Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 5



Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.



“Krystal, bagaimana dengan Chanyeol sunbae? Bagaimana dia menurutmu?” Jiyoung mengalihkan pertanyaan.
“CHANYEOL???” Krystal bangkit dari posisi tidurnya, “KAU BILANG CHANYEOL? LP TEAM SINTING ITU?” beberapa temannya yang sudah tertidur bergumam kesal mendengar teriakan Krystal tapi tidak ada yang berani menegurnya.
“Sttt! Pelankan suaramu, nanti ada sunbae yang dengar!” Jiyoung mencoba menarik Krystal agar kembali tidur.
“AKU TIDAK SALAH DENGAR KAN? CHANYEOL?”
“Krystal pelankan suaramu!” tegur Sulli yang kini bangun karena Krystal, beberapa anak berterima kasih pada Sulli.
“Ada apa ini?” Baekhyun membuka pintu, mengarahkan senternya pada Krystal yang sedang duduk, “Tidur!” perintah Baekhyun. Krystal yang silau karena sorotan lampu senter dengn terpaksa kembali masuk dalam selimutnya.
“Kalian berdua sebaiknya tidur!” bisik Sulli.
“Jiyoung, aku belum selesai dengan Chanyeol. Jelaskan padaku besok!” Krystal menghilang di balik selimutnya. Jiyoung juga berusaha agar tidur dengan segera.
***
BRAAAAK!
Suara pintu setiap kelas dibuka dengan keras!
“BANGUN SEMUANYA! HOBAE BANGUN!!!” suara serak Chanyeol terdengar dari luar koridor. Kemudian suara penggaris kayu di pukulkan ke papan tulis membuat semua hobae bangun seraya mengumpat kesal.
“WOI SIAPA YANG BERISIK MALAM-MALAM SEPERTI INI?” teriak Sehun kesal. Ruang kelas yang awalnya gelap mendadak terang karena Baekhyun sudah menyalakan lampu dan menatap tajam ke arah Sehun.
“KAU KEBERATAN OH SEHUN?” kata Baekhyun dengan suara keras, Sehun mengumpat pelan. Jongin mengucek matanya, menyadari ada keributan.
“CEPAT PAKAI SEPATU DAN JAKET KALIAN! SEGERA BERKUMPUL DI DEPAN GEDUNG HOBAE DALAM DUA PULUH DETIK!!!” lanjut Baekhyun. Ruang kelas A yang dihuni hobae laki-laki dari kelas A, B, dan C langsung ribut. Mereka dengan tergesa memakai sepatu dan jaket mereka. Segera keluar dan berkumpul di lapangan. Dan itu terjadi di kelas lainnya.
Suara Minah berhasil membuat tidur nyenyak Jiyoung jadi terganggu, dia mendapati Sulli sedang menatap horror ke sekeliling sedangkan Krystal masih bertahan di balik selimutnya.
“Benar kana pa kataku? Ini pasti jerit malam, apa lagi yang akan kita lakukan jam satu pagi seperti ini.” Rengek Hyeri seraya memakai sepatunya dengan cepat. Jiyoung dan Sulli segera melakukan hal yang sama. Jiyoung berulang kali membangunkan Krystal, tapi gadis itu tidak mau keluar dari selimut.
“Krystal bangun! Semuanya sudah keluar!” Jiyoung membuka selimutnya, Krystal masih tidak ingin membuka mata.
“Krystal Jung, butuh bantuan?” Minah berjalan mendekat kea rah mereka, Krystal bangkit dengan malas. Dia menatap penuh kebencian pada Minah karena mengganggu tidurnya.
“Aku sudah bangun, sunbae!” kata Krystal, kemudian mengambil sepatunya dan mengajak Jiyoung dan Sulli keluar tanpa memakai sepatunya.
Di depan gedung hobae, para hobae sudah berbaris dengan menahan kantuk, beberapa dari mereka terlihat tegang. Mereka berdiri sesuai dengan kelas masing-masing, Jongin yang berdiri paling depan menunduk menahan kantuk, bahkan sesekali Minseok haru memegangnya agar tidak jatuh.
“Dengar semuanya, kalian akan berjalan melewati rute yang telah tertulis di peta ini.” Minho mengangkat sebuah peta di tangannya, “Setiap kelompok terbagi menjadi tiga anak. Kalian harus menjawab pertanyaan di setiap pos, kalian akan menemui beberapa hal kecil dalam perjalanan kalian, dan semoga berhasil!” kata Minho.
Kyungsoo mulai memanggil nama-nama hobae yang harus berjalan duluan. Kelompok pertama, salah satu dari mereka adalah Sungjae. Beruntung Sungjae masih sempat melucu sebelum berangkat membuat suasana menjadi lebih hangat. Sulli sudah hampir menangis, dia tidak berhenti merengek pada Minseok kenapa harus ada agenda bodoh ini. Berkali-kali Minseok menjelaskan bahwa ini untuk mental mereka.
“Aku tidak peduli, aku harus bersama Jiyoung dan Jongin!” kata Sulli, dan Minseok hanya mengangguk setuju. Jiyoung yang juga merasa takut hanya diam seraya memandang sepatunya. Krystal dan Sehun duduk di tanah, mereka beradu punggung dan tidur! Berulang kali Jongdae membangunkan mereka tapi hasilnya nihil. Untung LP dan P Team tidak disana.
“Hei, sebentar lagi giliran kalian!” Jongdae membangunkan Krystal dan Sehun lagi, “Krystal ayo pakai sepatumu!” tapi bahkan Krystal tidak bergerak. Tidak sabar, Jongdae segera memakaikan sepatu ke kaki Krystal. “Kalian berdua ayo bangun! Kalian jalan sekarang saja!” kata Jongdae. Akhirnya dengan bantuan Minseok, Sehun dan Krystal berhasil bangun.
“Khusus untuk kalian, kalian hanya berdua.” Jieun memberikan peta pada Sehun, kemudian keduanya berjalan.
Sampai pada akhirnya waktu Jiyoung, Jongin dan Sulli. Jongin memimpin dengan membaca peta, mereka berjalan mejauh dari gedung hobae. Lampu-lampu gedung sengaja di matikan juga beberapa lampu taman. Jiyoung dan Sulli memegang erat lengan Jongin, Jongin pasrah dan terus memimpin mereka.
“AAARRRGGHHH!!!!”  terdengar teriakan, Sulli menutup mata dan memaksa untuk kembali.
“Itu cuma bohong, kerjaan sunbae!” kata Jongin stress! Sulli dan Jiyoung yang berada di kanan kirinya membuatnya gerah. Sampai mereka di pos pertama, disana da Woohyun, Hara dan Hoya. Di pos pertama mereka di suruh mengerjakan soal tentang sekolah, mulai dari kepala sekolah, tahun berdiri, sejarah dan lain-lain. Setelah menyelesaikan mereka segera lanjut mencari pos lain.
“Hanya tiga pos kan? Kita pilih pos yang gampang-gampang saja!” kata Jiyoung.
“Bagaimana kita tau mana yang gampang dan tidak Jiyoung?” tanya Jongin membuat Jiyoung bungkam.
Mereka lanjut berjalan menuju aula besar, Jongin memilih pos yang ada disana dan segera menyelesaikannya. Disana ada Baekhyun dan Minah, jelas ini bukan pos yang baik. Baekhyun dan Minah meminta mereka menyebutkan struktur Organisasi inti di DreamLand, tentu saja tidak ada yang bisa menjawab ini. Pertanyaan diganti dengan berapa banyak kegiatan sekolah yang bisa diikuti, Jiyoung bisa menjawab ini dengan benar. Meskipun begitu, Baekhyun meminta mereka untuk mencari sebuah botol kecil di taman dekat aula besar untuk mereka bisa pergi.
“Kita berpencar Sulli, biar cepat dapat!” kata Jongin frustasi ketika Sulli terus-terusan membuntutinya.
“Aku takut….”
“Ini bukan area hantu, area hantu ada disana dan aku tidak membawamu kesana. Disini aman!” jelas Jongin, tentu Jongin tau tentang ini karena Minseok sudah memberitahunya sebelumnya. Untung Jongin berhasil menemukan botol di bawah pot bunga besar, mereka bisa berjalan ke pos selanjutnya. Pos terakhir untuk mereka…
Hati Jiyoung mencelos ketika mereka tiba di pos terakhir, dan itu adalah pos Chanyeol. Disana mereka diminta mengisi satu lembar pertanyaan tentang psikologi. Jongin menjawabnya dengan asal agar segera selesai dan dia bisa kembali tidur. Setelah mengumpulkan kembali pada Chanyeol, mereka diminta menebak nada yang dimainkan oleh Chanyeol. Dari sepuluh nada, hanya tiga yang berhasil mereka jawab dengan benar.
“Cari tempat untuk istirahat, jangan terlalu jauh dari sini!” kata Chanyeol menyudahi. Mereka memilih duduk di koridor dekat dengan tempat Chanyeol duduk. Jongin langsung tidur di lantai, Sulli masih was-was ketakutan dan Jiyoung sibuk melihat Chanyeol yang sedang memainkan penanya menunggu hobae lain datang.
Sulli ikut tertidur tak lama setelah itu, rasa kantuk juga mulai menyerang Jiyoung. Jiyoung menekuk kaki dan memeluknya, tanpa sadar dia sudah jatuh tertidur. Dalam tidurnya Jiyoung bermimpi, dia bertemu dengan seorang gadis memakai seragam yang sama dengannya. Setelah Jiyoung perhatikan wajahnya tidak asing, gadis itu yang dia lihat di ruang kesehatan, yang berdiri tepat di sebelah ranjang Jongin. Gadis itu tersenyum padanya, tapi Jiyoung sudah terlalu takut untuk membalas senyumannya, Jiyoung berlari sekuat tenaga menjauh dari gadis itu… Jiyoung takut…
“Kang Jiyoung! KANG JIYOUNG!”  Jiyoung terbangun dari mimpinya dan mendapati Chanyeol berada di depannya. Jongin dan Sulli di kanan kirinya, menatapnya khawatir dan beberapa hobae lain juga melihat Jiyoung.
“Mimpi buruk ya? Kau sampai berteriak gitu…” Sulli menepuk pundak Jiyoung pelan, Jiyoung hanya mengangguk pelan. Jiyoung berusaha duduk tegak dan menyadari seseorang tengah memegang erat tangan kirinya, Jongin.
“Kau ingin kembali ke kelas? Biar aku suruh tim kesehatan mengantarmu.” Kata Chanyeol lembut, membuat mereka yang disana sementara lupa bahwa orang itu adalah LP Team. Jiyoung menggeleng dengan cepat. “Tidak lama lagi kalian akan kembali ke kelas.” Chanyeol bangkit dan kembali duduk di tempatnya seperti tadi.

Semua hobae sudah kembali ke kelas tiga puluh menit kemudian, banyak yang memilih untuk tidur, tapi tidak dengan Krystal, Sulli dan Jiyoung. Mereka memilih mengobrol di sudut kelas.
“Kalian tidak menemui hantu sama sekali?” tanya Krystal tak percaya, “Tiga pos yang aku datangi, dan ada puluhan hantu yang aku temui. Untung aku dan Sehun tidak takut.” Lanjutnya percaya diri.
“Untung kita tidak menemui hantu, iya kan Jing?” Sulli memakan keripik yang dia bawa dari rumah Jiyoung.
“Tapi aku lihat hantu lagi, yang ada di ruang kesehatan. Dia tadi ada di mimpiku.” Jelas Jiyoung membuat Krystal dan Sulli menelan ludah. Jiyoung menceritakan semua tentang mimpinya, Krystal dan Sulli mendengar dengan sungguh-sungguh.
“Lupakan saja, tadi aku juga lihat anak yang sepertimu, katanya dia melihat Bae Suzy.” Kata Krystal enteng.
“Bae Suzy?”
“Iya, aku dan Sehun menguping tadi. Kata para sunbae, gadis itu namanya Bae Suzy. Dia anak yang cantik, tapi ada hobae yang bernama Bae Suzy dan menurut para sunbae nih, dia sangat mirip dengan hantu itu.” Jelas Krystal.
“Bagaimana bisa?”
“Mungkin Cuma mirip. Tapi aku kenal dengan Bae Suzy, dia anak yang baik, tidak ada kesan kalau dia itu hantu.” Krystal berkata dengan enteng, “Nanti aku kenalkan kau pada Bae Suzy, perhatikan apa wajahnya sama dengan hantu itu.”

Jiyoung berusaha membuka matanya ketika Sulli berulang kali memanggil namanya. Semua hobae bersiap untuk senam pagi, dengan mata setengah tertutup Jiyoung mengikuti Sulli dan Krystal berjalan keluar. Bukan hanya Jiyoung yang sedang melawan rasa kantuknya pagi itu, tapi sebagian besar hobae. Berbeda dengan para sunbae yang terlihat sangat segar dan bersemangat.
Setelah itu mereka di beri waktu untuk mandi, secara otomatis Jiyoung, Krystal, Sulli, Jongin dan Sehun memisahkan diri dari gerombolan hobae yang antri di kamar mandi. Mereka sekali lagi memilih untuk menggunakan kamar mandi di gedung pertemuan seperti sebelumnya. Kelima bocah itu tidak ada yang bercakap karena rasa kantuk mereka. Bahkan setelah olahraga badan mereka juga menolak untuk merasakan kesegaran pagi hari.
Mereka hanya bicara dengan isyarat mata dan tubuh. Krystal tidak masuk kamar mandi ketika yang lainnya sedang membasuh diri. Krystal menyempatkan diri untuk tidur sejenak di wastafel. Sehun dan Jiyoung keluar hampir bersamaan, Jiyoung segera membangunkan Krystal.
“Cepet mandi dulu, nanti ngantuknya hilang!” kata Jiyoung, terlihat matanya sudah bisa terbuka setelah dia mandi.
“Yah….” Desah Krystal, mengambil handuknya dan segera masuk kamar mandi.
Jiyoung dan Sehun mengobrol seraya menunggu yang lain keluar. Berbeda seperti sebelumnya, Jiyoung dan Jongin tidak saling bicara. Sebenarnya Jiyoung ingin, tapi kelihatannya Jongin sedang dalam keadaan tidak ingin diganggu.
Semua hobae kembali berkumpul di aula besar untuk sarapan. Kemudian di lanjutkan dengan beberapa penjelasan tentang malam inagurasi. Terhitung tujuh hari lagi dari sekarang, para hobae akan menghadiri malam inagurasi. Jiyoung berpikir kenapa acara itu tidak dijadikan satu saja dengan serangkaian perkenalan minggu ini.
Para sunbae memberi kesimpulan dari segala rangkaia acara selama satu minggu ini, bahkan para P dan LP Team secara khusus meminta maaf jika ada kata dari mereka yang kurang baik. “Mereka semua memang tidak ada yang baik.” Seru Krystal ketika Kim Kibum melontarkan permintaan maafnya. Dilanjut dengan pemilihan sunbae ter-, dimana para hobae member voting untuk sunbae dengan katagori tertentu. Seperti contoh, sunbae tertampan di terima oleh Choi Minho dan sunbae terjahat diterima oleh Park Chanyeol dan Byun Baekhyun.
Sehun yang menerima skor nilai tertinggi dari semua tugas mendapat sebuah bingkisan –tidak ada yang tau apa isinya –dia tersenyum bangga, tapi wajahnya berubah ketika LP Team menyalaminya. Dengan sangat jelas Sehun menghilangkan senyumnya dan member pandang benci pada mereka membuat banyak anak bersorak.
Dan untuk hobae dengan pelanggaran terbanyak diperoleh oleh Kim Jongin. Jiyoung mencoba menghitung berapa banyak pelanggaran Jongin hingga dia mendapat point pelanggaran terbanyak, tapi otaknya tidak bisa menghitung dengan baik. Jongin tersenyum miring menerima gelar itu, Taemin tak berhenti mengacungkan jempol padanya, bangga.
“Gelar Jongin membuatku malu, aku malu sebagai temannya. Pelanggaran apa saja sih yang dia buat?” kata Sehun keras pada Krystal, Jiyoung dan Sulli. Tapi siapa yang menyangka kemudian Jieun memanggil nama Sehun sebagai hobae dengan pelanggaran terbanyak di urutan kedua.
“Muahahaha! Kau juga!” teriak Krystal. Beberapa sunbae bersorak, karena hobae paling pintar tahun ini merangkap dengan hobae paling banyak pelanggaran. Sehun maju dengan tersenyum konyol, berkali-kali menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Jongin menunjuknya sambil tertawa, Sehun hanya memasang muka konyolnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul duabelas siang tepat, Lee Jinki memberikan pidato akhirnya sekaligus menandakan acara selesai. Tapi meskipun sudah berakhir, kepulangan hobae tetap diatur seperti biasa agar tidak menimbulkan keributan.
Jiyoung membawa semua bawaannya dan berjalan menuju gerbang bersama Sulli dan Krystal. Tidak ada wajah tertekan lagi di raut para hobae, mereka pulang dengan suka cita. Jiyoung sudah melihat ayahnya berada di depan gerbang, Jiyoung langsung berpamitan pada Sulli dan Krystal.
“Loh, Sehun sama Jongin gak bareng kamu? Biasanya kan mereka numpang.” Seru Sulli.
“Aku tidak melihat mereka.” Krystal menoleh kesana keamri, mencoba menemukan dua sosok yang di cari di lautan manusia.
“Aku telepon mereka sebentar lagi. Da!” Jiyoung melambai. Ayahnya membantu membawa barangnya. Jiyoung meminta ijin pada ayahnya untuk menunggu Sehun dan Jongin, tapi Sehun mengirimnya pesan bahwa dia tidak akan menumpang pada Jiyoung. Ada rasa kecewa ketika Jiyoung melihat bangku belakang mobilnya kosong.
***
Jiyoung sedang menyiram bunga di halaman depan rumahnya sore itu ketika seseorang memencet bel dari luar pagar seraya berteriak…
“Jiyoung Jiyoung… Kang Jiyoung, Kang Jiyoung…!” orang itu melagukannya persis seperti anak sekolah dasar meminta temannya untuk bermainbersama. Jiyoung segera menutup kran air dan membuka pintu pagar.
“Sehun!” panggilnya begitu melihat Sehun ada di atas sepedanya.
“Kau lagi apa? Main yuk!” kata Sehun terlihat bosan. Heh? Anak ini benar-benar! Jiyoung membuka pagar rumahnya lebih lebar dan membiarkan Sehun masuk. Sehun mengayuh sepedanya, dia bersepeda berputar-putar di halaman rumah Jiyoung yang sempit.
“Mau main kemana? Kau gak capek?” tanya Jiyoung seraya menggulung selang air
“Kemarin pulang dari sekolah aku langsung tidur sampai pagi tadi.” Kata Sehun masih berputar-putar,  “Kau tau toko buku yang oke tidak? Ada buku yang harus kucari.”
“Kau tidak tau? Sudah berapa lama kau tinggal disini dank au tidak tau?” tanya Jiyoung heran.
“Aku pendatang disini. Kau lupa, aku saja numpang di rumah noonanya Jongin.” Kata Sehun mengingatkan, Jiyoung hanya mengangguk. “Ayo! Kau punya sepeda kan? Apa mau aku bonceng?”
“Ada kok, sebentar aku pamit omma dulu.” Jiyoung melesat masuk ke dalam rumah dan keluar lima menit kemudian. Dia menuntun sepeda warna pinknya, dan menyuruh Sehun untuk keluar dulu.

Jiyoung mengajak Sehun ke toko buku terlengkap, jaraknya lumayan dari rumah mereka tapi karena Sehun bilang lebih baik jauh tapi langsung dapat. Sehun terlihat memilih buku untuk penunjang pelajarannya nanti. Jiyoung hanya berdiri di belakangnya, dia bahkan tidak tau buku apa yang harus di beli, lagipula belum ada resensi dari pengajar.
“Kau pasti belum baca buku akademik!” tuduh Sehun karena Jiyoung tidak tau apa-apa soal buku yang dibeli Sehun.
“Wow, kau sudah baca?” tanya Jiyoung kagum.
“Kau bisa beli ini, ini yang umum. Lagipula kita tidak perlu banyak buku karena praktek lebih banyak.” Sehun terlihat menimbang buku di hadapannya, “Eh, kau ingin ambil konsentrasi apa nanti? Music? Acting? Atau managementnya? Atau….”
“Acting, music, diantara kedua itu.” Sela Jiyoung, “Bagaimana denganmu?”
“Aku ingin jadi dokter.” Kata Sehun singkat dan berhasil membuat Jiyoung terbahak! “Lucu?” sambung Sehun melihat Jiyoung memegang perutnya sambil tertawa.
“Aku sudah selesai, ayo!” Sehun menyeret Jiyoung agar mengikutinya ke kasir. Selanjutnya mereka berdua memutuskan untuk bersepeda berkeliling.
Sehun berkali-kali menantang Jiyoung untuk balapan, tapi Jiyoung terus menolaknya karena tidak berani. Jiyoung senang bisa menghabiskan waktu bersama Sehun seperti ini, meskipun daritadi dia terus bertanya dalam hati kenapa Jongin tidak ikut dengannya. Bahkan Jiyoung juga kesal kenapa Sehun sama sekali tidak menyebut Jongin dalam percakapannya sore itu.
“Main ke rumah noona Jongin dulu yuk. Mungkin Jongin udah bangun sekarang.” Ajak Sehun dan membuat bibir Jiyoung melengkung otomatis.
“Oh jadi dia tidur pas kau pergi.”
“Kapan dia tidak tidur.” Sehun mengayuh sepedanya cepat, member jarak cukup jauh dengan Jiyoung yang ada di belakangnya.
“SEHUUUUN TUNGGUUU!” teriak Jiyoung seraya mempecepat lajunya. Sehun tidak mendengarnya dan berbelok dengan mengerikan di belokan menuju rumah Jongin, membuat suara decitan dari roda belakang sepedanya. Jiyoung mempercepat, ingin melakukan hal sama seperti Sehun. Tapi sepertinya Jiyoung mengayuh terlalu cepat, sehingga ketika dia berbelok kendalinya oleng.
“SEHUN!!!” teriak Jiyoung menyadari sebentar lagi keseimbangannya akan hilang. Jiyoung belok jauh lebih mengerikan dari Sehun, untung saja tidak ada kendaraan lain waktu itu. Dalam hitungan detik Jiyoung benar-benar kehilangan kendalinya, sepedanya menabrak pagar rumah orang dan membuatnya terjatuh.
Brakk!!
“uooh!” keluh Jiyoung. Sehun yang sudah sampai di depan rumah Jongin, tak jauh darisana bisa melihat dengan jelas Jiyoung tersungkur di tanah bersama sepedanya. Dengan segera Sehun mengayuh sepedanya dan menuju Jiyoung.
“Ah!” rintih Jiyoung mendapati sikunya terasa perih karena tergores aspal. Jiyoung masih belum bangkit dari jatuhnya, dia menunggu bantuan.
“Kang Jiyoung, kau tidak apa-apa?” rasanya seperti ada petir menyambar di tengah siang yang panas. Park Chanyeol berdiri disana, mengulurkan tangan untuk membnatu Jiyoung bangkit.
“Sunbae…” kata Jiyoung kaget.
“Siapa yang jatuh?” beberapa suara khawatir juga terdengar dari dalam pagar rumah yang Jiyoung tabrak.
“JIYOUNG JIYOUNG KAU GIMANA SIH KOK BISA JATUH!” Sehun melempar sepedanya dan membantu Jiyoung berdiri. Sehun sedikit mendorong Chanyeol agar menjauh dari Jiyoung, alhasil Chanyeol memilih untuk mendirikan sepeda Jiyoung.
“Perih…” keluh Jiyoung pada Sehun. Sehun bisa melihat Jiyoung memegang sikunya yang luka, kemudian dia meneliti luka yang lain. Lutut dan mata kaki kanan Jiyoung juga luka karena terseret aspal.
“Jiyoung yang jatuh! Kau tidak apa-apa? Sehun bawa masuk sini dulu!” Taemin mempersilahkan Sehun menuntun Jiyoung masuk. Jiyoung jadi sangsi karena ada beberapa sunbaenya disini, seperti Baekhyun, Kyungsoo, Ravi dan beberapa yang Jiyoung tidak tau namanya.
“Kau kenapa ikutan ngebut sih.” Kata Sehun dengan meniup luka Jiyoung, tapi Jiyoung sudah tidak merasa sakit dan perih karena rasa malu yang kini menyerangnya. Taemin kembali dengan kotak obat di tangannya.
“Sini diobati dulu.” Taemin member kotak obatnya, Sehun mengoleskan obat di siku Jiyoung. Jiyoung menahan perih sambil sesekali melirik kea rah Chanyeol yang berdiri tak jauh darinya.
“Kalian darimana? Pacaran ya?” itu Baekhyun, bertanya dengan nada meledek pada Jiyoung, “Aku pikir pacarmu itu Jung Krystal, Sehun!” Jiyoung tidak percaya jika yang berkata barusan adalah Byun Baekhyun. Sunbae yang dia kenal galak dan menyebalkan sekarang berubah begitu ramah dan usil. Kepala Jiyoung tadi tidak terbentur kan?
“Siapa juga yang pacaran sama Krystal, hyung…” jawab Sehun enteng sambil terus mengobati Jiyoung.
“Cocok sih!” celetuk Taemin diiringi tawa yang lain, Jiyoung jadi tau bahwa Sehun sangat terkenal dikalangan sunbae. “Mau ke rumah Jongin ya?” Taemin menatap Jiyoung.
“Eh! Iya…” jawabnya sambil mengangguk keras.
“Taemin!” tiba-tiba suara Jongin terdengar dari pagar, dan benar saja, Jongin datang dengan sebuah kantong kertas di tangannya. Dia mengenakan celana pendek dan kaos longgar, rambutnya berantakan terlihat sekali dia baru bangun tidur. “Loh Jiyoung, kok disini?”
“Kang Jiyoung habis salto sama sepedanya, saying sekali kau tidak lihat!” jawab Baekhyun, Jiyoung mengerucutkan bibirnya dengan lelucon Baekhyun. Wajahnya memerah karena malu.
“Hyung jangan ganggu Jiyoung deh!” kata Sehun sambil menatap Baekhyun tajam.
“Pacarnya marah….” Baekhyun tertawa dengan lagak menyebalkan, anak ini benar-benar pintar bikin orang kesal.
“Ini dari noona, gak tau isinya apa.” Jongin menyerahkan bingkisan ke Taemin, kemudian berjongkok di sebelag Sehun  yang sibuk mengobati Jiyoung. “Salto gimana?” Jongin menatap Jiyoung datar, mungkin Jongin berniat khawatir tapi pertanyaannya sangat menyebalkan di telinga Jiyoung.
“Jatuh bukan salto!” jawab Jiyoung kesal, Jongin memeriksa kakinya dan membantu Sehun mengobatinya.
“Aku juga mau ngobati Jiyoung!” kata Taemin terdengar serius, tapi Sehun dan Jongin langsung menatapnya tajam.
“Anter dulu itu ke ommamu gih!” kata Jongin ketus, Taemin hanya mendengus dan membawa bingkisan itu ke ibunya.
Kali ini Chanyeol tidak lagi hanya melihat, dia berjalan mendekati Jiyoung yang duduk di kursi, melihat sejauh mana Sehun dan Jongin mengobatinya kemudian berkata, “Sepedamu rusak, kalau mau aku bisa mengantarmu!”
“Eh? Tidak sunbae… tidak perlu…” jawab Jiyoung gugup.  Jongin menatap Jiyoung curiga kemudian menutup kotak obat Taemin, bangkit dan berpamitan ke pemilik rumah.
“Taemin kita pulang dulu ya!” teriaknya pada Taemin, Temin yang sepertinya jauh ada di dalam rumah tidak menjawab.
“Woi belum selesai woi!” Sehun memberitahu Jongin.
“Di obati di rumah saja!” ajak Jongin dan membantu Jiyoung berjalan, “Bilang ke Taemin kita pulang!” Jongin menekankan kepada orang-orang yang ada di ruang tamu.

Sehun menuntun sepedanya sedangkan Jongin menuntun sepeda Jiyoung, Jiyoung berjalan di antara keduanya. Jongin membuka pagar kawat besi rendah, menimbulkan bunyi decitan ketika pagar itu berayun ke belakang. Sehun mempersilahkan Jiyoung untuk duduk di kursi besi yang teras rumah yang luas.
“Aku ambilkan minum mau?” tanya Sehun seraya melepas sepatunya, Jiyoung mengangguk sebagai jawaban. Sehun segeraa masuk, terdengar Sehun berlari menuju dapur. Kini pandangan Jiyoung beralih pada Jongin yang terlihat memeriksa sepedanya.
“Rantainya lepas ya?” teriak Jiyoung pada Jongin.
“Hem…” jawabnya sambil menatap Jiyoung sekilas, “Setirnya juga agak miring.” Lanjutnya.
“Jiyoung minum dulu!” Jiyoung dikagetkan dengan kedatangan Sehun yang tidak dia sadari. Jiyoung meminum jus jeruknya sedikit dan meletakkannya di meja, “Perlu di obati lagi gak?”
“Gak usah, lagian tadi udah semua kok.” Tolak Jiyoung. Sehun memilih bergabung dengan Jongin di halaman rumah dan membenahi sepeda Jiyoung. Terlihat keduanya beradu argumen, Jiyoung tersenyum melihat itu.
“Sepedanya ditinggal disini dulu ya Jiyoung, nanti kau aku antar.” Seru Sehun, kemudian dia duduk di tangga depan teras.
“Terserah.” Jawab Jiyoung malas.
“Kok gitu jawabnya? Ngambek ya?” kali ini Jongin yang bersuara, dia mengintip dari balik sepeda Jiyoung mendapati gadis itu menggeleng keras.
“Bukan begitu,  maksudku aku juga bisa pulang sendiri kok.” Elak Jiyoung.
“Serius pulang sendiri? Nanti menyesal gak di antar aku atau Jongin.” Sekali lagi Jiyoung mendapati Sehun begitu menyebalkan. Jiyoung hanya diam dan memilih meneguk jusnya, Sehun menoleh padanya sambil terkikik geli.
Jiyoung menikmati berada di rumah Jongin, dia begitu suka rumah tua ini. Rumah ini juga tinggi, ada sebuah tangga di depan, sekitar empat anak tangga. Teras rumahnya juga cukup luas, rumah ini member jaminan kenyamanan bagi penghuninya.
“Kalian mau antar aku pulang kapan?” tanya Jiyoung ketika langit sudah mulai gelap.
“Sekarang?” tanya Sehun, Jiyoung mengangguk. “Aku mandi dulu ya!” Sehu masuk ke dalam rumah.
Jiyoung melamun ketika Jongin berdiri di depannya, Jiyoung yakin Jongin mengatakan sesuatu tapi dia tidak dengar. Jongin menatapnya penuh tanda tanya, Jiyoung tersenyum bodoh seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Apa?” tanya Jiyoung bodoh.
“Ayo aku antar, Sehun masih lama. Kau nanti di cari ommamu.” Kata Jongin member isyarat agar Jiyoung mengikutinya. Jongin mengeluarkan motornya dari garasi yang tepat ada di samping rumah kokoh ini. “Ayo!” kata Jongin lagi.
Jiyoung segera menghampirinya, mengambil duduk di belakang Jongin. Dia berkata siap agar Jonggin segera melajukan motornya. Jiyoung ingin memeluk Jongin tapi dia tidak punya keberanian. Jujur Jiyoung sedikit kecewa karena Jongin mengantarnya dengan motor, karena dengan motor hanya akan menghabiskan waktu singkat untuk ke rumahnya. Tidak mau membuang kesempata Jiyoung segera membuka percakapan.
“Sehun itu saudaramu ya?” tanya Jiyoung, Jongin mengurangi laju motornya.
“Bukan, dia temanku sejak kecil.” Jawab Jongin enteng, Jiyoung sedikit bingung dengan ini.
“Jadi kau juga pendatang disini? Kau berasal dari kota yang sama dengan Sehun? Kalian darimana sih?” Jiyoung penasaran, Jongin terdengar bergumam sebentar sebelum akhirnya menjawab.
“Hmm… Bukan juga sih. Aku lahir di kota ini, hanya saja aku besar di kota Sehun. Bingung ya? Aku juga.” Kata Jongin ketika melihat raut bingung Jiyoung dari spion motornya.
“Jadi Sehun numpang ya di rumah noonamu. Orangtuamu kemana?”
“Numpang ya?” Jongin terdengar menimbang kata Jiyoung, “Numpang boleh juga. Orangtua ku di luar kota, bisnis.”
“Bisnis apa?”
“Bisnis jual beli cewek kaya kamu gini. Mau aku jual?” Jongin terdengar sangat serius, Jiyoung memkul pundaknya keras-keras.
“Aku serius, Jongin-ah!” protes Jiyoung kesal.
“Iya iya. Udah sampai nih.” Tanpa Jiyoung sadari motor Jongin sudah berhenti di depan rumahnya. Jiyoung turun dengan tergesa tanpa sadar membuat luka segar di sikunya menyentuh punggung Jongin.
“Ouch!” pekik Jiyoung kesakitan, Jongin meliriknya.
“Makanya hatii-hati.” Tegurnya, Jiyoung mendengus. “Aku pulang ya, udah gelap.” Jongin menyalakan mesin motornya lagi. Jiyoung melambai padanya.
“Hati-hati. Terimakasih.”
“Hem.” Jawab Jongin sekenanya sambil melajukan motornya untuk pergi dari sana. Jiyoung memerhatikan Jongin sampai dia hilang dikelokan. Seketika rasa bersalah memenuhi hatinya, Jiyoung merasa begitu nyaman dengan Jongin. Tapi di sisi lain dia merasa bersalah pada cinta pertamanya. Meskipun tidak ada jaminan cinta pertamanya masih mengingatnya.
***
“Bagaimana lukamu? Kau sudah baik?” Jiyoung dibuat tertegun karena sosok tinggi yang berdiri sebelahnya sekarang sedang bertanya dengan nada penuh kekhawatiran.
“Eh? Iya sudah baik, sunbaenim…” jawab Jiyoung gugup. Bahkan Krystal dan Sulli menahan nafas mereka melihat Chanyeol berdiri di meja mereka. Makanan yang tadi mereka makan kini tak tersentuh karena terlalu kaget melihat ini.
“Bagus kalau begitu. Lain kali sebaiknya kau hati-hati.” Chanyeol menepuk pundak Jiyoung singkat, beberapa hobae yang ada di kantin berjerit iri melihat itu. Chanyeol si LP Team, yang mereka kenal galak baru saja bersikap manis pada Kang Jiyoung!
“Gomawo, sunbaenim…” jawab Jiyoung lagi, kemudian Chanyeol meninggalkan meja Jiyoung kembali pada mejanya sendiri bersama teman-temannya tak jauh dari sana.
“Jadi kau naksir dia? Sejak kapan dia bersikap manis padamu?” tuduh Krystal penuh selidik.
“Aku juga tidak tau. Tapi, ada yang belum aku ceritakan pada kalian…” Krystal dan Sulli memandangnya penasara. Oh baiklah tidak ada gunanya menyimpan kissah cinta pertama yang konyol miliknya. Jiyoung menceritakan semuanya, membuat Krystal dan Sulli kaget tak percaya.
“Kau bodoh atau apa sih? Menunggu orang yang bahkan kau tidak tau namanya.” Kata Krystal heran.
“Aku kagum padamu Jiyoung. Apa kau yakin orangnya benar-benar Chanyeol sunbaenim?” Sulli sedikit mencuri pandang pada Chanyeol yang sedang bergurau dengan teman-temannya.
“Aku belum sepenuhnya yakin, tapi aku akan mencari tau.” Jiyoung meneguk soda miliknya.
“Semakin kuperhatikan wajahnya terlihat bodoh ya?” kata Krystal yang seketika mendapat sorotan tajam dari Jiyoung. “Maaf deh. Tapi harusnya dia langsung tanya ke kamu dong kalo memang benar dia ingat padamu.”
“I-iya juga sih, tapi…” Jiyoung mulai takut akan kenyataan bahwa bukan Chanyeol cinta pertamanya. Dan jika memang itu benar, dia berharap orang lain yang menjadi cinta pertamanya.
“Kenapa kau tidak ke restorannya saja. Kalau memang benar, mungkin belum pindah tempat.” Usul Sulli, Krystal mengangguk setuju.
“Kalian mau mengantarku?” tanya Jiyoung ragu tapi Krystal dan Sulli langsung menyetujui permintaan Jiyoung.

Sepuluh menit kemudian bel tanda istirahat berakhir sudah berbunyi. Memaksa para pelajar masuk untuk mengikuti pelajaran du dalam kelas. Sekarang kelas public speaking untuk Jiyoung, Jiyoung membuka materi-materi yang sudah di bagi Jongin ketika istirahat tadi.
Kelas berlangsung menyenangkan, mungkin ini akan menjadi kelas favorit Jiyoung. Bahkan tidak terasa seperti Jiyoung sedang belajar, ini terlalu menyenangkan dan jauh dari kata bosan. Dan tentu saja, yang seperti itu akan membuat jam terasa begitu cepat berlalu hingga sekarang sudah berganti kelas.
“Ehem, mohon perhatiannya!” Jongin berkata di depan kelas ketika pengajar sudah pergi, “Untuk malam inagurasi kalian boleh menampilkan sesuatu –terserah kalian mau apa –dan jika kalian ingin kalian serahkan biodata serta apa yang akan kalian tunjukkan dan berikann padaku. Audisi akan dilakukan mulai besok sore.” Jelas Jongin panjang lebar. Banyak anak mulai berisik, mereka berdiskusi ingin berpartisipasi tampil atau tidak. Sedang Sulli terlihat tidak minat dan memilih tiduran di bangkunya.
“Jongin! Hei Jongin!” panggil Jiyoung, Jongin segera menghampirinya, “Kau ikut?”
“Kemana?” Jongin balik tanya.
“Perform maksudku.”
“Oh itu, yah. Ehm, rahasia sih.” Kata Jongin, “Lihat saja, kau datang kan?”
“Aku tidak yakin bisa datang.” Jawab Jiyoung kecewa, setelah memberitahu orangtuanya bahwa sabtu malam dia harus pergi ke sekolah untuk malam inagurasi, orangtuanya menyuruhnya untuk absen karena akan ada keluarga jauh datang berkunjung.
“Yah, sayang sekali.” Jawab Jongin tanpa benar-benar terlihat menyayangkan itu. Jiyoung tidak membalas ucapannya sehingga membuat Jongin kembali ke tempatnya.
***
Rabu sore, Jiyoung, Krystal dan Sulli siap untuk pergi ke rumah makan milik Chanyeol. Krystal sudah mendapatkan alamatnya dari Taemin, dengan sejuta cara dia merayu Taemin agar mau memberinya tanpa banyak bertanya. Jiyoung tidak tau dengan apa yang dia rasakan sekarang, bukankah ini terlalu cepat untuk mengetahui kenyataan bahwa Chanyeol memang benar-benar cinta pertamanya?
“Kau harus siap dengan segala kemungkinan Jing. Bahkan kemungkinan jika memang ternyata dia bukan cinta pertamamu.” Krystal memmperingatkan sebelum menyuruh sopirnya untuk melaju. Ya, mereka pergi bersama sopir Krystal saat ini.
“Aku siap.” Kata Jiyoung mantap, mobil mulai melaju menuju tempat yang sudah ditulis di kertas kecil alamatnya oleh Taemin.
Jiyoung sudah lupa kapan terakhir kali dia pergi ke restoran itu, restoran cinta pertamanya. Dia tidak pernah kesana karena tidak ingin merasa menyesal dia tidak bisa tau namanya sebelum cinta pertamanya itu pergi. Bahkan Jiyoung merasa bodoh kenapa dia tidak mencarinya disana. Ya, ini sebuah kekeliruan.
Jalanan menuju restoran sudah sangat berbeda dari beberapa tahun lalu. Jika mereka tidak meminta alamat dari Taemin, Jiyoung yakin dia akan tersesat, Jiyoung tidak mengenali jalanan itu karena terlalu banyak perubahan.
Jantung Jiyoung berdetak cepat ketika mobil berhenti di salah satu restoran. Seakan berjuta kenangan memaksa masuk ke otak Jiyoung, membuatnya untuk mengingat sesuatu. Jiyoung tidak percaya ini, Jiyoung terlalu takut untuk percaya, terlalu takut untuk berharap.
“Bagaimana Jiyoung? Kau ingat?” tanya Sulli pelan ketika Jiyoung hanya menatap restoran itu. Tidak mampu berkata apa-apa.
“Jadi benar ini? Apa masih sama persis seperti dulu?” tanya Krystal penasaran, dia mencoba membaca raut wajah Jiyoung.
“Tidak….” Gumam Jiyoung seraya membuka tas kecilnya. Jiyoung mengambil kotak kecil, membukanya dan melihat sebuah alamat lain disana. Kertasnya sudah sangat rapuh dan tua, bahkan sedikit sobek karena lipatan. “Alamatnya sama.” Suara Jiyoung bergetar.
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau kau punya alamat yang lama?” protes Krystal, kemudian dia menerawang melihat restoran itu. “Jadi alamatnya sama? Jadi benar Chanyeol itu?”
“Bagaimana jika Taemin memalsukan alamatnya?” tanya Sulli sangsi.
“Tidak mungkin. Perlukah kita memastikan ini benar-benar restoran milik orangtua Chanyeol?” Krystal mengerutkan keningnya, “Jiyoung bagaimana?”
“Tapi berbeda!” kata Jiyoung, “Dulu tanamannya sangat banyak, ini terlalu sedikit.”
“Itu bisa terjadi Jiyoung. Restoran ini sudah berdiri bertahun-tahun.” Kata Krystal mengingatkan, “Sebaiknya kita masuk untuk memastikan!”
Ketiganya turun dari mobil, berjalan selayaknya mereka konsumen biasa. Krystal memimpin ketika mereka masuk dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Krystal memesan menu untuk tiga orang, kemudian dia berbisik pada si pelayan.
“Apa benar restoran ini milik keluarga Park?” bisiknya.
“Iya benar, restoran ini milik keluarga Park.”
“Dia punya seorang putra kan? Hmm dan restoran ini sudah berdiri sejak lama kan?” Sulli ikut bertanya, Jiyoung menahan nafas ketika pelayan aka menjawabnya.
“Apa kalian teman dari Tn. Chanyeol?” si pelayan tanya balik.
“Benar ini milik Chanyeol?” tanya Krystal tak percaya.
“Iya benar, banyak teman-temannya yang berkunjung disini. Tapi biasanya Tn. Chanyeol akan memberitahu kami jika temannya akan datang.” Kata pelayan tampak berpikir, “Dan apa ada yang bisa saya bantu lagi?” sambungnya ketika Jiyoung, Krystal dan Sulli tercengang.
“Oh tidak, tidak. Cukup.” Kata Krystal kemudian. Jiyoung memerhatikan ketika pelayan muda itu pergi menjauhi meja mereka. Sulli tersenyum senang padanya, tapi Jiyoung tampak tidak begitu senang.
“Seingatku restoran ini dulunya tidak menjual masakan Italia. Ini restoran Italia.” Kata Jiyoung seraya memerhatikan sekeliling.
“Mungkin mereka sudah mengganti menunya Jiyoung. Ingat, kau sudah tak datang kesini sejak duabelas tahun yang lalu.” Kata Krystal penuh penekanan, namun dia tersenyum di akhir. “Aku ikut senang kau menemukan cinta pertamamu.”
Tak lama pesanan mereka datang. Mereka segera melahapnya dengan cepat, mengingat bukan makan tujuan mereka datang kesini. Tapi Krystal berkali-kali bilang kalau Jongin dan Sehun harus datang kesini karena menunya sangat enak.
Makanan sudah habis, mereka memutuskan untuk berdiam diri sejenak. Memerhatikan hiruk pikuk restoran ini, untuk Jiyoung, dia mengingat pada duabelas tahunyang lalu. Dekorasi sudah sangat berubah, namun bentuknya masih sama. Jiyoung ingat ada jam dinding kuno besar di dekat kasir, dan jam itu satu-satunya barang yang bisa dia kenali disini.
“Tempat ini banyak berubah.” Gumam Jiyoung.
“Tapi tidak untuk kenangannya kan?” goda Sulli membuat Jiyoung tersipu. Jiyoung sendiri tidak yakin dengan apa yang dia rasakan. Jiyoung masih melamun sampai teriakan Krystal membuyarkan lamunannya.
“SUNBAENIM!” teriak Krystal, Jiyoung mencari orang yang Krystal panggil, dan jantungnya berdegup kencang ketika sosok tinggi Chanyeol berdiri tak jauh dari meja mereka, tersenyum.
“Aku tidak tau kalian datang.” Sapa Chanyeol seraya melepas topinya.
“Apa kau selalu ada disini, sunbaenim?” tanya Sulli.
“Rumahku tepat di belakang restoran ini. Jadi, yah.. Tentu saja aku sering disini. Tapi tidak setiap saat di restoran sih.” Jelas Chanyeol, sesekali dia melirik Jiyoung yang menunduk.
“Jiyoung maaf ya aku gak bisa nganter kamu pulang. Aduh bagaimana ini…” tiba-tiba Krystal terlihat gelisah, Jiyoung memandangnya tak mengerti.
“Tapi kan kau janji akan mengantarku tadi…” protes Jiyoung.
“Maaf Kang Jiyoung. Aduh rumah kita tidak searah sih! Aku harus pulang cepat karena ada saudara, Sulli bisa bareng aku soalnya kita searah.” Krystal memainkan setiap perkataannya, Chanyeol yang memang mendengar terlihat berkerut. Sedang Sulli ikut panic karena kasihan pada Jiyoung.
“Aku temenin kamu naik taxi deh Jing. Atau aku bisa telepon sopirku buat nganter kamu.” Kata Sulli polos.
“Gak bisa, kau harus bareng aku Choi Sulli.!” Sentak Krystal frustasi, “Sunbaenim kau tidak sedang sibuk kan? Bisa kau antar Jiyoung pulang ke rumahnya? Sebagai sahabatnya aku mohon padamu!” Krystal berdiri dan membungkuk pada Chanyeol, dia menyambar tangan Sulli dan mengajaknya berlari  keluar.
“Loh, Krystal!!” panggil Jiyoung lemah, tapi tak ada tanda-tanda Krystal kembali. Chanyeol masih memerhatikan Jiyoung dengan diam.
“Ayo kau antar…” Chanyeol berkata seraya tersenyum pada Jiyoung. Jiyoung mengikuti Chanyeol di belakang menuju parkiran mobil. Tanpa pamit pada siapapun Chanyeol langsung menggiring Jiyoung masuk mobil dan mengantarnya pulang.
Tidak ada percakapan setelah mobil mulai berjalan, Jiyoung sibuk memainkan ujung rambutnya seraya melihat jalanan. Chanyeol juga terlihat konsentrasi dengan jalan. Jiyoung ingin membuka percakapan, tapi dia terlalu takut untuk bicara.
“Jadi ini kali pertamamu ke restoran?” Jiyoung membuang nafas lega karena akhirnya Chanyeol memecah keheningan.
“Sebenarnya bukan pertama kali.” Kata Jiyoung yang tidak berani melirik sekalipun pada Chanyeol.
“Jadi kau sering ke restoran keluargaku? Kenapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?” Chanyeol terlihat berbinar, membuat Jiyoung lebih menundukkan kepalanya lagi. Tuhan, apa memang ini waktu yang tepat untuk memberitahu Chanyeol? Apa ini terlalu cepat? Oh, apa Chanyeol tidak pernah ingat pada janjinya dulu untuk member Jiyoung kupu-kupu?
“Dua belas tahun yang lalu. Saat kita masih kecil… ehm…” Jiyoung mengatakannya dengan sangat pelan, Chanyeol berusaha menajamkan pendengarannya.
“Kenapa? Waktu masih kecil?” tanya Chanyeol, dia terlihat bingung.
“Mungkin kau tidak ingat, sunbaenim. Tapi…” Jiyoung mencoba berpikir, apa yang bisa membuat Chanyeol ingat pada pertemuan mereka dulu? “Kupu-kupu, kau suka kupu-kupukan?”
“Kupu-kupu?” Chanyeol melirik Jiyoung, ekspresinya tidak bisa dijelaskan, bahkan juga membuat Jiyoung bingung.
“Kau suka menangkap kupu-kupukan? Kau tidak ingat sesuatu tentang kupu-kupu dan gadis kecil yang kau temui? Berjanji akan menangkap kupu-kupu untuknya?” Jiyoung mencoba membalas tatapan Chanyeol. Jantung Jiyoung rasanya sudah melompat keluar, ditatapnya Chanyeol yang terlihat mengerutkan keningnya. Mencoba mengingat sesuatu dan,
“Hmmm…. Kang Jiyoung, aku….” 

TBC...

Author's Note: Part ini ga di edit, jadi maaf kalo banyak typo. ^,^.  
 Terus-terus jangan lupa komentar, ada baiknya setelah ngetik kalian copy dulu tulisan kalian. Takutnya komentar kalian gak muncul, jadi kalian gak usah nulis lagi. Atau kalo emang gak niat komentar, ya syudaaah.. ~~ bye! kkk  Pengen tau aja kalian lebih pengen Jiyoung sama siapa disini. Tulis di kolom komentar. Terima kasih yang masih setia sama ff ini. bow. ^^ 

Komentar

  1. ngakak baca modusnya krystal buat jiyoung. dia maksa banget, tapiemang modus harus maksa kan? haha, hingga akhirnya jing dianter chanyeol. chanyeol keren banget tuh, bawaannya mobil. tipe cowo tajir. penasaran sama responnya dia pas nyadar kalau jiyoung itu temen kecilnya. jadi di sini fix kalau chanyeol itu first lovenya jiyoung?
    ditanya soal pairing.. uhm, bingung juga sih. chanyeol jing keren, jongin jing juga oke, bahkan sehun jing juga bagus. oke, banyek option dan aku nggak bisa milih. tapi sayang juga kalau first lovenya bakalan dibuang sayang akhirnya. tapi bingung juga sih. buat ending, kita serahin ke author aja lah.. baiknya gimana agar tidak menganggu kemaslahatan umat. #lhoh? salah fokus
    nice chap author, aku suka karakter jiyoung di chap ini. dia jadi brave girl. semangat jiyoung! update soon ya author, cant wait for the next update ^^

    BalasHapus
  2. Kayaknya bukan Chanyeol deh first lovenya. Cuma kebetulan aja restorannya sama, siapa tau keluarga Chanyeol beli dari keluarga first lovenya Jiyoung dulu.
    Yah MOS-nya udah beres yah, jurit malamnya kurang seru nih. Padahal udah berharap ada degan peluk-pelukan atau apa gitu antara Kaijing wkwkwk. Ngakak parah pas bagian award Sehun dan Kai.
    Yang adegan Jiyoung jatuh dari sepeda lucu banget mana pas ada Taemin lagi hahaha. #jiminshipper
    Btw ini cuma perasaan gue apa authornya pengen ngasihin Sejing ya? Not a Sejing shipper sih, masih berharap first lovenya Jiyoung itu Kai. Siapa tahu Sehun-nya buat sekedar lewat doang hahaha.
    Btw karakter Chanyeol disini tipe-tipe sunbae idaman banget deh lol.

    BalasHapus
  3. Aaaaaah! As much as I like Chanyeol, I keep saying "Hish, Yeol, go away and leave Jing to Jongin!" when I read this story. Still, I'm loving the twists and plot development! I like how you keep things slow between Jongin and Jing and therefore create such awesome sexual tension. And then there's Sehun and Taemin whom I'm not sure what their intentionss towards Jing are. Obviously Krystal likes Sehun but is he just being friendly towards Jing? Hmm. Ooh! I'm curious about the ghost as well!
    Gah I can't wait to read the next chapter! Thanks for writing!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah