Suho! Suho! Suho!” Krystal berteriak membuat ketiga temannya menatapnya aneh.
                “Memang ada Suho sunbae sedang main di lapangan?” tanya Suzy mencari sosok Suho di lapangan.
                “Setauku Suho sunbae tidak tergabung dalam tim basket.” Sambung Jiyoung sambil menatap ngeri pada Krystal.
                “Suho sunbae? Ketua osis itu? Itu dia di seberang lapangan sedang menonton.” Sulli menunjuk Suho yang terlihat serius mengikuti jalannya pertandingan. Krystal tersenyum bodoh begitu temannya menyadari tindak bodohnya.
                “Aku lebih suka seseorang yang pintar dari pada memamerkan keringat mereka seperti itu. Oh lihatlah dia sangat berwibawa.” Krystal menggigit bibir bawahnya tanpa mengalihkan pandangan dari Suho.
                “Asal kau tau Luhan sunbae juga pintar, dia menerima beasiswa!” sembur Jiyoung tak mau kalah. Lalu kemudian seseorang menarik Jiyoung dalam rangkulannya.
                “Siapa? Luhan hyung?” Jongin sudah berdiri di sampingnya.
                “Wah kalian lagi fangirlingan!” kata Jongdae, gerombolan Jongin datang bergabung dan menganggu acara mereka.
                “Woa woa, hardcorefan Luhan hyung ada disini!” Baekhyun mengacak rambut Jiyoung dan dengan cepat Jongin memukul tangan Baekhyun.
                “Kalian benar-benar mengganggu. Jongin, kalau ingin pacaran bawa pergi Jiyoung dari sini. Kau sangat mengganggu!” seru Suzy. Jiyoung menendang-nendang kakinya pada Suzy, tapi karena Jongin menariknya kebelakang jadi Jiyoung hanya menendang udara.
                “Sudah sudah pergi sana!!” Krystal ikut mengusir. Jongin menarik Jiyoung agar ikut dengannya. Sumpah serapah sudah Jiyoung sebutkan untuk Jongin yang hanya senyum-senyum menunjukkan deretan gigi putihnya.
                “Pertandingan belum selesai, kenapa harus pergi?” Jiyoung menendang kaki Jongin.
                “Ouch, kau itu ketua fans club Luhan hyung?” ejek Jongin sambil menahan sakit.
                “Semua orang berkumpul di lapangan! Ayo kembali atau aku tendang lagi kakimu!” ancam Jiyoung, tapi Jongin malah duduk di rumput. Taman belakang sekolah tidak begitu ramai karena sebagian besar menonton basket. Jiyoung hendak meninggalkan Jongin sendiri disana, tapi entah mengapa Jiyoung tidak tega meninggalkannya sendiri. Jiyoung membuang nafas berat dan duduk di sebelah Jongin.
                Jongin menatap Jiyoung lekat-lekat membuat Jiyoung salah tingkah. Tidak kalah akal, Jiyoung menepuk pipi Jongin pelan.
                “Ouch Kang Jiyoung! Kau lupa aku ini sedang terluka, pipiku masih memar!” Jongin mengeluk seraya memegangi pipinya.
                “Eh! Sakit ya?” Jiyoung sedikit merasa bersalah.
                “Huh, langsung saja! Kau tidak bisa diajak romantis sekarang.” Jongin mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Jiyoung memerhatikan setiap gerak Jongin.
                “Apa lagi sekarang?”
                “Kau sudah mendengar ceritaku tadi pagi kan? Aku minta maaf, dan aku berharap kau mau kembali jadi pacarku!” Jongin mengeluarkan sebuah cincin, menunggu jawaban dari Jiyoung dan siap kapan saja untuk menyematkan cincin itu di jari Jiyoung.
                Jiyoung menggigit bibir bawahnya dan salah tingkah. Jiyoung tidak siap untuk ini, dia terlalu kaget dengan pengakuan kembali Jongin. Jongin mengerutkan kening sambil terus menatapnya, Jiyoung tidak berani menatapnya langsung. Jiyoung mengambil nafas panjang, kemudian menatap Jongin yang terlihat serius. Jiyoung mengangguk membuat Jongin tertawa.
                “Huahahahaha! Kau tidak bercanda kan?” tanya Jongin berhasil membuat Jiyoung marah. Jiyoung mendorong Jongin hingga Jongin rebah di tanah.
                “Kau memang laki-laki paling brengsek yang pernah ku kenal!” Jiyoung terlihat kesal, dia segera berdiri dan hendak berlari meninggalkan Jongin ketika Jongin memegang pengelangan kakinya dan...
                BRUUKK!!!
                “Huuuuaaaahhhh!” Jiyoung terjatuh dengan dagu mendarat lebih dulu di tanah. Jongin segera menghampirinya dan membantunya untuk duduk. Jiyoung menangis hebat merasakan dagunya sakit.
                “Sssttt cup cup, sudah jangan menangis...” Jongin membelai rambutnya, mencoba membuat tangis Jiyoung reda tapi yang ada malah tangisnya semakin keras.
                “Kau membuat hidupku sial.....” rengek Jiyoung di sela tangisnya. “Huuuaaahhh.... Ini sakit!” Jiyoung merengek kesakitan. Jongin sedikit panik menyadari rasa sakit yang dirasakan Jiyoung.
                “Yang mana? Yang sebelah mana yang sakit.. Ssttt sudah jangan menangis.” Jongin meraba dagu Jiyoung, menundukkan kepalanya untuk melihat sedalam apa luka disana.
                “Ouch auuh, huuuaahhhh..” Jiyoung kesakitan ketika Jongin memegang dagunya, Jongin bisa melihat ada memar disana.
                “Cuma memar sedikit, nanti juga tidak sakit lagi. Sudah, ini tidak akan bertahan lama.” Jongin menghapus airmata dipipi Jiyoung, Jiyoung terisak mencoba menghentikan tangisnya. Jongin juga bisa menemukan lecet di sikut Jiyoung. “Kita akan mengobatinya nanti.”
                Jongin hendak membantu Jiyoung berdiri, tapi Jiyoung bertahan dengan posisi duduknya sambil masih terisak. Jongin tau rasa sakit di dagu Jiyoung tidak main-main, jadi Jongin memutuskan untuk menurutinya saja.
                “Kenapa ini sakit sekali...?” airmata Jiyoung kembali tumpah, Jongin tidak tega aksinya memegang pergelangan kaki Jiyoung tadi akhirnya membuat Jiyoung tersiksa seperti ini. Jongin memeluknya, meskipun tidak ada jaminan rasa sakitnya akan hilang tapi entah mengapa Jongin hanya ingin memeluknya.
                Jongin bisa mendengar sayup-sayup suara siswa yang bersorak di lapangan yang tak jauh dari taman, pertandingan pasti berlangsung seru. Taman juga terlihat sepi. Jongin melepas pelukannya dan mendekatkan bibirnya pada bibir Jiyoung. Rasanya sudah sangat lama Jongin tidak melakukan ini, jantungnya berdetak sangat cepat membuat kerja otaknya melambat.
                Jongin menciumnya lembut dan Jiyoung membalas ciumannya. Jongin memegang dagu Jiyoung untuk memperdalam ciumannya ketika...
                BUK!
                “Ouchh!”
                “UUAAHHH!” Jiyoung memukul perut Jongin dengan tangannya yang terkepal. Jongin baru ingat beberapa menit lalu dirinya membuat dagu Jiyoung cidera.
                “Sakit ya? Maaf, duh... Sudah jangan menangis lagi...” Jongin mengipasi Jiyoung dengan kedua tangannya.
                “Sebaiknya aku membawamu ke UKS!” dengan paksa Jongin membuat Jiyoung berdiri. Ketika Jongin dengan tulus hendak menuntunnya, Jiyoung menggeleng.
                “Aku tidak mau berjalan.” Rengeknya. Jongin membuang nafas berat, kemudian berlutut.
                “Cepat naik ke punggungku!” perintahnya. Jiyoung sedikit tersenyum kemudian melingkarkan tangannya di leher Jongin.
                “Jing.. Jing bawa ini, nanti jatuh!” Jongin memberi Jiyoung cincin yang belum dia sematkan di jari Jiyoung. Jiyoung menerima dan menyimpan dalam genggamanya dengan erat.

                “Mereka....?????”
                “Aku yakin seratus persen mereka sudah jadi pasangan lagi!”
                “Dan aku yakin mereka baru saja berciuman di taman belakang sekolah!”
                Sulli, Krystal, Suzy, Baekhyun, Chanyeol, Jongdae, Sehun dan Kyungsoo melihat Jongin sedikit tergesa dengan menggendong Jiyoung di punggungnya menuju ruang kesehatan sekolah.

Author's Note: Muahahahaha.... Maaf ficnya agak gaje. kkk. Sebenernya fic ini untuk merayakan ulang tahun author tgl 5 Juni kemarin, heeyyaa. 
Terus rencana awal endingnya gak begitu sih, tapi entah tiba-tiba aja mikir gitu, agak aneh. Pengennya juga Taemin bakalan ganggu Jiyoung, tapi duh ntar jadinya panjang dan gak jadi oneshot. oke, semoga suka ya! Jangan lupa comment! Kalau gak bisa comment di blog wajib comment lewat twitter atau fb.

Komentar

  1. Huaaa..kaijing...so sweet..akhirnya mereka clbk dech..ayo thor buat fanfic kaijing lagi!!!fighting

    BalasHapus
  2. Kaijing selalu so sweet..hunji juga iya sih.. hari ini buka web dan nemu fic ini. nice story, tak kuduga kalau mereka putus gara2 salah paham.. dan akhirnya balikan. duh.. bener2 bikin keselek cinta. hahay #aseek
    semangat author, ditunggu updatean fic fic yang lain.. Fighting! :D

    BalasHapus
  3. ini FF buat ultahku aja yak, ahahahah xD. Dududuuuuh, Jiyoung iiih galak bener ama dedekku Jongin xD. Cemburu yaa saking cintanya, trus minta putus. untung CLBK, hahaha jangan putus lagi yak >.< Udah lah, gak mau lagi dedek Jongin dipasangin ama yang lain. Sama Jiyoung paling cocok >.<

    BalasHapus
  4. Kaijing selalu bikin gemes, asli sweet bangetttt. Alasan putusnya juga lucu haha gara2 ada foto krystal di hp kai yang ternyata itu kerjaannya sehun hahaha... endingnya juga indah, clbk. Manis banget merekaa. Ditunggu updatenya ff destiny yaa, fighting!!

    BalasHapus
  5. Omg I love this fic sooooo much! Mungkin ini oneshot favorit gue dari kamu :P
    Sumpah manis banget dari awal ampe akhir, ala-ala mantanan yg masih sayang gitu deh. Apalagi gak taunya putusnya cuma salah paham sepele, emang dasar cinta monyet cemburuan bgt! Scene favorit waktu Jongin nginep di rumah Jing itu lucuuuu banget hahaha manis bgt >.<

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah