Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 8




Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.


Jiyoung tau kemana arah pembicaraan Chanyeol akan di mulai. Jiyoung hanya diam seraya terus berjalan, akan berhenti jika orang di sebelahnya ini juga berhenti. Awalnya Jiyoung pikir Jongin akan mengejarnya, paling tidak mengikutinya. Tapi harapannya itu tak pernah terwujud, karena disinilah sekarang dirinya. Berdiri di hadapan Chanyeol, tidak berani langsung membalas tatapan mata Chanyeol dan lebih memilih untuk menunduk menatap ujung sepatunya yang sama sekali tidak menarik.
“Aku sudah bilang aku akan menunggu.” Chanyeol membuka percakapan, topik yang ingin dihindari Jiyoung sebenarnya. Jiyoung melihat sekeliling, mereka ada di salah satu kelas kosong dengan meja tinggi. Membuat siapa saja bisa bersembunyi dengan sempurna di bawahnya.
“Oppa…”
“Aku hanya meyakinkan diriku sendiri bahwa kau tidak melupakan pernyataanku waktu itu.” Jiyoung mencoba mengangkat wajahnya dan melihat wajah ramah Chanyeol, “Kau masih ingat kan?”
“Yah… Tentu saja aku ingat.” Kata Jiyoung seraya membuang nafas berat, “Oppa….”
“Aku akan menunggu sampai kau benar-benar siap.” Chanyeol memegang pundak Jiyoung dengan kedua tangannya, memberi Jiyoung tatapan penuh kasih saying. Jiyoung gila jika sampai menolak orang sebaik Chanyeol.
“Aku rasa aku sudah punya jawabannya.” Kata Jiyoung setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya. Kening Chanyeol berkerut, tidak bisa menutupi ada ketegangan disana. Tapi meskipun begitu Chanyeol tetap tersenyum dengan ramahnya.
“Aku akan mendengarnya dengan baik, kalau begitu.”
“Oppa, aku minta maaf.” Jiyoung kembali menatap ujung sepatunya dengan perasaann bersalah.
“Aku tetap tidak menemukan jawaban dari kalimatmu.” Jiyoung tau Chanyeol hanya pura-pura. Chanyeol pura-pura tidak mengerti dengan kalimat sederhanannya barusan. Oh haruskah Jiyoung menjelaskannya?
“Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjadi pacarmu!”
Heol!
Jiyoung melihat Chanyeol tersenyum. Tapi tatapannya memberikan luka.
“Oppa aku minta maaf. Aku tau aku bodoh, aku harap kau akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.” Tambah Jiyoung cepat-cepat. Seandainya boleh, Jiyoung ingin memeluk Chanyeol sekarang.
“Bukan masalah!” kata Chanyeol kemudian, “Setidaknya kau membuatku lega.”
“Aku minta maaf!”
“Tidak ada yang perlu di maafkan.” Chanyeol membelai rambut Jiyoung sekilas, membiarkan matanya menatap Jiyoung lekat-lekat. Mencoba tersenyum dan menghilangkan rasa sakit yang bertubi-tubi menyerang perasaannya.
“Kau pantas mendapatkan yang lebih baik.” Kata Jiyoung seraya memberinya tatapan dalam, Chanyeol mengangguk dan masih tersenyum.
“Kau menyukai Jongin kan?” tanya Chanyeol berhasil membuat Jiyoung mengerutkan keningnya.
“Oppa….”
“Aku bisa melihat dari caramu melihat Jongin!” sela Chanyeol seraya tertawa ringan, “Aku tidak marah.” Sambungnya sambil tersenyum konyol, berhasil meruntuhkan hati Jiyoung yang tegang karena Chanyeol mengetahui perasaannya.
“Segitu terlihatnyakah?” Jiyoung malah bertanya seakan ragu dengan perasaannya sendiri.
Lagi-lagi Chanyeol tersenyum ramah, menepuk kedua pundak Jiyoung lembut dan berkata, “Aku selalu berdoa yang terbaik untukmu, tapi jika Jongin itu membuatmu menangis. Maaf, aku tidak bisa tinggal diam.”
“Terima kasih!” Jiyoung mendengus lega, setidaknya anak yang sedang berdiri di depannya ini tidak berencana untuk memukuli Jongin saja sudah membuat Jiyoung sangat lega.
“Baiklah, aku rasa kita harus kembali.” Chanyeol memberi isyarat agar Jiyoung berjalan terlebih dahulu. Mereka berpisah di ujung koridor dan Jiyoung kembali untuk mencari Jongin, entah darimana perasaan senang itu datang. Hanya dengan mencari Jongin saja membuat jantungnya berdegup tak karuan.
Namun rasa senangnya itu seketika berubah menjadi khawatir ketika melihat Krystal menangis, Jiyoung tidak tau apa yang membuat gadis riang dan usil itu menangis. Jiyoung segera mempercepat langkahnya, memegang pundaknya seraya mengucap kalimat tanya, “Krystal, kenapa menangis? Kemana Jongin dan Sehun?”
Krystal mengerjap mengetahui kedatangan Jiyoung yang tiba-tiba, tangannya mengusap airmata di pipinya. Tersenyum sekilas seakan tidak terjadi apa-apa. Jiyoung melongok ingin tau apa yang ada di dalam kelas, dan pertanyaannya terjawab melihat Sehun keluar darisana.
“Kalian disini?” tanya Sehun seraya menatap curiga ke Jiyoung dan Krystal. Dan matanya melebar dua kali lebih besar ketika melihat Krystal seperti habis menangis, “Kau kenapa?”
Krystal hanya bungkam, menggelengpun tidak. Jiyoung mencoba membaca wajah Krystal, ingin tau apa yang membuat gadis itu menangis. Tapi detik berikutnya Jongin dengan cepat menarik pergelangan tangan Krystal dan mengajaknya pergi darisana.
“Sampai ketemu!” kata Jongin singkat tanpa melihat ke arah Jiyoung dan Sehun yang hanya bisa diam melihat kepergiannya.
***
“Aku mendengar percakapan Chanyeol dan Jiyoung. Intinya Jiyoung menyukaimu!” Kalimat Sehun terus berputar di kepala Jongin. Jongin memijat keningnya mencoba mengurangi rasa pusing yang menyerangnya, dia tidak pernah mau ditempatkan pada posisi serumit ini. Sehun adalah sahabatnya, Jongin tidak punya pikiran untuk membuat hatinya terluka, tapi disisi lain hatinya berkata lain.
“Hei Kim Jongin! Bangun!” suara Sehun samar-samar membangunkannya. Jongin membuka mata dengan susah, tidak pernah ingat bagaimana dia bisa tertidur semalam. Sehun terlihat sudah mengenakan seragamnya dengan lengkap. Dilihat dari itu saja sudah bisa dipastikan Jongin pasti terlambat.
“Kenapa diam?!?! Cepat kau terlambat!” bentak Sehun membuat Jongin melompat bangun dan mandi secepat kilat. Mengenakan seragamnya dengan asal, tidak menyisir rambut dan memakai sepatunya asal-asalan.
Disambarnya ransel miliknya, membanting pintu kamar dan segera berlari keluar. Sehun sudah menunggunya di atas motor, siap untuk berangkat kapan saja. Jongin bisa mendengar Sehun menggerutu kesal tapi Jongin tidak memedulikannya.
Sampai di sekolah, tentu saja mereka terlambat. Sehun dan Jongin tidak berhenti mengumpat sampai mereka tiba di kelas masing-masing. Dan betapa kagetnya mereka menyadari semua kelas kosong. Tidak ada seorangpun yang duduk di dalam kelas seraya mendengarkan materi seperti biasanya. Kelas kosong, sekali lagi kelas kosong.
“Kenapa kosong? Kemana yang lainnya?” tanya Sehun dan Jongin hanya menggeleng.
“Aula besar? Mungkinkah?” Jongin mencoba menebak-nebak, lalu tanpa pikir panjang mereka mencoba mencari kesana. Dan benar saja, aula besar penuh dengan hobae. Mereka saling berbisik dan memekik senang, sepertinya ada berita baik.
“Sehun!!! Jongin!!!” Jiyoung memanggil mereka dengan keras, melambai agar mereka segera bergabung. Krystal yang bisa melihat Sehun mendekat ke arahnya tiba-tiba saja membuang muka.
“Ada apa sih? Kenapa kumpul disini?” tanya Sehun seraya memandang sekitar.
“Gladi buat malam inagurasi.” Jawab Sulli.
“Yah! Jadi bocor dong!” keluh Jongin.
“Hanya memastikan urutan tampil dan melihat panggung kok! Eh Jongin belum sisiran ya? Rambutmu super banget!” Sulli terkikik melihat rambut acak-acakan Jongin. Jongin hanya nyengir seraya mencoba merapikan rambutnya dengan tangan.
“Emang kebo dia!” kata Sehun, Jongin hanya menyeringai tanpa berniat membalas omongan Sehun.
“Hei Jung! Kenapa diam? Bosan ya?” kali ini Sehun mencoba menggoda Krystal yang sedari tadi hanya diam dengan raut yang tak seperti biasanya.
“Jangan diganggu!” Jiyoung memperingatkan, Sehun memandang Krystal sekilas kemudian memilih diam. Sepertinya saat ini memang bukan waktu yang tepat untuk menggoda Krystal.
Selama dua jam penuh mereka menghabiskan waktu di aula besar, secara bergiliran mencoba naik panggung dan mencoba beberapa penampilan. Untuk pertama kalinya Jiyoung merasa bosan bersama teman-temannya. Sehun hanya memainkan game di ponselnya, Krystal diam seraya mendengarkan lagu, Jongin tidur di lantai dan Sulli yang terlihat asyik berkirim pesan bersama Minho. Jiyoung hanya diam seraya memerhatikan anak-anak yang sedang mencoba panggung dan menghafal gerakannya sendiri.
Malam inagurasi sudah di depan mata, dan Jiyoung sedikit merasa kesal dengan suasana hatinya saat ini. Jongin tidak begitu memberi asupan semangat seperti biasanya, lihat saja sekarang dia malah asyik tidur! Ingin rasanya dia menendang Jongin hingga terbangun agar bisa mengobrol dengannya. Tapi dia tidak tega bahkan untuk membangunkannya dengan pelan.
Dan akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu datang. Semua hobae sudah mencoba panggung dan tau urutan mereka tampil. Kabar gembira lainnya mereka bisa lagsung pulang setelah itu. sehun dan Krystal mengeluh karena mereka masih harus berkumpul latihan dasar kepemimpinan, apalagi mereka berdua ikut serta sebagai panitia dalam acara besar itu.
Jiyoung mencoba menghibur Krystal yang terlihat sangat kesal. “Huh, tau begini aku tidak ikut!” sahut Krystal cepat.
“Sudah Jung, kan ada aku!” kata Sehun dengan tawa garingnya, dan Krystal hanya melengos seraya berjalan mendahuluinya, “WOI JUNG! Itu anak kenapa sih?”
“Sehun cuma pintar memahami isi buku ya! Tapi tidak pintar memahami isi hati orang lain!” keluh Sulli prihatin.
“Lama-lama juga sadar kalau Krystal suka padanya.” Jawab Jiyoung enteng. Tidak ada jawaban adri Jongin maupun Sulli, mereka sibuk berjalan cepat keluar aula besar dengan pikiran masing-masing.
Mereka pulang lebih awal dari biasanya, Jiyoung merasa sayng jika melewatkan waktu kosong ini hanya dengan berdiam diri di rumah. Tanpa berpikir lebih panjang Jiyoung menarik ransel Jongin membuat pemiliknya itu berhenti berjalan.
“Heh? Apa?” tanya Jongin seraya menoleh ke belakang.
“Main yuk!” ajak Jiyoung, Jongin mengerutkan keningnya tampak ragu.
“Sulli mau main sama Minho tuh!” kata Jongin menunjuk Sulli dengan dagunya.
“Tau darimana?” Sulli terlihat kaget, namun ada senyum disana.
“Aku tadi baca pesan Minho di ponselmu! Hehe!” sebuah pukulan mendarat di kepala Jongin.
“Dasar cowok sialan!” gertak Sulli kesal, tapi tetap saja tidak biasa menyembunyikan semburat malu di wajahnya. Jiyoung menatap Sulli protes minta pejelasan, dan Sulli memberi tatapan yang seakan berkata nanti –pasti –aku –ceritakan –semuanya!
“Tuh Minho sudah menunggu!” Jongin menunjuk Minho yang berdiri tak jauh dari mereka dengan kakinya. Sebelum berlari menghampiri Minho, Sulli menyempatkan diri untuk menjambak rambut Jongin kuat-kuat dan membuat Jongin merancau kesakitan seraya mengumpat tak jelas.
“Kau kuantar pulang atau gimana?” tanya Jongin ketika mereka sudah sampai di area parkir.
“Heemmm….” Jiyoung memutar bola matanya, tampak berpikir, “Kau ada urusan?”
“Latihan! Ingat besok malam inagurasi.” Jawab Jongin enteng. “Kau tidak latihan?”
Jiyoung menggeleng. Lalu keheningan menyerang dua menit penuh, Jiyoung masih ingin bersama Jongin! Tapi tentu saja dia tidak sanggup untuk mengatakannya. Jongin yang diam-diam memerhatikan kegundahan Jiyoung terkikik geli.
“Aku main ke rumahmu boleh?” tanya Jongin membuyarkan lamunan Jiyoung dan membuat bibirnya melengkung ke atas. Tentu saja boleh!
“Tapi latihanmu?” tanya Jiyoung sedikit menurunkan kadar bahagia dalam hatinya.
“Aku ikut latihan malam saja.” Jawabnya singkat kemudian mengambil helm Sehun dan menyuruh Jiyoung untuk memakainya. Tidak usah ditanyakan lagi Jiyoung sangat bahagia, dan untuk kesekian kalinya dia menghabirkan waktu berdua bersama Jongin.

Meja di depan ruang tv lantai atas penuh dengan makanan yang disuguhkan ibu Jiyoung untuk Jongin. Awalnya Jiyoung sudah merengek agar ibunya tidak mengeluarkan semua isi kulkas, tapi apa daya jika Jongin bersorak gembira dan beribu kali mengucap terimakasih pada ibunya. Bahkan Jongin sendiri yang membawa semua makanan itu dari dapur ke lantai atas.
“Tamu tidak tau diri!” tuduh Jiyoung ketika mereka menaiki tangga.
“Bukannya tidak tau diri, tapi aku tidak menolak kebaikan!” tandas Jongin tak mau kalah. Jiyoung berpikir sejenak, seandainya ada Krystal dan Sehun pasti makanan ini habis dalam waktu sekejap.
Jongin mengganti channel TV sesuka hatinya, Jiyoung sesekali protes jika tontonan pilihan Jongin tidak sesuai dengan kemauannya. Akhirnya Jongin memilih menonton kartun dan remote tv di sembunyikan oleh Jiyoung agar anak itu tidak mengganti channel sesuka hatinya.
                Jiyoung tidak akan pernah melupkan hari itu, karena untuk pertama kalinya Jongin menceritakan latar belakang keluarganya. Jiyoung mendengarkan dengan seksama, tidak mau menyela setiap kalimat Jongin. Menikmati pemandangan di depannya, bagaimana cara Jongin mengambil nafas di setiap ceritanya, bagaimana sesekali dia memeragakan sesuatu dengan tangannya, atau memukul pundaknya ketika dia tertawa.
                Dan akhirnya Jiyoung tau jika orangtua Jongin bekerja di luar kota, dulu Jongin pernah tinggal di kota ini sewaktu kecil, namun di haruskan pindah ke rumah kakeknya. Dan ketika besar Jongin kembali ingin tinggal di kota kelahirannya, dan membuatnya tinggal dengan kakak perempuannya.
                “Jadi sejak SD sampai SMA Sehun itu temanmu?” tanya Jiyoung berdecak kagum ketika Jongin menceritakan tentang Sehun.
                “Ya, rumahnya tidak jauh dari rumah kakekku. Dia teman pertamaku sejak aku tinggal disana. Kita sudah seperti saudara.” Katanya bangga. Dan Jongin juga bercerita bahwa kakeknya yang menyuruh Sehun untuk ikut tinggal di rumah kakak Jongin. Tentu saja itu menjadi kabar baik untuk Sehun dan Jongin.
                “Kalian tinggal dimana sih? Busan?” tanya Jiyoung dan dijawab anggukan oleh Jongin.
                Sudah duan jam mereka bercerita, dan Jiyoung baru ingat seharusnya dia meminjamkan baju untuk Jongin pakai. Jiyoung memukul kepalanya pelan seraya berkata, “Jongin, seharusnya aku menawarimu baju ganti dari tadi!”
                Jongin menatapnya ragu, antara pandangan ragu dan takut, “Aku tidak mau memakai baju perempuan Kang Jiyoung!”
                “Bukan pakai bajuku, pakai baju sepupu laki-lakiku!” kata Jiyoung frustasi dan Jongin menghela nafas lega.
                Jiyoung mencari baju Seungyoon –sepupunya –yang dia simpan di lemarinya. Sepertinya baju ini akan pas di pakai Jongin. Jiyoung mempersilahkan Jongin untuk ganti baju di kamarnya.
                “Permisi ya Jing!” katanya sebelum menutup pintu kamar.
                Sudah lebih dari sepuluh menit Jongin masuk kamar, tapi tidak ada tanda-tanda dia akan segera keluar. Awalnya Jiyoung tidak peduli tapi kelamaan dia khawatir juga. Mungkinkah Jongin jatuh tertidur di ranjangnya? Atau Jongin tidak bisa membuka pintu dengan kedua tangannya?
                Perlahan Jiyoung mendekat pada pintu kamarnya, menempelkan telinganya mencoba mencuri dengar. Tapi nihil, tidak ada suara apapun dari dalam. Jiyoung mengetuk pintunya pelan.
                “Jongin-ah!” panggilnya seraya terus mengetuk pintu kamarnya, “Jongin-ah kau sedang apa sih?”
                “Ya ya aku keluar!” Jiyoung mendengar suara Jongin dari dalam. Detik berikutnya pintu terbuka dan memperlihatkan wajah Jongin, Jongin tersenyum tapi ada yang berbeda dari senyumnya.
                “Kenapa lama?” tanya Jiyoung curiga.
                “Tidak, tidak. Hanya saja meja belajarmu terlalu menarik. Hehe.” Jawab Jongin enteng.
                Keduanya kembali duduk di ruang tv, hanya saja suasana sedikit menjadi canggung sekarang. Jongin lebih banyak diam dan menatap kosong ke arah tv, terlihat memikirkan sesuatu. Jiyoung yang juga tidak tau harus bagaimana memilih untuk menonton tv yang sama sekali tidak menarik sekarang.
                Sampai akhirnya Jongin buka suara dan meminta ijin untuk pulang. Jiyoung tidak melarangnya dan mengantarnya sampai depan rumah. Senyum Jongin terlihat tulus seperti biasa, tapi Jiyoung bisa melihat matanya sedang menyembunyikan sesuatu.
                “Sampai jumpa!” kata Jongin, Jiyoung tersenyum seraya melambai kepadanya.
***
                “Wow Jiyoung kau cantik sekali, seperti biasanya!” sapa Sehun ketika menerobos masuk ruang tunggu grup Jiyoung, Krystal, Sulli, Suzy dan Sohyun.
                “Oh Sehun kau tidak boleh masuk kesini!” bentak Sulli, tapi Sehun memperlihatkan ID Card panitianya. Memutar-mutarnya tepat di depan mata Sulli dan Sulli hanya berdecak kesal.
                “Apa sudah waktunya kita untuk tampil?” tanya Suzy pada Sehun, Sehun menggeleng cepat.
                “Masih menunggu dua penampilan lagi. Lalu giliran kalian!” jawabnya ramah, “Woi jutek jangan murung dong! Lihat tuh Jiyoung cantik banget kalau senyum!” lanjut Sehun pada Krystal.
                “Sebaiknya pergi saja jika kau hanya ingin membandingkanku dengan Jiyoung!” bentak Krystal keras, siapa saja pasti tau Krystal sedang marah sungguhan sekarang.
                “Aiiisshh, kau kenapa sih akhir-akhir ini?” kata Sehun seraya mengerutkan keningnya. Krystal tidak menjawab dan pura-pura sibuk merapikan rambutnya dan Sehun segera keluar darisana tanpa menoleh pada lainnya.
                “Kalian berdua baikan dong!” kata Jiyoung pada Krystal, tapi Krystal hanya tersenyum kecut.

                Waktu terasa begitu cepat karena Jiyoung dan grupnya sudah bersiap di belakang panggung. Jantung mereka berdegup kencang, mereka saling memberi semangat satu sama lain. Mereka harus menampilkan yang terbaik. Latihan dance dan vocal mereka tidak boleh sia-sia!
                Jiyoung ingin melihat satu persatu wajah yang melihatnya saat ini. Ingin rasanya dia menemukan sosok Jongin sedang tersenyum sambil menikmati penampilannya, tapi aula besar yang sangat luas dan penuh orang seperti saat ini, terlalu mustahil untuk menemukannya.
                Musik  sudah mulai, Krystal sudah melakukan bagiannya. Mereka semua kompak melakukan bagian masing-masing, tidak melupakan part mereka, dan mulai merasakan jantung mereka berdetak dengan normal. Jiyoung sudah tidak peduli dimana Jongin sekarang, dia hanya melakukan dengan baik.
                Terpuk tangan dan riuh penonton menyadarkan Jiyoung kalau penampilannya sudah selesai. Panitia sudah menyuruh mereka untuk cepat keluar panggung, mereka segera bergegas mengikuti instruksi.
                “Kerja bagus Jiyoung!” Taemin yang ada di belakang panggung menjabat tangannya seraya tersenyum bangga. “Dan kalian juga, tentu saja!” sambungnya ketika Krystal dan Sulli berdiri di belakang Jiyoung.
                “Terima kasih sunbaenim!” kata Krystal sambil memukul lengan Taemin keras-keras.
                “Ouch!” pekik Taemin kesakitan, “Krystal, segera ganti pakaianmu dan bantu aku disini. Ingat kau juga panitia!”
                “Oh! Aku menyesal ikut latihan dasar kepemimpinan itu!” keluhnya seraya memeluk Jiyoung.
                “Ketemu Sehun juga gak bakal nyesel!” tiba-tiba suara erat itu terdengar, Jiyoung dan Krystal menoleh menangkap sosok tinggi Jongin yang sedang berdiri di belakang mereka. Untuk sesaat Jiyoung dan Krystal kehilangan kesadaran mereka.
                “Jongin ganteng!!” triak Sulli keras membuat Jiyoung dan Krystal kembali sadar. Jongin tersenyum miring, memberikan jempol pada Sulli.
                “Seleramu bagus Choi Sulli!” Jongin tersenyum lagi, senyum khas brengsek. Namun malah membuat Jiyoung makin suka!
                “Jongin foto bareng yuk!” Sulli menyeret Jongin untuk menepi dan mengabadikan moment itu. jongin memutar matanya tapi menuruti semua perkataan Sulli.
                “Hei! Aku juga mau!” Krystal mengikuti mereka, mengambil posisi di sebelah Jongin sehingga Jongin berdiri diapit dua perempuan sinting. Krystal dan Sulli memeluk kedua lengan Jongin dan menyandarkan kepala mereka di pundak Jongin.
                “Duh susah! Jiyoung tolong fotoin ya!” pinta Sulli.
                DAEBAK!
                Jiyoung menjadi orang yang paling ingin foto bersama Jongin saat ini, tapi Jiyoung malah berakhir sebagai tukang foto. Sudah tidak tau berapa foto yang sudha tersimpan, Krystal dan Sulli masih belum puas juga berfoto bersama Jongin. Bahkan sampai Jongin mengeluh lelah, dua gadis itu tetap bersi keras.
                “Gantian sama Jiyoung dong!” kata Jongin membuat Jiyoung tersenyum bahagia.
                “Ya deh!” Krystal dan Sulli minggir, sekarang Jongin dan Jiyoung yang akan difoto. Tapi kenapa Jiyoung tidak berani memeluk lengan Jongin seperti yang dilakukan Krystal an Sulli?
                “Ini bukan foto KTP Kang Jiyoung!” ledek Krystal seraya terkikik, tau sahabatnya yang satu itu sedang deg-degan tidak karuan.
                “Eh, bagaimana?” tanya Jiyoung tolol membuat Krystal dan Sulli terkikik.
                “Sini-sini!” Jongin menarik Jiyoung agar mendekat dan lengan kekarnya merangkul Jiyoung. Membiarkan lengan itu ada di lengan Jiyoung.
                “Cocok deh buat pre-wedd!” celetuk Krystal membuat wajah Jiyoung bersemu merah. Malu.
                “WOI WOI WOI! Jongin mau siap-siap jangan ganggu!” Sehun datang dengan pakaian yang sama dengan Jongin, memang Sehun tidak kalah tampan dengan Jongin. Tapi dimata Jiyoung tentu saja Jongin segalanya dan Sehun yang tampan itu pun terlihat sangat biasa.

                Jiyoung dan Sulli mendapat tempat tak jauh dari panggung, Krystal yang menjadi panitia tidak bisa bergabung untuk melihat penampilan Jongin, Sehun dan grupnya. Sedikit banyak Jiyoung sudah tau gerakannya karena Jiyoung sering melihat latihan mereka, tapi Jiyoung tidak pernah tau Jongin akan terlihat sekeren ini di atas panggung.
                Mata Jiyoung hanya tertuju pada Jongin, tentu saja. Jiyoung membiarkan perasaannya melambung dengan melihat Jongin seperti saat ini. Sampai-sampai tujuh menit terasa seperti sedetik. Karena sekarang Taemin sudah memegang mic dan mempromosikan kegiatan dance yang dia ketuai.
                Ada rasa kesal karena penampilan mereka sudah berakhir, apalagi ketika Jongin dan yang lain keluar panggung. Tapi kemudian perasaannya kembali melambung ketika ponselnya bergetar, tanda pesan masuk.
                From Sehun:
                Tunggu aku di taman dekat aula besar ya!
                Jiyoung mengerutkan kening, kemudian berbisik pada Sulli jika Sehun ingin menemuinya di taman dekat aula besar. Sulli mengangguk dan mempersilahkan Jiyoung untuk pergi.
                Jiyoung sengaja berjalan pelan, karena dia berpikir Sehun pasti masih sibuk di belakang panggung dan belum lagi usahanya untuk kabur dari tugas panitia. Jiyoung memilih untuk berjalan-jalan sejenak di bazaar, melihat pernak-pernik tanpa berniat untuk membelinya.
                Setelah dirasa cukup lama Jiyoung mulai keluar dan menuju taman. Taman tidak begitu remain karena banyak anak menghabiskan waktu di aula besar. Tapi ada sosok yang sedang duduk di salah satu bangku, Jiyoung tidak menyangka Sehun sudah ada disana.
                Sehun? Kau sudah disini?” tanya Jiyoung, sosok itu mengangkat kepala dan menatap Jiyoung tulus.
                “Ini Jongin!” katanya singkat.
                “Eh? Kenapa disini?” tanya Jiyoung gugup, dia memilih duduk di sebelah Jongin.
                “Cari udara, kau sendiri?” Jongin memandang curiga ke arah Jiyoung.
                “Sa-sama…” jawabnya bohong.
                Jongin menunduk terlihat sedang memikirkan sesuatu. Kemudian Jongin merogoh sesuatu dari saku jaketnya. Dia tampak ragu, mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
                “Hmm.. Jing! Ini untukmu!” kata Jongin cepat seraya memberinya sebuah jepit kupu-kupu. Jiyoung yang terlalu senang hanya menerimanya tanpa berpikir.
                “Terima kasih!” katanya riang, melihat setiap inchi dari jepitan itu. Jiyoung terlalu senang, bahkan dia lupa untuk bertanya kenapa Jongin memberinya ini.
                Jongin meraih tangannya, membuat jantung Jiyoung benar-benar ingin lompat. Sentuhan itu begitu hangat, dan tatapan Jongin yang menusuk hatinya, Jiyoung tidak tau apa artinya ini. Jongin terlihat masih ragu dan berpikir, tapi detik selanjutnya Jongin mendekatkan wajahnya pada Jiyoung. Mencoba menghilangkan semua ragu dalam hatinya.
                Jiyoung membeku begitu bibir Jongin menyentuh bibirnya, sampai terdengar suara dari belakang mereka. Membuat Jongin terlonjak dan melepas ciumannya…
                “Maaf mengganggu!” Sehun menatap mereka dengan pandangan terluka…


TBC

Author's Note: Akhirnya saya post juga. Maaf atas keterlambatan ini, lagi uts, banyak tugas kuliah dan yaaaah... palagi perginya Luhan bener-bener memberi dampak berarti buat author. TT TT
Maaf juga kalo banyak typo, nanti bakal di edit kalau kelar uts hari ini. Doain author ya!
Dan ya, gimana-gimana si Jongin? Jongin gaje. kkkk... Di tunggu aja, aku masih bingung mau jelasin kisah Jongin di chapter 9 atau 10. 
Jangan lupa komen! Semoga hari kalian menyenangkan! 

Komentar

  1. duh kupikir itu akal akalannya sehun buat njembatani jiyoung jongin jadian. eh bukan ya. itu incidental gitu jonginnya? dan sehun mergokin mereka ciuman. duh sakitnya tuh di sini #pegang jidat. secara aku gak tega sama sehun, dia menderita banget sih ya, sehun cinta mati sama jiyoung, tapi ya mau gimana lagi coba .. sedih bacanya.. :'(. yah hope that they'll find their happiness soon. gak tegaaa ^^ update soon ya

    BalasHapus
  2. Sehun mending kamu sama Krystal aja. Kasian dia waiting'in kamu #bhak
    Demi apa si Jongin nyosor bibir jiyoung gitu aja. Chanyeol baik banget disini. Padahal awal awalnya galak. Giliran sama Jiyoung aja baik kayak malaikat gitu. Cepet di update chap 9 nya yaa :((( aku waitingin ff ini tiap hari beh. Semangat buat authornya

    BalasHapus
  3. Gah gah gah! Cliffhanger!!! Excellent chapter yet again, and I'm of course rooting for KaiJing full force, and of course, again, I'm sad for Sehun. Can't be helped.
    Anywho, fighting! Thanks for the update, and I hope all is well for you.

    BalasHapus
  4. Gah gah gah! Cliffhanger!!! Excellent chapter yet again, and I'm of course rooting for KaiJing full force, and of course, again, I'm sad for Sehun. Can't be helped.
    Anywho, fighting! Thanks for the update, and I hope all is well for you.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah