Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Jangan
pikir aku tidak tau kalau itu kau, Krystal!”
kata Jongin tegas dan jelas dengan sebuah serigai puas di ujung bibirnya.
“Eh?
Krystal?” Jiyoung ikut memerhatikan, setelah dilihat dengan seksama Jiyoung
baru sadar jika satu di antara dua orang itu memiliki postur tubuh wanita.
“Sudah
lepas...” Jongin menarik masker yang dipakai Krystal, “...sudah ketahuan juga!”
“Hehe..”
Krystal melepas kacamata dan topinya sambil memberi cengiran pada Jongin dan
Jiyoung.
“Lalu
siapa orang ini?” sekarang Jongin melepas masker orang yang berdiri di sebelah
Krystal, belum sampai tangan Jongin menjangkaunya dia sudah melepas masker,
topi dan kacamatanya lebih dulu.
“Hai
Kim Jongin, hehe.” Sapanya sembari tersenyum tolol.
“Yook
Sungjae. Oh kelihatannya Taemin sudah berhenti menjadi kaki tanganmu, benar kan
Krystal?” tanya Jongin renyah, memandang dengan tawa tertahan padanya dan
Sungjae.
“TIDAK!”
bentak Krystal keras.
Ting!
Pintu
lift terbuka, mereka berempat melangkah keluar. Jiyoung sedikit lega ternyata
orang yang mengikutinya adalah Krystal, tapi apa artinya ini? Jongin bahkan
kelihatan lebih santai sekarang setelah menyadari Krystal dan Sungjae yang
mengikuti mereka sejak tadi. Berarti, bukan Krystal kan yang selama ini
melakukan penyerangan?
“Taemin
hanya sedang sibuk, aku tidak bisa mengganggunya. Dan Sungjae, yah dia beranggapan penyerangan ini tidak
bisa dibiarkan dan dia bersedia membantuku untuk melakukan penyelidikan ini.”
jelas Krystal cepat, Jongin bahkan bertepuk tangan karena kalimat panjang itu
selesai dalam waktu sepuluh detik.
“Tapi
bukan berarti kau bisa mengikutiku dan Jiyoung seperti ini kan!” kali ini
Jongin terdengar protes, “Aku pikir kau tadi itu orang yang ingin mencelakai
Jiyoung! Untung aku segera sadar kalau itu kau!”
“Kita
tidak berniat mengikutimu dan Jiyoung, awalnya.”
Celetuk Sungjae membuat Jongin menatapnya minta penjelasan.
“Awalnya
kita mengikuti Bae Suzy –oh dia terlihat linglung tadi –tapi kita kehilangan
jejaknya dan malah melihat mobilmu melintas.” Krystal membantu menjelaskan.
“Kau
sudah pernah tau mobil Jongin sebelumnya, err kalau begitu.” Kata Jiyoung dan
Krystal mengangguk mantap.
“Aku
pernah pinjam mobil Jongin untuk mengikuti Chanyeol beberapa hari yang lalu.
Mobil Jongin aman, karena tidak banyak yang tau kalau Jongin punya mobil!” Krystal melirik pada Jongin, memberinya
pandangan meledek.
“Apa
maksudmu mengatakan itu?” protes Jongin kesal.
“Hanya
bercanda Jong, bercanda!” sahut Krystal tak sabar, “Satu hal Jongin, yang kau
lakukan dalam lift tadi memalukan. Apa kau tidak berpikir disana ada cctv? Atau
kau sengaja menyebarluaskan hubunganmu dengan Jiyoung pada semua orang? Oh, aku
tidak percaya kau melakukan itu!” omel Krystal, sama cepatnya seperti dia
bicara sebelumnya.
“Bilang
saja kau iri!” kata Jongin mencibir. “Ayo cari makan, kalian tidak lapar?”
Jongin menarik tangan Jiyoung agar berjalan lebih dekat dengannya.
“AKU
TIDAK PERNAH IRI PADAMU KIM JONGIN! SIAPA JUGA YANG BANGGA PUNYA PACAR
SEPERTIMU?” teriak Krystal kesal, “Maaf Jiyoung!” sambungnya pada Jiyoung yang
hanya terkekeh.
“Oh
tentu saja, hanya Sehun yang bisa mencuri hatimu kan?” goda Jongin, dia memberi
Krystal sebuah cengiran menyebalkan.
“JAGA
MULUTMU KIM JONGIN!!!” Krystal memukul Jongin keras, yang dipukul malah tertawa
terbahak-bahak.
“Aku
tidak pernah tau kalau kau pacar Sehun, Krystal!” kata Sungjae polos.
“AKU
BUKAN PACAR SEHUN!” teriak Krystal pada Sungjae.
***
“Terimakasih
banyak Jiyoung, aku senang bisa dibantu hobae sepertimu.” Kata Jieun membantu
Jiyoung membereskan ruang musik.
“Aku
juga sangat senang bisa membantu sunbae seperti dirimu eonni. Kau sangat
terkenal di sekolah ini, suaramu itu memang...” Jiyoung memberi dua jempolnya
untuk Jieun, Jieun hanya tertawa ringan.
“Jangan
berlebihan.” Katanya tersipu.
“Hai
Jiyoung, sudah selesai latihannya?” Taemin tiba-tiba sudah berdiri di pintu,
rambutnya sedikit basah kena keringat, menandakan dia baru saja selesai latihan
“Sudah.”
Jawab Jiyoung ketika dia mengunci lemari, “Kau baru selesai latihan? Apa Jongin
bersamamu?”
“Jongin
lagi... Kalian sudah resmi pacaran ya? –hem, aku dengar dari Krystal sih!”
“Aku
tidak....”
“Sebaiknya
cepat antar Jiyoung ke gedung hobae, dia bilang ada kelas lima menit lagi!”
potong Jieun mengingatkan.
“Baiklah,
sampai ketemu di kelas acting Lee Jieun!” kata Taemin sebelum menutup pintu.
Taemin menemani Jiyoung berjalan, untungnya Taemin begitu ramah dan baik
padanya sehingga tidak pernah ada saat canggung jika bersama Taemin.
Otak
Jiyoung mengulang kalimat Taemin saat di ruang musik tadi, sesuatu yang
Jiyoungpun masih belum punya jawaban sampai sekarang. Apa dia sudah resmi
pacaran dengan Jongin sekarang? bahkan Jongin masih belum pernah benar-benar
bertanya pada Jiyoung apa dia bersedia menjadi pacarnya. Oh ingat, bahkan
mereka tidak pernah membahas masa kecil mereka. terakhir kali keluar bersama
mereka bertemu Krystal dan Sungjae, membuat mereka kehilangan waktu untuk
membicarakan hal penting berdua.
“Tadi
Jongin masih menemui Nicole sunbae, sepertinya Jongin mendapat tawaran
bagus.”kata Taemin ketika mereka mulai memasuki area gedung hobae, Taemin
melirik pada Jiyoung yang terlihat sama sekali tidak mendengarkannya. Tapi
kemudian Taemin melihat Sulli, berjalan menuju lapangan belakang sendirian.
“Sulli,
WOI SULLI!” teriaknya, tapi yang dipanggil sepertinya tidak mendengarnya
padahal Taemin sudah meneriakinya.
“Sulli!”
Jiyoung ikut memanggilnya, tapi nihil karena Sulli masih terus saja berjalan.
Seakan ada yang menutup kedua telinganya.
“Hei
Sulli, mau kemana?” Taemin menarik lengan Sulli membuat pandangan gadis itu
berubah padanya, “Hei, kau sleep walking ya?”
“Eh?”
Sulli terlihat heran melihat Taemin memegang lengannya, dan heran lagi meliha
dia sedang setengah jalan pergi menuju lapangan belakang.
“Kau
mau kemana? Sebentar lagi ada kelas.” Jiyoung ikut bergabung, tapi sepertinya
Sulli juga tidak mendapat jawaban kemana dia akan pergi.
“Kalian
kenapa disini?” Sulli balik tanya pada Taemin dan Sulli.
“Kita
berdua daritadi memanggilmu tapi kau tidak dengar. Kau kenapa sih, sakit?”
Jiyoung menatap Sulli curiga.
“Atau
kau benar-benar sleep walking?” Taemin mengulangi argumennya.
“Hei,
apa yang membuat kalian berlama-lama berdiri disini?” suara Jongin terdengar,
dia tengah dalam perjalanan menuju mereka.
“Sepertinya
Sulli sakit.” Kata Jiyoung cepat. Jongin memerhatikan Sulli sebentar, kemudian dia hanya
menaikkan satu alisnya.
“Bertengkar
sama Minho?” tanya Jongin dengan nada serius tapi dengan ekspresi wajah jahil.
“Sleep
walking dia. Terlalu lama bergaul dengamu nih Jong! Sulli jadi ketularan suka
tidur di kelas.” Tuduh Taemin yang mendapat dengusan dari Jongin.
“Sebaiknya
balik ke kelas, sebentar lagi profesor datang. Lagian disini dingin. Bye
kerempeng!” Jongin menohok perut Taemin sebagai tanda sampai jumpa.
“GOBLOK!”
ucap Taemin seraya menahan sakit, Jongin tertawa renyah melihatnya.
“Terima
kasih Taemin, sudah mengantarku!” kata Jiyoung dengan tatapan khawatir karena
Jongin baru saja memukul perutnya.
“Aku
mohon Jiyoung, kau jangan mau dengan Jongin!” goda Taemin.
“Mau
dipukul lagi?” ancam Jongin dengan wajah soknya, Taemin memberinya jempol
sambil mengangguk.
“Kau
ngapain sih?” tanya Jongin seraya mendorongnya agar berjalan lebih cepat.
“Itu
bagaimana cara kami bercanda.” Kata Jongin santai, “Sulli, kau benar-benar baik
kan?” lanjutnya seraya melihat Sulli yang masih terlihat bingung.
“Tidak,
aku hanya –hmmm... Kenapa aku bisa ada disana tadi?” Sulli menggaruk bagian
belakang kepalanya yang tidak gatal.
***
“Kau akhir-akhir ini sangat aneh Sulli, sedang ada masalah?” tanya
Jiyoung ketika anak-anak sibuk berkemas setelah kelas berakhir.
“Tidak, mungkin aku
hanya terlalu lelah saja. Hongbin sunbae sangat, errr.. entahlah, dia
benar-benar membuat badanku hancur!” katanya seraya memasukkan bukunya asal ke
dalam tas.
“Pulang atau masih
ada acara?” tanya Jongin yang sudah berdiri di dekat mereka, tapi keduanya
tidak ada yang menjawab, “WOI KALIAN BERDUA!”
“Aiisshh!”
“Kau tanya apa
tadi?” Jiyoung balik tanya.
“Kalian langsung
pulang?” ulang Jongin dengan pelan.
“Tidak, tentu saja
tidak. Hongbin sunbae sudah menungguku, aku duluan ya.” Sulli segera keluar
kelas, terlihat sangat terburu.
“Hongbin itu belum
ambil nilai apa? Kau sudah kan? –eh maksudku Jieun noona sudah kan?”
“Jieun noona
mengambil nilai minggu lalu.” Jiyoung mulai melangkah diikuti Jongin.
“Taemin juga sudah,
pasti Hongbin sangat bodoh. Kasihan Sulli, dia sampai jadi linglung gitu.”
Jongin melingkarkan lengannya di pundak Jiyooung membuat suasana sedikit
canggung untuk beberapa detik, sampai Jongin memberikan cengiran tolol dan
mencairkan suasana.
Drrrtttt…
drrrrttttt…
“Hallo?”
“Jongin-ah, bisakah kau ke gedung B4
sekarang? Ambil formulirmu, kau harus segera mengisinya.” Suara Taemin
terdengar, Jongin membuang nafas mengeluh sebelum akhirnya menjawab, “Aku
kesana.” Dan segera menutupnya.
“Kenapa?” tanya
Jiyong penasaran.
“Kau ikut aku ke
gedung B4 mau? Aku harus mengambil sesuatu di Taemin.” Jiyoung hanya
mengangguk. Gedung hobae masih ramai sore itu, tapi ketika mereka mulai masuk
gedung B4, suasana sepi segera menyapa mereka.
Gedung B4 tampak
sepi sore itu, Jongin menarik Jiyoung agar lebih dekat dengannya. Mereka naik
tangga menuju lantai dua, dan menuju ruangan yang ada disudut koridor. Jongin
tetap menggegam tangan Jiyoung ketika dia menahannya.
“Ikut masuk saja!”
ajak Jongin tapi Jiyoung menatapnya ragu, perlahan dia menggeleng.
“Aku akan menunggumu
disini. Sekarang aku harus ke kamar mandi.” Jelas Jiyoung. Tentu saja Jongin
menolaknya, tapi Jiyuong juga bersikukuh pada pilihannya tidak mau ikut masuk.
Jiyoung tetap tidak mau sampai akhirnya Jongin menyerah, Jongin berpesan agar
Jiyoung tidak pergi terlalu jauh.
Jongin masuk
ruangan setelah Jiyoung hilang di kelokan koridor. Jiyoung menuju kamar mandi
di lantai sua, yang ada tulisan ‘sedang
diperbaiki’ pada pintunya. Jiyoung segera turun melewati tangga dan pergi
ke kamar mandi yang ada di lantai satu.
Lantai satu
terlihat sama sepinya seperti tadi dia datang bersama Jongin. Tanpa pikir
panjang lagi Jiyoung segera masuk dan membasuh wajahnya di wastafel.
Menyegarkan wajahnya dengan air, seraya bercermin untuk merapikan rambutnya.
Jiyoung keluar tak
lama setelah itu, tapi ada sesuatu yang mengganjal ketika dia keluar. Ada
seseorang yang sedang memerhatikannya. Jiyoung tidak merasa mengenalnya, tapi
dia tau orang itu bernama Hongbin, sunbaenya.
Jiyoung merunduk
ketika melewatinya, tersenyum tipis padanya sebagai tanda hormat. Berniat
segera pergi darisana tanpa terlibat perbincangan dengan Hongbin, tapi siapa
sangka langkah Jiyoung terhenti karena Hongbin memanggilnya.
“Kang Jiyoung-ssi…”
panggil Hongbin seraya tersenyum ramah.
“Eh, ya? Lee Hongbin sunbaenim?” balas Jiyoung ramah.
“Kau sendirian?
Biarkan aku mengantarmu. Kau tau kan, terlalu bahaya jika kau berkeliaran
sendiri di gedung sepi seperti ini.” Hongbin tersenyum padanya, senyum yang
tidak akan pernah Jiyoung lupakan.
“Tidak, aku tidak
sendiri. Aku akan kembali ke lantai dua, aku bersama temanku.” Jawab Jiyoung
sopan, dia menunduk lagi pada Hongbin berniat untuk pergi.
“Kalau begitu
biarkan aku mengantarmu ke lantai dua.” Kata Hongbin masih terdengar ramah.
“Tidak perlu
sunbaenim, aku baik-baik saja. Terimakasih atas kebaikanmu, tapi aku bisa
melakukannya sendiri.” Jawab Jiyoung sopan.
“Aku akan
mengantarmu!” Hongbin mendekati Jiyoung, meraih tangannya dan menuntunnya untuk
berjalan.
“Tidak perlu
sunbae, terlalu merepotkan….”
“Aku bilang aku
akan mengantarmu!” kata Hongbin seraya menatap Jiyoung tajam, senyum ramah
suddah hilang di wajahnya yang dingin. Kalimatnya juga tak lagi terdengar
ramah, dingin.
“Aku bilang aku
akan mengantarmu! Kenapa kau tidak mau mendengarku?” tatapan Hongbin sungguh
dingin, sangat berbeda dari beberapa detik sebelumnya.
“Maaf sunbae bukan
begitu maksudku…”
“Aku bilang aku
akan mengantarmu!” Hongbin tersenyum, senyumnya terliat begitu seram. Jiyoung
merasa takut dengan perubahan perlakuan Hongbin sekarang. Ada sesuatu yang
membuat Jiyoung berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan Hongbin sekarang.
“Apa kau selalu
tidak mendengar perkataan orang lain Jiyoung-ah?” tanya Hongbin, nadanya
seperti Hongbin sedang berkata pada anak usia lima tahun.
“Kau harus mendengarkanku,
apa kau mengerti?” TANGAN Hongbin menyelipkan beberapa helai rambut Jiyoung di
telinganya dan berhasil membuat Jiyoung bergidik ngeri.
“Sunbae, sepertinya
ada yang tidak beres dengan ini…”
“Oh tentu tidak
Jiyoung-ah…” Hongbin tersenyum miring, “Tidak ada yang salah denganku… dengan
semua ini. Kau yang membuatku seperti ini.” Hongbin memegagang dagu Jiyoung dan
dengan cepat Jiyoung menampisnya.
“SUNBAE!” teriak
Jiyoung kesal, Jiyoung sudah tidak memikirkan rasa takutnya akan sikap aneh
Hongbin. Jiyoung tidak mau diperlakukan seperti ini.
“Kenapa kau menepis
tanganku? Apa kau tidak suka? Apa kau selalu seperti ini, Jiyoung-ah?” tanya
Hongbin lembut dengan tatapan khawatir, namun detik berikutnya Hongbin
tersenyum miring.
“SUNBAE AKU TIDAK
INGIN BERSIKAP TIDAK SOPAN PADAMU!” bentak Jiyoung.
“Apa aku harus
membungkam mulutmu agar kau berhenti berteriak, Jiyoung-ah?” Hongbin membungkam
mulut Jiyoung, entah bagaimana Hongbin melakukannya tapi Jiyoung merasa sekujur
tubuhnya kaku tidak bisa bergerak.
“Wah sepertinya kau
benar-benar psyko Hongbin-ssi!” sebuah pukulan keras mendarat di wajah Hongbin
bersamaan dengan kalimat itu. Hongbin terhuyung beberapa langkah ke belakang
sembari menahan sakit di wajahnya. Setelah Hongbin melepas Jiyoung, Jiyoung
merasa badannya bisa di gerakkan lagi.
“Seharusnya aku
mendengarkan Sungjae dengan baik, semua yang dikatakannya tentangmu sepertinya
benar!” Sehun kesetanan menendangi Hongbin yang tersugkur di lantai.
“Sehun-ah, hei,
sudah!” kata Jiyoung mencoba menyadarkan Sehun dan sudah dipastikan hasilnya
nihil.
“Oh Sehun apa yang
kau lakukan?” Krystal berteriak seraya berlari ke arah Sehun dan menariknya
agar menjauh dari Hongbin.
“Kau kenapa?”
Jongin yang ada di belakangnya ikut bertannya, sedikit heran memandang
pemandangan itu, apalagi melihat ekspresi Jyioung yang menunjukkan sesuatu yang
tidak baik.
“Dia orang yang
selama ini ganggu pacarmu!!!” kata
Sehun keras pada Jongin. Setelah dua detik berlalu Jongin baru bisa mencerna
kalimat Sehun, bukan mencoba untuk melrang Sehun memukul Hongbin, sekarang
Jongin justru memukul Hongbin penuh dendam.
“Hei bukan begini
caranya, kalian berdua anak bodoh!” bentak Krystal, Jiyoung menarik Jongin
menjauh dari jangkauan untuk kembali memukul Hongbin.
“Sekarang kau
membelanya?” tanya Sehun ketus pada Krystal.
“Bukan begitu
maksudku Oh Sehun. Tapi caramu salah!” kata Krystal mencoba tidak emosi pada
nada Sehun, Krystal berusaha sebaik mungkin untuk tidak mulai berteriak.
“Kau menuduh orang
lain untuk membantu Hongbin ini?” Jongin terlihat kesal, matanya menatapKrystal
tajam.
“Kenapa kau
menyalahkanku?” Krystal mulai berkaca-kaca mendapat perlakuan tidak adil dari
Sehun dan Jongin.
“Apa kalian tidak
bisa menurunkan nada bicara kalian?” kali ini Jiyoung bicara dengan serius,
“Krystal….”
“Terserah kalian
saja…” Krystal berlari keluar gedung tanpa menoleh sekalipun, mereka bisa
melihat Krystal menangis saat itu.
“Krystal! KRYSTAL!”
teriak Jiyoung mengikuti Krystal. Jongin dan Sehun saling pandang, seakan bertanya
apa salah kita? Kenapa dia menangis?
“Woi ada apa ini? Eh Hongbin, apa yang kalian
berdua lakukan pada Hongbin?” tanya Taemin yang tiba-tiba muncul, begitu kaget
melihat hongbin tersungkur di lantai dengan wajah penuh darah dan luka.
***
Berita tentang
tertangkapnya Hongbin menyebar dengan cepat, banyak anak yang membiarakannya
dimanapun dan kapanpun. P team dan LP team dibuat sibuk dengan ini, terutama P
team yang sedang bersiap-siap untuk ujian harus direpotkan dengan kasus ini.
Sepertinya sekolah tidak ingin mereka lulus cepat.
Krystal dan Sungjae
membantu banyak akan kasus ini, mengingat keduanya sudah mengikuti beberapa
orang yang mereka curigai sebagai peneror Jiyoung. Taemin juga ikut membantu,
tapi tidak sebaik Sungjae karena Taemin berhenti mengikuti Krystal menjadi
detektif versi mereka sendiri ketika dia mendapat banyak tugas.
P dan LP team
sangat berterimakasih atas kegigihan Krystal dan analisa luar biasa yang
dimiliki Sungjae. Seperti yang diketahui, Sungjaelah yang mulai mencurigai
Hongbin sebagai penyerang Jiyoung. “Dulu dia kakak kelasku di SMA, dan aku tau
dia bisa hipnotis sejak SMA. Hmm.. dan yah, dari dulu dia memang tidak punya
banyak teman dan sedikit psyko..”
jelas Sungjae jika ada yang bertanya tentang Hongbin.
“Urus saja sendiri
masalahmu, jangan ikut campur urusan orang lain!” begitulah jawab Krystal jika
ada yang bertanya padanya.
“Jadi penyerangan
pertama, kau menghipnotis Bae Suzy untuk melempar batu pada Kang Jiyoung?”
“Ya…”
“Kau juga
menghipnotis Choi Sulli untuk melaksanakan aksimu? Wah, kau benar-benar psyko!”
Baekhyun hanya bisa ternganga melihat pengakuan Hongbin. Hongbin menjawab
semuanya dengan jujur dan mudah, seakan yang dilakukannya bukan merupakan
masalah besar.
“Aku tidak tau apa
yang akan dilakukan sekolah padamu. Jujur saja, kau membuatku takut.” Minah
bergidik seraya memandang Hongbin.
***
“Itu sebabnya kau
jadi linglung setiap kali selesai bertemu Hongbin.” Jelas Krystal. Sulli tidak
berhenti minta maaf pada Jiyoung, meskipun berulang kali pula Jiyoung bilang
bahwa ini bukan salahnya.
“Lalu bagaimana
dengan Jongin?” tanya Sulli tiba-tiba.
“Eh?”
“Dia orang tidak
waras, Hongbin harus ke UGD gara-gara Jongin, err Sehun juga. Dua anak sinting
itu.” gumam Krystal kesal.
“Kau masih marah
pada mereka?” tanya Jiyoung, Krystal hanya membuang muka.
“Mereka tidak
pernah menganggapku. Mereka dua anak laki-laki paling brengsek yang pernah
kutemui, mereka tidak punya perasaan.!” Kata Krystal penuh penekanan.
“Kau bilang begitu,
pacarnya ada di sebelahmu!” tuduh Sulli seraya menunjuk Jiyoung dengan dagu.
“Jiyoung pasti
sudah menerima kenyataan kalau pacarnya itu brengsek!” kata Krystal kesal.
“Hei aku bukan
pacarnya…” elak Jiyoung.
“Kalau begitu calon
pacarmu, Kim Jongin itu!”
“Kalau lagi kesal
sama Sehun jangan bawa-bawa aku dong!” tiba-tiba Jongin sudah berada disana
dengan wajah tanpa dosa.
“Hei kau muka
tembok!” kata Krystal keras tepat di depan wajah Jongin.
“Terimakasih
pujiannya Jung.” Jawab Jongin seraya cengengesan.
“Kau tidak sedang
dipuji.” Celetuk Jiyoung seperti tamparan untuk Jongin, Krystal terkikik
senang.
“Wah, sepertinya
Jiyoung tidak membelamu Jongin.” Sulli tertawa bersama Krystal.
“Jung Soojoong yang
lebih dikenal dengan nama Krystal!” kata
Jongin seraya menghela nafas dan menatap kearah Krystal, “Aku minta tolong
padamu, berhenti mencuci otak Jiyoung dan menyebutku BRENG-SEK!”
“Kenyataannya kau
memang seorang BRENG-SEK SE-JA-TI!” balas
Krystal tanpa rasa takut. “Jiyoung-Sulli, ayo pergi! Aku tidak tahan dengan
orang ini.” Krystal memberi isyarat pada Jiyoung dan Sulli untuk mengikutinya
pergi. Dan kenyataannya, keduanya mengikuti Krystal dan meninggalkan Jongin.
Jongin mengikuti
tiga gadis itu dengan diam, memikirkan kenapa Krystal bisa begitu marah padanya
dan Sehun. Jika marah pada Sehun itu wajar, karena ketidakpekaan Sehun pada
perasaan Krystal tapi kalau padanya? Jongin merasa tidak pantas mendapat marah
Krystal, apalagi sekarang Jiyoung ikut ketus padanya. Sebenarnya apa yang sudah
Krystal bicarakan pada Jiyoung? Oh bahkan Jongin tidak punya reputasi buruk
selama ini.
“Cewek sinting!”
Sehun datang dari arah berlawanan, jelas siapa yang dia panggil menggunakan
panggilan itu. Krystal kembali marah karena Sehun memanggilnya seperti itu,
tentu saja Krystal memilih untuk bicara lebih keras pada Jiyoung dan Sulli
tanpa memerhatikan Sehun yang memandangnya ngeri.
“Wah sinting
beneran nih Soojoong!”
Plak!!!
“What?”
“WOI!!!”
“Krystal!!!”
“Jung, keren banget
kau bisa nampar Sehun!”
Sehun memegang
pipinya yang panas dengan satu tangannya seraya menatap Krystal tajam. Mata
Krystal berapi-api ingin mencincang Sehun seharus mungkin, sedang Sehun
menatapnya dalam –meremehkan?
“Kenapa?” satu kata
keluar dari mulut Sehun seperti balok es, tidak pernah mereka melihat Sehun
sedingin ini.
“Bodoh!” kata
Krystal kesal, segera dia berlari dan sebelumnya Sehun bisa melihat Krystal
meneteskan airmata.
“Mau dapet kali ya,
sensi banget si sinting!” celetuk Sehun enteng.
“Aku ini temanmu
dari kecil, tidak pernah aku melihatmu sebodoh ini Sehun-ah.” Kata Jongin.
Keduanya masih belum berbaikan sejak insiden malam inagurasi. Dan sepertinya
ini pertama kalinya Jongin dan Sehun kembali saling tatap.
“Oh, kau juga dapat
siklus bulanan sekarang? Kaya Krystal, sensi.” Kata Sehun kembali dingin.
“Sehun-ah, kau
benar-benar tidak tau atau hanya pura-pura tidak tau sih?” Sulli ikut kesal
karena kebodohan Sehun. Sesulit itukah menyadari bahwa Krystal menyukainya?
“Kalian dapat
siklus bulanan bersamaan ya? Kompak banget sensinya?”
“Sehun tolong serius.”
Jiyoung ikut buka mulut.
“Iya, aku serius
padamu!”
Eh?
“Jangan mulai deh!”
sahut Jongin dengan suara rendahnya.
“Siapa yang mulai?”
tanya Sehun dengan nada yang meninggi.
“Kalian kenapa
sih?” Jiyoung takut dua orang di depannya ini perang.
“Aduh udah deh,
mending kita cari Krystal. Gak lucu kan kalo kita besok dengar berita Krystal
bunuh diri.” Sulli mendorong Sehun dan segera menariknya untuk menjauh
darisana.
Jiyoung hendak
mengikuti Sulli dan Sehun yang sudah jauh ketika Jongin menahannya. Jiyoung
tidak punya niatan untuk benar-benar melepas diri dari Jongin. Oh ayolah,
kalian tau Jiyoung sudah lama menaruh hati pada Jongin. Dan kalian tau betapa
senangnya Jiyoung ketika Jongin menatapnya dengan tatapan dalam penuh makna,
yang sampai sekarang masih belum bisa Jiyoung artikan.
“AYO!” kata itu
yang keluar dari mulut Jiyoung untuk
mengatasi jantungnya yang memaksa untuk melompat keluar. “Krystal, kau tidak
ingi dengar berita bunuh diri Krystal kan?”
“Pilih mana, berita
bunuh diri Krystal atau berita bunuh diri Jongin?”
“Eh?”
“Kang Jiyoung kau
benar-benar membuatku ingin bunuh diri.” Kata Jongin seraya tersenyum tipis.
“Silahkan saja
bunuh diri, dunia ini jadi lebih tenang tanpa pembuat masalah sepertimu.” Jawab
Jiyoung cool, atau lebih tepatnya berusaha untuk terlihat dan terdengar cool.
“Kau yakin akan
baik-baik saja tanpa pembuat masalah yang sedang berdiri di depanmu ini?”
Jongin mengangkat sebelah alisnya.
“Ten…tentu saja…”
oke, sekarang Jiyoung sudah mulai keringat dingin. Jiyoung sudah tidak mampu
untukmenatap langsung mata Jongin. Otaknya sudah mulai bekerja dengan kacau,
dan Jiyoung tidak bisa berdiri diam.
“Jiyoung aku harap
pendengaranmu masih baik sehingga aku tidak perlu mengulangnya, tolong
dengarkan aku –yang ini serius!” entah ada angin dari mana, sepertinya syndrome
yang dialami Jiyoung beralih pada Jongin. Sekarang Jongin terlihat lebih pucat
dari beberapa detik lalu, dan Jongin lebih sering mengacak rambutnya sekaran
–mungkin sekitar satu kali tiap tiga detik.
“Maaf Jiyoung, tapi
apa perlu kau membersihkan telingamu dulu? Supaya aku tidak perlu mengulang….”
“Aku-tidak-tuli-Kim-Jongin!”
kata Jiyoung penuh penekanan.
“Oh ya tentu saja,
tentu kau tidak tuli. Siapa yang bilang begitu?” jawab Jongin sambil tertawa
garing. Bahkan Jongin sempat mengumpat kepada dirinya sendiri.
“Oke oke, aku akan
bilang sekarang, tolong jangan potong ucapanku, atau bertanya sebelum aku yakin
aku sudah mengatakan semuanya.” Jongin merapikan bagian depan jaketnya, melirik
ke mata Jiyoung sekilas, sampai akhirnya mengehmbuskan nafas berat.
“Seharusnya ini
lebih manis atau lebih berkesan, tapi aku sudah tidak tahan untuk
memberitahumu. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, Sehun marah padaku,
Krystal menyukai Sehun tapi Sehun tolol tidak menyadari itu –padahal Krystal
sangat terlihat menyukainya –dan Sehun menyukaimu. Lalu aku juga menyukaimu,
dan aku ingin tau apa kau juga menyukaiku dan mau jadi pacarku. Aku tau ini
sedikit konyol tapi tolong percayalah bahwa aku menyukaimu dari pertama kita bertemu
–yang dulu itu, waktu di restoran, kupu-kupu, kau pasti ingat –dan jujur saja
selama ini aku mencari tau apa kau benar-benar Jiyoung yang aku temui waktu aku
masih kecil. Dan ternyata benar, kau orangnya. Dan .. err.. dan lebih kagetnya
lagi, ternyata kau juga masih mengingat anak kecil yang berjanji memberi
kupu-kupu padamu….” Jongin mengakhiri kalimat super panjang dan cepatnya.
“Kau dengar kan?”
tanya Jongin ragu ketika melihat Jiyoung hanya menatapnya dengan tatapan
kosong. “Uoooh! Aku frustasi! Aku frustasi!” teriak Jongin ketika Jiyoung tak
juga bicara. Dan untuk pertama kalinya Jiyoung melihat Jongin setolol ini.
“Jiyoung… aku sudah
bilang tak akan mengulanginya…”
“Jiyoung, wah aku
benar-benr ingin bunuh diri sekarang…”
“Kau bisa diam tidak
sih?” tanya Jiyoung setengah sadar.
“Kalau kau bicara
aku pasti diam.” Kata Jongin.
“Aku harus bilang
apa?” tanya Jiyoung, sama putus asanya seperti Jongin. Jiyoung menggigit bibir
bawahnya seraya memandang Jongin yang sudah tidak berwarna lagi. Jiyoung tidak
tau bahwa wajahnya lebih pucat dari Jongin.
“Jawab saja.” Kata
Jongin lebih pasrah dari sebelumnya.
“Aku harus
bagaimana…” rengek Jiyoung pelan.
“WOI! Tidak bisakah
kalian akhiri drama kalian ini?” seseorang tiba-tiba muncul entah darimana.
Senyum jahilnya sangat terlihat di bibir tipisnya. “Berhenti merengek dan jawab
dia, Kang Jiyoung.” Kata Taemin tegas.
“Pergi! Jangan
ganggu!” Jongin memperingatkan.
“Aku membantumu
bodoh!”
“KEREMPENG!”
“Oke oke, aku
pergi. Drama kalian terlalu lama, membuat penonton beralih untuk menonton drama
yang lain. Sepertinya drama Krystal dan Sehun lebih seru. Mungkin sekarang
mereka berdua sudah berciuman di lapangan basket! HAHAHAHA” Taemin melambai
seraya tertawa keras.
Jiyoung menelan
ludah dengan susah, kedatangan Taemin sama sekali tidak membantu. Apalagi
Taemin menyangkut masalah ciuman, oh saat ini Jiyoung sudah kehabisan darah.
“Jongin cepat,
Taemin sudah pergi tuh!” rengek Jiyoung putus asa.
“HA? Kau ingin aku
cepat-cepat apa?” tanya Jongin dengan kedua mata yang membelalak.
“Jangan mikir
kotor!” bentak Jiyoung.
“Ya ya ya, jadi
bagaimana? Kau mau jadi pacarku atau tidak?” Jongin mendapat keberanian untuk
mengatakannya, “Tolong jawab dengan cepat.”
“Ya ya ya, aku
mau.”
“Cepet banget
jawabnya?” Jongin mendongak.
“Tadi bilang minta
cepat!!!”
To be continued
A/N: Sorry for late update... TT
lagi banyak-banyaknya tugas. Dan ya, baru bisa update dan gimana?????
kkkk, Jongin udah bilang di part ini, cuma masih belum jelas gimana nasib Jongin sama Jiyoung nanti. Mungkin di next jadian, mungkin juga enggak. kkkk. Sehun Krystal juga kkkk....
Jangan lupa komentaranya.... XOXO
uhm, akhirnya update ya.. :D. konyol banget bagian jongin dan jiyoung di bagian akhir itu, bahkan menyatakan cinta pun jongin nggak bisa romantis. ahaha. jadi sebenernya dia udah suka jiyoung sejak awal, cuman dia sok cool aja. haha. duh krytal sehun, kegejeaan mereka masing-masing makin absurd tiap hari. jiyoung belum tentu sama jongin dan krystal belum tentu sama sehun nih? terus? mereka tukeran pasangan gitu? atau gimana? update soon yaah
BalasHapus