Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 9

Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.



Sehun berdiri tak jauh dari tempat Jongin dan Jiyoung duduk, menatap mereka dengan pandangan yang cukup sulit dijelaskan. Namun Jiyoung bisa melihat seikat bunga yang yang di tangan Sehun, dan bisa dilihat dengan jelas Sehun memegangnya dengan erat sehingga membuat tangkainya patah.
                “Sehun!” kata Jongin, Sehun tersenyum. Senyumnya begitu kecut, kentara mencoba menerima apa yang telah dia lihat. Selama sepersekian detik senyum paksa itu masih ada, namun ketika Sehun kembali membuka mulut jelas sekali bibirnya bergetar menahan marah dan matanya berkaca-kaca karena sedih.
                “Maaf!” kata Sehun dengan suara bergetar. Bunga yang ada di tangannya kini sudah hancur, tak tau kapan Sehun meremukkannya dan membuat tangkainya patah begitu juga dengan mahkota bunga yang terlepas dari kelopaknya.
                “Hei dengarkan dulu…”
                “Aku pergi!” Sehun memotong perkataan Jongin dan segera berbalik meninggalkan mereka. Jiyoung hanya bisa diam ketika punggung Sehun menjauh  dan Jongin mencoba mengejarnya. Jongin berupaya untuk menghentikan Sehun, memegang pundaknya untuk menghentikan langkahnya tapi Sehun mendorongnya setiap kali Jongin hendak menyentuhnya.
                Jiyoung benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang, saat ini yang dia lakukan hanya duduk seraya terisak. Sehun sudah menghilang beberapa menit yang lalu, Jongin juga tak terlihat batang hidungnya. Jiyoung tidak akan pergi darisana sampai seseorang menepuk pundaknya, bertanya apa dia baik-baik saja, menariknya ke dalam pelukan dan membiarkan dia menangis.
                “Sudah malam, sebaiknya aku mengantarmu pulang.” Kata Chanyeol ketika Jiyoung tak juga membuka mulut malam itu.

***

                Jiyoung mulai menggeliat di atas ranjangnya karena mendengar suara berisik yang mengganggu tidurnya. Jiyoung amat kesal karena dia masih mengantuk, baru jam tiga pagi Jiyoung bisa tertidur dan sekarang ada seseorang yang tampak membuka lemarinya, mencoba mengacak semua isinya.
                Orang yang sedang asyik berburu isi lemarinya itu tampak tak sadar bahwa pemilik kamar sudah setengah sadar dan tengah mencoba untuk mengenalinya hanya dengan melihat punggungnya. Jiyoung mengucek matanya berharap penglihatannya menjadi jelas, tapi tetap saja dia tidak bisa mengenali sosok itu.
                “Ditaruh mana sih sama bongsor ini?” kata orang itu mengeluh, membuka pintu lemari yang masih tertutup dan mulai mengacak lagi. Tapi kali ini Jiyoung tidak diam, apalagi dia sudah bisa mengenali orang itu lewat suaranya.
                “KANG SEUNGYOON APA YANG KAU LAKUKAN?!?!?!” teriak Jiyoung seraya melempar bantal kepada orang yang dia panggil Seungyoon.
                “Eh sudah bangun!” Seungyoon menoleh melihat Jiyoung yang bringas dengan mata bengkak karena terlalu banyak menangis.
                “Kenapa kau membuat lemariku berantakan?” dengan sekali langkah Jiyoung melompat menjangkau bagian belakang kepala Seungyoon dan menjambak rambutnya dengan kuat. Ditambah Jiyoung sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini, jadi Jiyoung makin menjambak rambut Seungyoon dengan kuat ketika orangnya menjerit kesakitan.
                  “WOI! AAAUU, HOI HOI!” teriak Seungyoon seraya mencoba melepas jari-jari Jiyoung yang lentik dari rambutnya. “Aku mencari bajuku! Kau taruh mana?”
                Jiyoung melepasnya dengan kasar, sedikit mendorong Seunyoon dan mencoba mencari sendiri baju Seungyoon yang dia simpan. Seungyoon mengelus bagian belakang kepalanya yang masih terasa sakit sambil memerhatikan Jiyoung mencari bajunya. Semenit, dua menit, lima menit sampai sepuluh menit Jiyoung tak juga bisa menemukannya.
                “Mana?” tanya Seungyoon sinis.
                “SABAR!” bentak Jiyoung. Namun menit berikutnya dia ingat bahwa beberapa hari yang lalu dia meminjamkan baju Seungyoon untuk Jongin. Dan tentu saja baju itu masih belum dikembalikan oleh Jongin. Apalagi setelah kejadian semalam, Jiyoung tidak yakin dia berani mengambilnya ke rumah Jongin atau menyuruh Jongin untuk mengantarnya ke rumah.
                “Kenapa? Dimana bajuku?” tanya Seungyoon sambil memerhatikan Jiyoung yang terlihat frustasi. “Kau jual ya? Kan aku sudah bilang itu baju kesayanganku! Harganya mahal, tolong disimpan!” cerca Seungyoon pada Jiyoung.
                “Huuaaahhh!” bukan jeritan marah Jiyoung yang Seungyoon dengar, melainkan jeritan frustasi, jeritan kesedihan, ditambah setelah itu Jiyoung menagis sambil memeluk boneka beruangnya yang besar.
                “Loh loh kenapa? Jangan menangis! Gak papa deh kalau memang kau jual, tapi lain kali jangan diulangi…” Seungyoon menepuk punggung Jiyoung pelan mencoba meredakan tangisnya, tapi hasilnya Jiyoung makin terisak.

                “Jadi begitu?” tanggapan Seungyoon setelah Jiyoung menyelesaikan ceritanya. Jiyoung menceritakan tentang semua kejadian semalam di malam inagurasi, Seungyoon mengaku turut prihatin. Bukan prihatin pada Jiyoung melainkan pada persahabatan Sehun dan Jongin.
                “Sangat disayangkan jika persahabatan mereka berakhir hanya karena gadis sepertimu.” Kata Seungyoon seraya menyeruput jus tomatnya. “Jadi yang mengantarmu semalam itu siapa? Sehun atau Jongin?” tanya Seungyoon.
                Jiyoung terlihat sedikit berpikir, mencoba mengingat dengan siapa semalam dia pulang. “Oh itu Chanyeol sunbae.” jawab Jiyoung lesu.
                “Uhuk!” Seungyoon tersdak jusnya, “Berapa pria yang kau dekati sih?”
                “Aku tidak mendekati mereka! Sialan!” kata Jiyoung kesal.
                “Jadi aku sudah mendengar ceritamu, tolong jawab untuk kali ini saja dimana bajuku?” kali ini Seungyoon sedikit serius dan membuat Jiyoung tak tega untuk tak mengatakan yang sebenarnya.
                “Hmmm… Sebenarnya bajumu itu, aku… ehm… aku pinjamkan pada Jongin. Dan dia belum mengembalikannya.” Jawab Jiyoung tanpa menatap Seungyoon langsung.
                “Sudah kuduga, jika tidak menjualnya kau pasti membiarkan sembarang orang memakainya.” Keluh Seungyoon, “Kenapa bajuku yang kutinggal di lemarimu selalu hilang?”
                “Maaf. Jika mau nanti aku ganti. Aku masih tidak siap untuk mengambilnya pada Jongin.” Kalimat Jiyoung membuat Seungyoon tersenyum.
                “Oke beli sekarang. Cepat ganti baju, aku tunggu di bawah ya!” kata Seungyoon dengan senyum penuh kemenangan. Jiyoung sedikit ternganga, menyesali perkataannya yang terakhir. Tapi Jiyoung tidak bisa menolak pada sepupunya yang satu ini. Meskipun sedikit berat hati, Jiyoung segera bersiap untuk pergi bersama Seungyoon.
                Jiyoung langsung menyambar tas kecil yang selalu berisi dompet dan ponselnya. Tanpa menambah barang bawaan lagi ataupun menguranginya. Jiyoung segera masuk mobil dan Seungyoon melajukan mobil dengan senyum penuh kemenangan.
                Dalam perjalanan ponsel Jiyoung bergetar tanda batreinya melemah. Jiyoung sama sekali tidak melihat ponsel sejak semalam, terdapat puluhan panggilan tak terjawab dan pesan dari Jongin, Sulli dan Krystal. Mereka pasti khawatir bersama siapa dia pulang semalam. Jiyoung sedang menelpon balik Krystal ketika ponselnya mati tanda batreinya sudah benar-benar habis.

***

                “Baru saja Jiyoung menelponku, tapi ketika aku menelpon balik ponselnya sudah tidak aktif.” Seru Krystal menatap layar ponselnya tak percaya, Sehun dan Sulli berebut untuk melihat ponsel Krystal.
                “Pembantunya bilang Jiyoung baru saja pergi. Apa mungkin Jiyoung sengaja? Mungkin dia sedang tidak ingin diganggu.” Sulli berpendapat.
                “Ya mungkin Jiyoung punya urusan lain.” Kata Krystal akhirnya, “Sebaiknya kita cari makan. Aku sangat lapar!” keluh Krystal pada Sehun yang siang itu menjdi sopir Sulli dan Krystal.
                “Makan dimana?” tanya Sehun dingin.
                “Terserah Sulli deh, kan dia yang traktir.” Krystal terkikik.
                “Jung jangan main-main.” Sulli memperingatkan, “Eh Jongin kemana? Harusnya kita ngajak dia sekalian.” Wajah Sehun yang awalnya sudah dingin sekarang menjadi lebih dingin. Seakan Sulli baru saja menyebut makanan yang paling dibenci Sehun, sesuatu yang bisa membuat Sehun mati.
                “Wah, kayanya ada yang lagi tengkar nih!” goda Krystal.
                “Dia keluar sama Taemin.” Jawab Sehun sinis membuat Krystal tak berani untuk menggodanya lebih jauh.
                Ketiganya memilih bungkam dalam sisa perjalanan. Sehun orang pertama yang membuka mulut ketika dia sudah memarkir mobil Sulli di parkiran dengan baik. Krystal yang mempunyai ide untuk makan siang memimpin perjalanan untuk menemukan tempat makan yang pas.
                Mall cukup ramai siang itu, mengingat ini adalah akhir pekan dan membuat Krystal sedikit kesal. Kesalya bertambah ketika seseorang menabraknya dan langsung pergi tanpa minta maaf. Perlu waktu cukup lama untuk Sulli dan Sehun membuat Krystal berhenti terus memaki dan memintanya untuk kembali fokus.

***

                “Sudah belum sih yang dicari?” keluh Jongin frustasi. Sudah satu jam lebih dia menemani Taemin membeli dvd dan beberapa cd tapi Taemin tak juga menyudahi pencariannya. Seperti sekarang, ada tiga cd di tangan Taemin dan dia masih bingung akan membeli yang mana.
                “Sabar, memang harus sabar kalau mencari sesuatu!” balas Taemin seraya mengenakan headseat lagi, menganggukkan kepala sesuai irama yang dia dengarkan. Jongin hanya mendengus, tujuannya mau di ajak Taemin keluar hanya untuk menghindari Sehun di rumah. Jongin kesal karena menurutnya Sehun terlalu kekanakan, jika memang kesal padanya harusnya Sehun memukulnya, bukan mendiamkannya seperti saat ini.
                “Kalau dalam waktu sepuluh menit kau tak juga membeli, aku pulang sendiri saja!” kata Jongin, Taemin melepas headseatnya dan mengerutkan kening tanda minta pengulangan.
                “Apa? Tidak dengar!”
                “Aku pulang sendiri, dasar budek!” Jongin melangkah keluar tanpa memedulikan Taemin yang memanggilnya. Jongin menoleh dan mendapati Taemin sedang di kasir, meminta penjaga kasir untuk cepat-cepat.
                “Eh Jongin, antar aku beli baju. Buat audisi nih!” kata Taemin tanpa melihat ekspresi wajah Jongin yang semakin merah menahan kesal. “Kau ingin liat temanmu sukses kan?” tanya Taemin dan Jongin hanya mengangguk sekilas.
***
                “Aku pilih yang mahal ya Jing!” kata Seungyoon tak tau diri, dia mulai menyusuri deretan kemeja. Matanya meneliti setiap pakaian yang ada disana, sesekali mengernyit untuk melihat harganya. Jiyoung punya firasat Seungyoon tidak benar-benar memilih model yang dia suka, melainkan baju yang paling mahal.
                “Biar aku yang pilih!” kata Jiyoung ketus, mulai ikut dalam pencarian baju untuk Seungyoon. Seungyoon hanya menurut dan berdiri di belakang Jiyoung. Setiap kali Jiyoung menyodorkan satu pakaian, Seungyoon mengecek harganya. Dan sudah dua kali menolak dengan alasan terlalu murah untuk mengosongkan dompet Jiyoung.
                “Kau mau baju atau menghabiskan uangku sih?” protes Jiyoung membuat Seungyoon terkekeh.
                “Maaf-maaf, terserah kau deh yang mana!” kata Seungyoon akhirnya.
                Setelah dua puluh menit akhirnya Jiyoung pergi ke meja kasir untuk membayar baju Seungyoon. Setelah kembali Jiyoung terlihat bingung karena Seungyoon terlihat terganggu oleh sesuatu.
                “Ada apa?” tanya Jiyoung seraya melempar baju Seungyoon.
                “Sepertinya ada yang mengikuti kita. Apa mungkin mereka fansku? Jing kau harus hati-hati ya, jika ada yang ganggu bilang saja kalau kau adikku.” Jela s Seungyoon serius. Tapi Jiyoung terkikik menyadari kakak sepupunya ini seorang trainee dari salah satu agency terbesar dan sedang bersiap untuk debut.
                “Kau jangan terlalu percaya diri.” Kata Jiyoung seraya melangkah keluar toko. Namun sekelebat dia melihat seorang yang segera bersembunyi begitu melihatnya.
                “Benar kan? Ada yang mengikuti kita!”
                “Sepertinya aku mengenal mereka.” Jiyoung segera melangkah dan mengikuti orang tadi. Setelah sedikit kejar-kejaran akhirnya Jiyoung menemukan sosok yang sudah tak asing baginya. Sulli pura-pura melihat deretan sepatu, Krystal yang pura-pura tertarik dengan kaos kaki untuk bapak kantoran, dan Sehun, ah untuk Sehun dia sedang berdiri dan tidak mau berpura-pura. Matanya menatap ke arah Jiyoung dan Seungyoon bergantian.
                “Biar aku saja, biar aku jelaskan kalau kau cuma adikku.” Seungyoon berniat mendahului Jiyoung tapi Jiyoung menahannya.
                “Mereka temanku!” katanya dingin.
                “Hai Jiyoung….” Sapa Sulli sambil tersenyum tolol.
                “Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini.” Sambung Krystal kelewat bodoh.
                “Apa yang kalian lakukan?” tanya Jiyoung curiga.
                “Oh kalian teman Jiyoung ya? Kalian sudah makan siang? Jika belum sebaiknya bergabung saja, aku yang traktir!” kata Seungyoon ramah dan dijawab anggukan penuh antusias oleh Krystal.
                “Kebetulan sekali kita memang sedang mencari makan siang gratis.” Jawab Krystal sambil terkekeh dan melirik Sehun yang hanya diam mematung.
                “Aku suka kejujuranmu. Bagus kalau begitu, ayo!” ajak Seungyoon seraya menggandeng tangan Jiyoung untuk mulai berjalan. Sulli dan Krystal memekik melihat pemandangan itu sedang Sehun masih menatap Jiyoung.
                “Woi kalian!” tiba-tiba seseorang berteriak dan menarik perhatian mereka semua, “Tuh bener kan itu Jiyoung. Aku sudah memerhatikannya sejak di dalam toko tadi.” Kata Taemin menjelaskan pada Jongin.
                Jiyoung tidak pernah meminta untuk ditempatkan pada situasi seperti ini. Taemin dengan senyum sumringah berjalan ke arah mereka, Jongin yang di belakangnya berjalan lebih santai dengan tatapan teduhnya untuk Jiyoung.
                “Dia temanmu juga?” tanya Seungyoon dan Jiyoung mengangguk, “Baiklah biarkan mereka ikut makan siang bersama kita.”
                “Apa? Makan siang?” tanya Taemin pada lainnya.
                “Iya! Gratis! Pacar Jiyoung yang traktir!” sergah Krystal membuat semua pasang mata terbelalak. Jongin sekilas menatap Jiyoung, tapi Jiyoung tidak berani menatapnya balik.
                “Jadi Jiyoung sudah punya pacar? Sudah tidak ada harapan untuk kita bro!” Taemin memukul lengan Jongin pelan. Seungyoon terkekeh mendengarnya.
                “Hei bukan…” kata Seungyoon seraya tertawa renyah.
                “Wah kau rendah hati sekali oppa…” kata Sulli kagum.
                “Errgghh, kita seumuran, jangan panggil oppa!” kata Jiyoung dan langsung berjalan mendahului mereka.

                Ini adalah makan siang tercanggung yang pernah Jiyoung alami. Sehun tidak mengeluarkan sepatah katapun, Jongin tidak berhenti memerhatikannya, Sulli tak berhenti tertawa dengan ocehan Seungyoon yang bagi Jiyoung tidak lucu sama sekali. Krystal dan Taemin sangat membantu karena mereka yang menghidupkan suasana canggung antara Jongin, Jiyoung dan Sehun.
                “Eh yang mengantarmu semalam siapa? Kapan-kapan kita harus mentraktirnya untuk ucapan terima kasih.” Kata Seungyoon seraya menyenggol Jiyoung. Tentu kalimat itu membuat yang lain ikut penasaran, siapa yang mengantar Jiyoung?
                “Dia kakak tingkat.” Jawab Jiyoung singkat, Seungyoon hanya mengangguk.
                “Pasti Chanyeol!” seru Krystal dan mendapat tatapan mematikan dari Jiyoung, “oops, maaf Jing.”
                “Oh iya namanya Chanyeol!” kata Seungyoon.
                “Wah! Kau tidak cemburu?” tanya Sulli.
                “Untuk apa?”
                “Kau pacar Jiyoung kan?”
                “Hei sudah kubilang aku bukan pacarnya.” Lagi-lagi Seungyoon hanya bisa terkekeh.
                “Benarkah? Kapan kau berencana akan menembak Jiyoung? Ehm, asal kau tau saja sainganmu cukup banyak.” Celetuk Taemin seraya merapikan bagian depan kemejanya.
                “Kalian ngomong apa sih?” teriak Jiyoung kesal.
***

                Jiyoung mengacak rambutnya sebagai pelampiasan kekesalannya, ponselnya tidak berhenti bergetar. Sulli dan Krystal tak berhenti menanyakan hubungannya dengan Seungyoon. Jiyoung sudah berkali-kali menjelaskan bahwa Seungyoon adalah kakak sepupunya, tapi sepertinya Sulli dan Krystal tidak puas dengan jawaban itu.
                Sepertinya hari ini benar-benar hari sial Jiyoung, uangnya berkurang untuk membeli baju Seungyoon, bertemu dengan semua temannya di mall, hubungannya dengan Jongin dan Sehun belum membaik, dan belum lagi tuduhan bahwa dia pacar Seungyoon. Jiyoung merasa tidak waras saat ini, dia kesal, dia tidak mau berada diposisi seperti ini. Dia kesal, dia benar-benar kesal tapi tidak tau harus bagaimana melampiaskannya.
                Sampai tak terasa Jiyoung tertidur malam itu, membiarkan rasa khawatir dan kesalnya larut terbawa angin malam. Membiarkan mimpi indah yang datang dan untuk sejenak melupakan semua masalahnya. Jiyoung tertidur, dan lagi-lagi dia bermimpi bertemu dengan orang yang memberinya kupu-kupu. Tapi tetap saja, Jiyoung tidak bisa mengenali siapa sosok itu.

                Jiyoung berjalan sangat pelan menuju kelas, tidak menghiraukan beberapa panggilan atau sapaan yang dilayangkan padanya. Pagi itu dingin, seakan mengerti bagaimana suasana hati Jiyoung. Ketika menaiki tangga, Jiyoung berpapasan dengan Sehun yang terlihat sangat tergesa dengan tumpukan map di tangannya. Mata mereka bertemu, tapi tak ada senyum dari keduanya.
                “Sehun ada yang tertinggal!” teriak Krystal dari belakang Sehun, Krystal mengangkat sebuah map tinggi-tinggi. Krystal terdiam ketika melihat Jiyoung disana, “Oh hai Jiyoung!”
                “Sibuk?” tanya Jiyoung pada Krystal.
                “Ya seperti yang kau lihat. Aku dan Sehun akan ditempatkan di LP Team.” Kata Krystal ceria, “Lumayan untuk balas dendam.” Bisik Krystal. Lalu Krystal dan Sehun segera berlari meninggalkan Jiyoung, dan untuk Sehun bahkan dia menganggap seakan Jiyoung tidak ada disana.
                Tanpa pikir panjang Jiyoung melanjutkan langkahnya, kelas sudah terlihat ramai ketika dia datang. Matanya otomatis mencari sosok Jongin, tidak sulit untuk mencarinya apalagi Jongin sedang duduk di bangku Jiyoung saat ini. Jongin tersenyum begitu melihat Jiyoung datang.
                “Kau berniat menghindar ya?” tanya Jongin ketika Jiyoung dekat. Jiyoung menggigit bibir bawahnya dan tidak tau harus berkata apa. “Kenapa tidak menjawab telepon dan pesanku?”
                “Hmm… itu….”
                “Sudahlah. Yang penting kau ada disini sekarang aku sudah lega.” Jongin berdiri dan mempersilahkan Jiyoung uduk di bangkunya. Jongin segera pergi dan duduk di bangkunya sendiri. Sekilas Jiyoung meliriknya yang terlihat sedang mendengarkan lagu, namun selanjutnya Jiyoung mencoba menyibukkan diri dengan buku yang dia bawa.
***
                “Jongin, akhir minggu ini kelompok dancemu dengan Taemin dan yang lainnya. Yang tampil dalam acara malam inagurasi harus mengisi acara. Ya akhir minggu ini!” jelas Krystal, kemudian dia kembali pada Sehun yang duduk tak jauh dari tempat Jongin.
                “Kenapa Sehun tidak mau bicara sendiri sih?” tanya Sulli yang duduk di sebelah Jongin. Jongin bisa melihat Sehun menjelaskan sesuatu pada Krystal, dan Krsyal terlihat kesal. Kemudian Krystal kembali lagi menghampiri Jongin dan Sulli.
                “Lalu katanya kau diminta membantu perform grup yang akan debut tak lama lagi.” Krystal terlihat berpikir, “Lalu, untuk itu kau harus menemui Nicole sunbae. Secepatnya supaya tawaranmu tidak diganti seseorang.”
                “Lalu apa lagi yang ingin dia sampaikan?” tanya Jongin seraya melihat ke arah Sehun ketika menyebut namanya.
                “Bukan Sehun, tapi ada yang ingin aku sampaikan padamu. Kenapa kalian berdua tak saling bicara? Sampai kapan aku harus begini?” sentaknya kesal, Jongin mengerutkan keningnya melihat Krystal mulai brutal.
                “Kalian masih tidak saling sapa?” Sulli menatap Jongin minta penjelasa,  “Memangnya kalian kenapa?”
                “Kau dan Sehun sama anehnya!” bentak Krystal sebelum akhirnya pergi. Sehun mengejarnya ketika sadar Krystal tak kembali menghampirinya. Jongin tersenyum kecut, Sulli mencoba bertanya ada apa sebenarnya tapi Jongin tidak menceritakannya.

                Braaak!
                Krystal menaruh mangkuknya dengan kasar, membuat Jiyoung dan Sullli tersedak karena kaget.
                “Pelan-pelan Jung Krystal!” kata Sulli.
                “Kau kenapa sih?” tanya Jiyoung setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya.
                “Aku tidak sanggup duduk dengan dua orang itu.” kata Krystal seraya menoleh pada Sehun dan Taehyun yang duduk selisih beberapa bangku dengan mereka.
                “Siapa? Sehun? Bukankah kau…”
                “Sttt…” Krystal memotong kalimat Sulli, “Dua orang dengan IQ di atas rata-rata, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.”
                “Sehun masih belum baikan sama Jongin?” tanya Sulli yang dijawab anggukan oleh Krystal. Jiyoung pura-pura sibuk memakan buburnya, tidak ingin terlibat dengan percakapan tentang Sehun dan Jongin.
                “Aku tau kalau kau tau apa yang terjadi antara Sehun dan Jongin.” Tuduh Krystal dengan tatapan tajam untuk Jiyoung.
                “Apa maksudmu?” Jiyoung pura-pura tidak mengerti.
                “Dan aku sangat tau kalau kau adalah alasan yang membuat mereka bertengkar.” Kalimat ini terdengar terlalu kasar untuk Jiyoung.
                “Krystal sudahlah!” kata Sulli mencoba meredakan suasana.
                “Aku hanya tidak mau pura-pura saja. Jika memang ada masalah, aku dan Sulli dengan senang hati membantumu. Membantumu, Jongin dan Sehun. Tapi sampai sekarang, kalian bertiga masih tutup mulut. Kalian pikir aku dan Sulli tidak curiga sesuatu terjadi pada kalian?” Seakan tak mendengar peringatan Sulli, Krystal meluapkan segala kekesalannya.
                “Bukan begitu maksudku…”
                “Bukannya aku ikut campur, tapi bisakah kalian bersikap sewajarnya jika memang tidak ingin memberitahuku dan Sulli? Aku sudah lelah berpura-pura tidak tau sedangkan aku yakin kalian sedang dalam masalah.” Krystal meneguk minumannya, “Aiiisshh…”
                “Aku tidak bermaksud seperti itu.” kata Jiyoung mencoba membela diri.
                “Oh tentu kami tau bukan seperti itu maksudmu.” Sela Krystal.
                “Hei kalian berdua sudahlah.” Sulli mencoba menengahi.
                “Kenapa kau berteriak-teriak huh?” tiba-tiba Jongin ada disana, sedang merangkul Krystal dengan erat, “Jiyoung dan Sulli tidak tuli kok, mereka masih bisa mendengarmu meskipun kau berkata pelan.” Kta Jongin lembut.
                “Kau juga! Jangan menceramahiku jika kau sendiri tidak bisa menyelesaikan masalahmu!” kata Krystal kasar seraya mencoba lepas dari rangkulan Jongin.
                “Kau kenapa sih?” Jongin memeluknya erat sampai Krystal sulit bernafas, “Tidak baik marah-marah seperti ini!” Jongin tersenyum jail melihat Krystal kacau.
                “LE-PAS-KAN!” Krystal meronta dan akhirnya Jongin melepas rangkulannya, “Kau tidak takut Jiyoung marah!” bentak Krystal, tapi Jongin hanya terkekeh melihat rambut Krystal berantakan.
                “Jiyoung tidak sepertimu yang sedikit-sedikit marah.” Jongin duduk di sebelah Krystal, sekilas melirik Jiyoung yang hanya menunduk  melihat mangkuk buburnya.
                “Tidak tau malu!” kata Krystal ketus.
                “Sehun apa kabar?” tanya Jongin santai seraya mulai memakan bubur Jiyoung yang didiamkan oleh pemiliknya.
                “Kau yang tinggal satu rumah dengannya, bagaimana bisa tidak tau?” Krystal memandang Jongin jijik, “Oh ya, aku lupa kalian berdua sedang bertengkar.”
                “Sebenarnya kalian kenapa sih?” tanya Sulli penasaran. Sulli dan Krystal dengan sabar menunggu Jongin bercerita, tapi yang ditunggu malah menikmati bubur hasil curian itu. Jiyoung hanya menunduk, seakan menyesal sudah duduk disana.
                “Maaf ya Jing aku habiskan!” katanya pada Jiyoung dan mendorong mangkuk bubur yang sudah kosong. “Kalian berdua segitunya ingin tau ya?”
                “Kalau kau tidak ingin cerita tidak masalah. Asal berhenti menjadikanku tukang pos yang menyampaikan pesanmu untuk Sehun dan sebaliknya!” sergah Krystal.
                “Baiklah, tujuanku kesini hanya untuk mengajak Jiyoung pulang bersama nanti. Jing, kau mau kan?” Jongin memerhatikan Jiyoung.
                “Terserah…”
                “Itu artinya iya bagiku, sampai ketemu nanti. Bye Sulli, bye Krystal!” kata Jongin sambil melangkah meninggalkan mereka.
                “Kau tidak serius suka padanya kan?” tanya Krystal pada Jiyoung.
                “Lalu bagaimana dengan Seungyoon?” tanya Sulli.
                “Sudah kubilang Seungyoon itu sepupuku.” Kata Jiyoung kesal.
                “Aku percaya Seungyoon bukan pacarmu. Karena terlihat jelas kau sangat menyukai Jongin.” Kata Krystal santai.
                “Jadi bagaimana sekarang? Kau sudah berniat memberitahu kami?” tanya Sulli dengan cara yang lebih baik dari Krystal. Jiyoung mengambil nafas panjang, kemudian dia mengangguk dan menceritakan semua kejadian di malam inagurasi.
***
                Sore itu sedikit mendung, Jiyoung sengaja berlama-lama mencuci tangan di kamar mandi bersama Sulli. Krystal sudah pergi dulu karena ada rapat, sedang Jiyoung dan Sulli yang tidak ada acara atau tugas memutuskan untuk pulang. Jiyoung masih ingat Jongin mengajaknya pulang bersama tadi siang, tapi untuk memikirkannya saja membuat jantungnya sakit.
                “Jiyoung, kau tidak berniat membuat Jongin menunggu kan?” Sulli kembali mengingatkan. Akhirnya Jiyoung menyerah dan memilih menghadapi Jongin apapun yang terjadi. Jiyoung tidak bisa berbohong bahwa dia menyukai Jongin,tapi Jiyoung juga memikirkan perasaan Sehun.
                Dia dan Sulli berpisah karena Sulli harus pulang dengan Minho. Jiyoung berjalan sendiri menuju gerbang sekolah, dan dia menemukan Jongin sedang duduk di atas motornya. Jiyoung segera menghampirinya, Jongin tersenyum begitu melihat Jiyoung datang.
                “Jiyoung, apa kau masih suka kupu-kupu?” tanya Jongin dengan senyum tulus di bibirnya. Jiyoung terpaku, tak bisa bergerak dan tak bisa berkata. Otaknya bekerja keras untuk memahami kalimat tanya Jongin.
                “Jongin….”
                “Ya?”                                       

TBC 

Author's note: akhirnya chapter 9 di publish. Maaf buat yang nunggu, kuliah lagi serem-seremnya tugas. Tapi syukurlah akhirnya bisa update juga. Jangan lupa komentar ya reader. Semoga hari kalian menyenangkan!

Komentar

  1. Yay! Saw your tweet and I came here straight! #obsessedmuch
    Anyway, first off, thanks so much for updating. And secondly, you didn't disappoint in providing the drama element in the story. I love how you describe Sehun's anger upon discovering KaiJing that fateful evening. And how you describe Krystal's frustration of being the middle person. Hmm. What she says is true. SeKaiJing needs to sit and talk it out. But I'm afraid of the consequences. XD
    Thank you again for this chapter. I'm dying to know the mystery behind Jing's kupu-kupu friend.

    BalasHapus
  2. finally.. thanks for updating author nim.. aku takjub si jongin sadar kalau dia first lovenya jing. nggak nyangka juga dianya bakal tanya soal kupu2. huhu, so sweet. but, poor sehun. i feel bad for him. aku nggak tau ya, author bakal buat dia tetep single atau berakhir dengan soojung. asal dia bahagia,dan nggak dingin2an lagi sama jongin sih it's okay..sehun keliatan sukaa banget sama jiyoung di sini. sencere banget lah. dan aku berharap kesalahpahaman mereka tentang seungyoon berakhir juga. sedih jadinya kalau kesalahpahaman itu jadi berlarut larut. khekhe. nice chapter. thanks a lot ya kak.. ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah