Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 12



Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Jangan pikir aku tidak tau kalau itu kau, Krystal!” kata Jongin tegas dan jelas dengan sebuah serigai puas di ujung bibirnya.
“Eh? Krystal?” Jiyoung ikut memerhatikan, setelah dilihat dengan seksama Jiyoung baru sadar jika satu di antara dua orang itu memiliki postur tubuh wanita.
“Sudah lepas...” Jongin menarik masker yang dipakai Krystal, “...sudah ketahuan juga!”
“Hehe..” Krystal melepas kacamata dan topinya sambil memberi cengiran pada Jongin dan Jiyoung.
“Lalu siapa orang ini?” sekarang Jongin melepas masker orang yang berdiri di sebelah Krystal, belum sampai tangan Jongin menjangkaunya dia sudah melepas masker, topi dan kacamatanya lebih dulu.
“Hai Kim Jongin, hehe.” Sapanya sembari tersenyum tolol.
“Yook Sungjae. Oh kelihatannya Taemin sudah berhenti menjadi kaki tanganmu, benar kan Krystal?” tanya Jongin renyah, memandang dengan tawa tertahan padanya dan Sungjae.
“TIDAK!” bentak Krystal keras.
Ting!
Pintu lift terbuka, mereka berempat melangkah keluar. Jiyoung sedikit lega ternyata orang yang mengikutinya adalah Krystal, tapi apa artinya ini? Jongin bahkan kelihatan lebih santai sekarang setelah menyadari Krystal dan Sungjae yang mengikuti mereka sejak tadi. Berarti, bukan Krystal kan yang selama ini melakukan penyerangan?
“Taemin hanya sedang sibuk, aku tidak bisa mengganggunya. Dan Sungjae, yah dia beranggapan penyerangan ini tidak bisa dibiarkan dan dia bersedia membantuku untuk melakukan penyelidikan ini.” jelas Krystal cepat, Jongin bahkan bertepuk tangan karena kalimat panjang itu selesai dalam waktu sepuluh detik.
“Tapi bukan berarti kau bisa mengikutiku dan Jiyoung seperti ini kan!” kali ini Jongin terdengar protes, “Aku pikir kau tadi itu orang yang ingin mencelakai Jiyoung! Untung aku segera sadar kalau itu kau!”
“Kita tidak berniat mengikutimu dan Jiyoung, awalnya.” Celetuk Sungjae membuat Jongin menatapnya minta penjelasan.
“Awalnya kita mengikuti Bae Suzy –oh dia terlihat linglung tadi –tapi kita kehilangan jejaknya dan malah melihat mobilmu melintas.” Krystal membantu menjelaskan.
“Kau sudah pernah tau mobil Jongin sebelumnya, err kalau begitu.” Kata Jiyoung dan Krystal mengangguk mantap.
“Aku pernah pinjam mobil Jongin untuk mengikuti Chanyeol beberapa hari yang lalu. Mobil Jongin aman, karena tidak banyak yang tau kalau Jongin punya mobil!” Krystal melirik pada Jongin, memberinya pandangan meledek.
“Apa maksudmu mengatakan itu?” protes Jongin kesal.
“Hanya bercanda Jong, bercanda!” sahut Krystal tak sabar, “Satu hal Jongin, yang kau lakukan dalam lift tadi memalukan. Apa kau tidak berpikir disana ada cctv? Atau kau sengaja menyebarluaskan hubunganmu dengan Jiyoung pada semua orang? Oh, aku tidak percaya kau melakukan itu!” omel Krystal, sama cepatnya seperti dia bicara sebelumnya.
“Bilang saja kau iri!” kata Jongin mencibir. “Ayo cari makan, kalian tidak lapar?” Jongin menarik tangan Jiyoung agar berjalan lebih dekat dengannya.
“AKU TIDAK PERNAH IRI PADAMU KIM JONGIN! SIAPA JUGA YANG BANGGA PUNYA PACAR SEPERTIMU?” teriak Krystal kesal, “Maaf Jiyoung!” sambungnya pada Jiyoung yang hanya terkekeh.
“Oh tentu saja, hanya Sehun yang bisa mencuri hatimu kan?” goda Jongin, dia memberi Krystal sebuah cengiran menyebalkan.
“JAGA MULUTMU KIM JONGIN!!!” Krystal memukul Jongin keras, yang dipukul malah tertawa terbahak-bahak.
“Aku tidak pernah tau kalau kau pacar Sehun, Krystal!” kata Sungjae polos.
“AKU BUKAN PACAR SEHUN!” teriak Krystal pada Sungjae.
***
“Terimakasih banyak Jiyoung, aku senang bisa dibantu hobae sepertimu.” Kata Jieun membantu Jiyoung membereskan ruang musik.
“Aku juga sangat senang bisa membantu sunbae seperti dirimu eonni. Kau sangat terkenal di sekolah ini, suaramu itu memang...” Jiyoung memberi dua jempolnya untuk Jieun, Jieun hanya tertawa ringan.
“Jangan berlebihan.” Katanya tersipu.
“Hai Jiyoung, sudah selesai latihannya?” Taemin tiba-tiba sudah berdiri di pintu, rambutnya sedikit basah kena keringat, menandakan dia baru saja selesai latihan
“Sudah.” Jawab Jiyoung ketika dia mengunci lemari, “Kau baru selesai latihan? Apa Jongin bersamamu?”
“Jongin lagi... Kalian sudah resmi pacaran ya? –hem, aku dengar dari Krystal sih!”
“Aku tidak....”
“Sebaiknya cepat antar Jiyoung ke gedung hobae, dia bilang ada kelas lima menit lagi!” potong Jieun mengingatkan.
“Baiklah, sampai ketemu di kelas acting Lee Jieun!” kata Taemin sebelum menutup pintu. Taemin menemani Jiyoung berjalan, untungnya Taemin begitu ramah dan baik padanya sehingga tidak pernah ada saat canggung jika bersama Taemin.
Otak Jiyoung mengulang kalimat Taemin saat di ruang musik tadi, sesuatu yang Jiyoungpun masih belum punya jawaban sampai sekarang. Apa dia sudah resmi pacaran dengan Jongin sekarang? bahkan Jongin masih belum pernah benar-benar bertanya pada Jiyoung apa dia bersedia menjadi pacarnya. Oh ingat, bahkan mereka tidak pernah membahas masa kecil mereka. terakhir kali keluar bersama mereka bertemu Krystal dan Sungjae, membuat mereka kehilangan waktu untuk membicarakan hal penting berdua.
“Tadi Jongin masih menemui Nicole sunbae, sepertinya Jongin mendapat tawaran bagus.”kata Taemin ketika mereka mulai memasuki area gedung hobae, Taemin melirik pada Jiyoung yang terlihat sama sekali tidak mendengarkannya. Tapi kemudian Taemin melihat Sulli, berjalan menuju lapangan belakang sendirian.
“Sulli, WOI SULLI!” teriaknya, tapi yang dipanggil sepertinya tidak mendengarnya padahal Taemin sudah meneriakinya.
“Sulli!” Jiyoung ikut memanggilnya, tapi nihil karena Sulli masih terus saja berjalan. Seakan ada yang menutup kedua telinganya.
“Hei Sulli, mau kemana?” Taemin menarik lengan Sulli membuat pandangan gadis itu berubah padanya, “Hei, kau sleep walking ya?”
“Eh?” Sulli terlihat heran melihat Taemin memegang lengannya, dan heran lagi meliha dia sedang setengah jalan pergi menuju lapangan belakang.
“Kau mau kemana? Sebentar lagi ada kelas.” Jiyoung ikut bergabung, tapi sepertinya Sulli juga tidak mendapat jawaban kemana dia akan pergi.
“Kalian kenapa disini?” Sulli balik tanya pada Taemin dan Sulli.
“Kita berdua daritadi memanggilmu tapi kau tidak dengar. Kau kenapa sih, sakit?” Jiyoung menatap Sulli curiga.
“Atau kau benar-benar sleep walking?” Taemin mengulangi argumennya.
“Hei, apa yang membuat kalian berlama-lama berdiri disini?” suara Jongin terdengar, dia tengah dalam perjalanan menuju mereka.
“Sepertinya Sulli sakit.” Kata Jiyoung cepat. Jongin memerhatikan Sulli sebentar, kemudian dia hanya menaikkan satu alisnya.
“Bertengkar sama Minho?” tanya Jongin dengan nada serius tapi dengan ekspresi wajah jahil.
“Sleep walking dia. Terlalu lama bergaul dengamu nih Jong! Sulli jadi ketularan suka tidur di kelas.” Tuduh Taemin yang mendapat dengusan dari Jongin.
“Sebaiknya balik ke kelas, sebentar lagi profesor datang. Lagian disini dingin. Bye kerempeng!” Jongin menohok perut Taemin sebagai tanda sampai jumpa.
“GOBLOK!” ucap Taemin seraya menahan sakit, Jongin tertawa renyah melihatnya.
“Terima kasih Taemin, sudah mengantarku!” kata Jiyoung dengan tatapan khawatir karena Jongin baru saja memukul perutnya.
“Aku mohon Jiyoung, kau jangan mau dengan Jongin!” goda Taemin.
“Mau dipukul lagi?” ancam Jongin dengan wajah soknya, Taemin memberinya jempol sambil mengangguk.
“Kau ngapain sih?” tanya Jongin seraya mendorongnya agar berjalan lebih cepat.
“Itu bagaimana cara kami bercanda.” Kata Jongin santai, “Sulli, kau benar-benar baik kan?” lanjutnya seraya melihat Sulli yang masih terlihat bingung.
“Tidak, aku hanya –hmmm... Kenapa aku bisa ada disana tadi?” Sulli menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
***

 

                “Kau akhir-akhir ini sangat aneh Sulli, sedang ada masalah?” tanya Jiyoung ketika anak-anak sibuk berkemas setelah kelas berakhir.
                “Tidak, mungkin aku hanya terlalu lelah saja. Hongbin sunbae sangat, errr.. entahlah, dia benar-benar membuat badanku hancur!” katanya seraya memasukkan bukunya asal ke dalam tas.
                “Pulang atau masih ada acara?” tanya Jongin yang sudah berdiri di dekat mereka, tapi keduanya tidak ada yang menjawab, “WOI KALIAN BERDUA!”
                “Aiisshh!”
                “Kau tanya apa tadi?” Jiyoung balik tanya.
                “Kalian langsung pulang?” ulang Jongin dengan pelan.
                “Tidak, tentu saja tidak. Hongbin sunbae sudah menungguku, aku duluan ya.” Sulli segera keluar kelas, terlihat sangat terburu.
                “Hongbin itu belum ambil nilai apa? Kau sudah kan? –eh maksudku Jieun noona sudah kan?”
                “Jieun noona mengambil nilai minggu lalu.” Jiyoung mulai melangkah diikuti Jongin.
                “Taemin juga sudah, pasti Hongbin sangat bodoh. Kasihan Sulli, dia sampai jadi linglung gitu.” Jongin melingkarkan lengannya di pundak Jiyooung membuat suasana sedikit canggung untuk beberapa detik, sampai Jongin memberikan cengiran tolol dan mencairkan suasana.
                Drrrtttt… drrrrttttt…
                “Hallo?”
                “Jongin-ah, bisakah kau ke gedung B4 sekarang? Ambil formulirmu, kau harus segera mengisinya.” Suara Taemin terdengar, Jongin membuang nafas mengeluh sebelum akhirnya menjawab, “Aku kesana.” Dan segera menutupnya.
                “Kenapa?” tanya Jiyong penasaran.
                “Kau ikut aku ke gedung B4 mau? Aku harus mengambil sesuatu di Taemin.” Jiyoung hanya mengangguk. Gedung hobae masih ramai sore itu, tapi ketika mereka mulai masuk gedung B4, suasana sepi segera menyapa mereka.
                Gedung B4 tampak sepi sore itu, Jongin menarik Jiyoung agar lebih dekat dengannya. Mereka naik tangga menuju lantai dua, dan menuju ruangan yang ada disudut koridor. Jongin tetap menggegam tangan Jiyoung ketika dia menahannya.
                “Ikut masuk saja!” ajak Jongin tapi Jiyoung menatapnya ragu, perlahan dia menggeleng.
                “Aku akan menunggumu disini. Sekarang aku harus ke kamar mandi.” Jelas Jiyoung. Tentu saja Jongin menolaknya, tapi Jiyuong juga bersikukuh pada pilihannya tidak mau ikut masuk. Jiyoung tetap tidak mau sampai akhirnya Jongin menyerah, Jongin berpesan agar Jiyoung tidak pergi terlalu jauh.
                Jongin masuk ruangan setelah Jiyoung hilang di kelokan koridor. Jiyoung menuju kamar mandi di lantai sua, yang ada tulisan ‘sedang diperbaiki’ pada pintunya. Jiyoung segera turun melewati tangga dan pergi ke kamar mandi yang ada di lantai satu.
                Lantai satu terlihat sama sepinya seperti tadi dia datang bersama Jongin. Tanpa pikir panjang lagi Jiyoung segera masuk dan membasuh wajahnya di wastafel. Menyegarkan wajahnya dengan air, seraya bercermin untuk merapikan rambutnya.
                Jiyoung keluar tak lama setelah itu, tapi ada sesuatu yang mengganjal ketika dia keluar. Ada seseorang yang sedang memerhatikannya. Jiyoung tidak merasa mengenalnya, tapi dia tau orang itu bernama Hongbin, sunbaenya.
                Jiyoung merunduk ketika melewatinya, tersenyum tipis padanya sebagai tanda hormat. Berniat segera pergi darisana tanpa terlibat perbincangan dengan Hongbin, tapi siapa sangka langkah Jiyoung terhenti karena Hongbin memanggilnya.
                “Kang Jiyoung-ssi…” panggil Hongbin seraya tersenyum ramah.
                “Eh, ya? Lee Hongbin sunbaenim?”  balas Jiyoung ramah.
                “Kau sendirian? Biarkan aku mengantarmu. Kau tau kan, terlalu bahaya jika kau berkeliaran sendiri di gedung sepi seperti ini.” Hongbin tersenyum padanya, senyum yang tidak akan pernah Jiyoung lupakan.
                “Tidak, aku tidak sendiri. Aku akan kembali ke lantai dua, aku bersama temanku.” Jawab Jiyoung sopan, dia menunduk lagi pada Hongbin berniat untuk pergi.
                “Kalau begitu biarkan aku mengantarmu ke lantai dua.” Kata Hongbin masih terdengar ramah.
                “Tidak perlu sunbaenim, aku baik-baik saja. Terimakasih atas kebaikanmu, tapi aku bisa melakukannya sendiri.” Jawab Jiyoung sopan.
                “Aku akan mengantarmu!” Hongbin mendekati Jiyoung, meraih tangannya dan menuntunnya untuk berjalan.
                “Tidak perlu sunbae, terlalu merepotkan….”
                “Aku bilang aku akan mengantarmu!” kata Hongbin seraya menatap Jiyoung tajam, senyum ramah suddah hilang di wajahnya yang dingin. Kalimatnya juga tak lagi terdengar ramah, dingin.
                “Aku bilang aku akan mengantarmu! Kenapa kau tidak mau mendengarku?” tatapan Hongbin sungguh dingin, sangat berbeda dari beberapa detik sebelumnya.
                “Maaf sunbae bukan begitu maksudku…”
                “Aku bilang aku akan mengantarmu!” Hongbin tersenyum, senyumnya terliat begitu seram. Jiyoung merasa takut dengan perubahan perlakuan Hongbin sekarang. Ada sesuatu yang membuat Jiyoung berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan Hongbin sekarang.
                “Apa kau selalu tidak mendengar perkataan orang lain Jiyoung-ah?” tanya Hongbin, nadanya seperti Hongbin sedang berkata pada anak usia lima tahun.
                “Kau harus mendengarkanku, apa kau mengerti?” TANGAN Hongbin menyelipkan beberapa helai rambut Jiyoung di telinganya dan berhasil membuat Jiyoung bergidik ngeri.
                “Sunbae, sepertinya ada yang tidak beres dengan ini…”
                “Oh tentu tidak Jiyoung-ah…” Hongbin tersenyum miring, “Tidak ada yang salah denganku… dengan semua ini. Kau yang membuatku seperti ini.” Hongbin memegagang dagu Jiyoung dan dengan cepat Jiyoung menampisnya.
                “SUNBAE!” teriak Jiyoung kesal, Jiyoung sudah tidak memikirkan rasa takutnya akan sikap aneh Hongbin. Jiyoung tidak mau diperlakukan seperti ini.
                “Kenapa kau menepis tanganku? Apa kau tidak suka? Apa kau selalu seperti ini, Jiyoung-ah?” tanya Hongbin lembut dengan tatapan khawatir, namun detik berikutnya Hongbin tersenyum miring.
                “SUNBAE AKU TIDAK INGIN BERSIKAP TIDAK SOPAN PADAMU!” bentak Jiyoung.
                “Apa aku harus membungkam mulutmu agar kau berhenti berteriak, Jiyoung-ah?” Hongbin membungkam mulut Jiyoung, entah bagaimana Hongbin melakukannya tapi Jiyoung merasa sekujur tubuhnya kaku tidak bisa bergerak.
                “Wah sepertinya kau benar-benar psyko Hongbin-ssi!” sebuah pukulan keras mendarat di wajah Hongbin bersamaan dengan kalimat itu. Hongbin terhuyung beberapa langkah ke belakang sembari menahan sakit di wajahnya. Setelah Hongbin melepas Jiyoung, Jiyoung merasa badannya bisa di gerakkan lagi.
                “Seharusnya aku mendengarkan Sungjae dengan baik, semua yang dikatakannya tentangmu sepertinya benar!” Sehun kesetanan menendangi Hongbin yang tersugkur di lantai.
                “Sehun-ah, hei, sudah!” kata Jiyoung mencoba menyadarkan Sehun dan sudah dipastikan hasilnya nihil.
                “Oh Sehun apa yang kau lakukan?” Krystal berteriak seraya berlari ke arah Sehun dan menariknya agar menjauh dari Hongbin.
                “Kau kenapa?” Jongin yang ada di belakangnya ikut bertannya, sedikit heran memandang pemandangan itu, apalagi melihat ekspresi Jyioung yang menunjukkan sesuatu yang tidak baik.
                “Dia orang yang selama ini ganggu pacarmu!!!” kata Sehun keras pada Jongin. Setelah dua detik berlalu Jongin baru bisa mencerna kalimat Sehun, bukan mencoba untuk melrang Sehun memukul Hongbin, sekarang Jongin justru memukul Hongbin penuh dendam.
                “Hei bukan begini caranya, kalian berdua anak bodoh!” bentak Krystal, Jiyoung menarik Jongin menjauh dari jangkauan untuk kembali memukul Hongbin.
                “Sekarang kau membelanya?” tanya Sehun ketus pada Krystal.
                “Bukan begitu maksudku Oh Sehun. Tapi caramu salah!” kata Krystal mencoba tidak emosi pada nada Sehun, Krystal berusaha sebaik mungkin untuk tidak mulai berteriak.
                “Kau menuduh orang lain untuk membantu Hongbin ini?” Jongin terlihat kesal, matanya menatapKrystal tajam.
                “Kenapa kau menyalahkanku?” Krystal mulai berkaca-kaca mendapat perlakuan tidak adil dari Sehun dan Jongin.
                “Apa kalian tidak bisa menurunkan nada bicara kalian?” kali ini Jiyoung bicara dengan serius, “Krystal….”
                “Terserah kalian saja…” Krystal berlari keluar gedung tanpa menoleh sekalipun, mereka bisa melihat Krystal menangis saat itu.
                “Krystal! KRYSTAL!” teriak Jiyoung mengikuti Krystal. Jongin dan Sehun saling pandang, seakan bertanya apa salah kita? Kenapa dia menangis?
                “Woi ada apa ini? Eh Hongbin, apa yang kalian berdua lakukan pada Hongbin?” tanya Taemin yang tiba-tiba muncul, begitu kaget melihat hongbin tersungkur di lantai dengan wajah penuh darah dan luka.
***
                Berita tentang tertangkapnya Hongbin menyebar dengan cepat, banyak anak yang membiarakannya dimanapun dan kapanpun. P team dan LP team dibuat sibuk dengan ini, terutama P team yang sedang bersiap-siap untuk ujian harus direpotkan dengan kasus ini. Sepertinya sekolah tidak ingin mereka lulus cepat.
                Krystal dan Sungjae membantu banyak akan kasus ini, mengingat keduanya sudah mengikuti beberapa orang yang mereka curigai sebagai peneror Jiyoung. Taemin juga ikut membantu, tapi tidak sebaik Sungjae karena Taemin berhenti mengikuti Krystal menjadi detektif versi mereka sendiri ketika dia mendapat banyak tugas.
                P dan LP team sangat berterimakasih atas kegigihan Krystal dan analisa luar biasa yang dimiliki Sungjae. Seperti yang diketahui, Sungjaelah yang mulai mencurigai Hongbin sebagai penyerang Jiyoung. “Dulu dia kakak kelasku di SMA, dan aku tau dia bisa hipnotis sejak SMA. Hmm.. dan yah, dari dulu dia memang tidak punya banyak teman dan sedikit psyko..” jelas Sungjae jika ada yang bertanya tentang Hongbin.
                “Urus saja sendiri masalahmu, jangan ikut campur urusan orang lain!” begitulah jawab Krystal jika ada yang bertanya padanya.

                “Jadi penyerangan pertama, kau menghipnotis Bae Suzy untuk melempar batu pada Kang Jiyoung?”
                “Ya…”
                “Kau juga menghipnotis Choi Sulli untuk melaksanakan aksimu? Wah, kau benar-benar psyko!” Baekhyun hanya bisa ternganga melihat pengakuan Hongbin. Hongbin menjawab semuanya dengan jujur dan mudah, seakan yang dilakukannya bukan merupakan masalah besar.
                “Aku tidak tau apa yang akan dilakukan sekolah padamu. Jujur saja, kau membuatku takut.” Minah bergidik seraya memandang Hongbin.
***
                “Itu sebabnya kau jadi linglung setiap kali selesai bertemu Hongbin.” Jelas Krystal. Sulli tidak berhenti minta maaf pada Jiyoung, meskipun berulang kali pula Jiyoung bilang bahwa ini bukan salahnya.
                “Lalu bagaimana dengan Jongin?” tanya Sulli tiba-tiba.
                “Eh?”
                “Dia orang tidak waras, Hongbin harus ke UGD gara-gara Jongin, err Sehun juga. Dua anak sinting itu.” gumam Krystal kesal.
                “Kau masih marah pada mereka?” tanya Jiyoung, Krystal hanya membuang muka.
                “Mereka tidak pernah menganggapku. Mereka dua anak laki-laki paling brengsek yang pernah kutemui, mereka tidak punya perasaan.!” Kata Krystal penuh penekanan.
                “Kau bilang begitu, pacarnya ada di sebelahmu!” tuduh Sulli seraya menunjuk Jiyoung dengan dagu.
                “Jiyoung pasti sudah menerima kenyataan kalau pacarnya itu brengsek!” kata Krystal kesal.
                “Hei aku bukan pacarnya…” elak Jiyoung.
                “Kalau begitu calon pacarmu, Kim Jongin itu!”
                “Kalau lagi kesal sama Sehun jangan bawa-bawa aku dong!” tiba-tiba Jongin sudah berada disana dengan wajah tanpa dosa.
                “Hei kau muka tembok!” kata Krystal keras tepat di depan wajah Jongin.
                “Terimakasih pujiannya Jung.” Jawab Jongin seraya cengengesan.
                “Kau tidak sedang dipuji.” Celetuk Jiyoung seperti tamparan untuk Jongin, Krystal terkikik senang.
                “Wah, sepertinya Jiyoung tidak membelamu Jongin.” Sulli tertawa bersama Krystal.
                “Jung Soojoong yang lebih dikenal dengan nama Krystal!” kata Jongin seraya menghela nafas dan menatap kearah Krystal, “Aku minta tolong padamu, berhenti mencuci otak Jiyoung dan menyebutku BRENG-SEK!”
                “Kenyataannya kau memang seorang BRENG-SEK SE-JA-TI!” balas Krystal tanpa rasa takut. “Jiyoung-Sulli, ayo pergi! Aku tidak tahan dengan orang ini.” Krystal memberi isyarat pada Jiyoung dan Sulli untuk mengikutinya pergi. Dan kenyataannya, keduanya mengikuti Krystal dan meninggalkan Jongin.
                Jongin mengikuti tiga gadis itu dengan diam, memikirkan kenapa Krystal bisa begitu marah padanya dan Sehun. Jika marah pada Sehun itu wajar, karena ketidakpekaan Sehun pada perasaan Krystal tapi kalau padanya? Jongin merasa tidak pantas mendapat marah Krystal, apalagi sekarang Jiyoung ikut ketus padanya. Sebenarnya apa yang sudah Krystal bicarakan pada Jiyoung? Oh bahkan Jongin tidak punya reputasi buruk selama ini.
                “Cewek sinting!” Sehun datang dari arah berlawanan, jelas siapa yang dia panggil menggunakan panggilan itu. Krystal kembali marah karena Sehun memanggilnya seperti itu, tentu saja Krystal memilih untuk bicara lebih keras pada Jiyoung dan Sulli tanpa memerhatikan Sehun yang memandangnya ngeri.
                “Wah sinting beneran nih Soojoong!”
                Plak!!!
                “What?”
                “WOI!!!”
                “Krystal!!!”
                “Jung, keren banget kau bisa nampar Sehun!”
                Sehun memegang pipinya yang panas dengan satu tangannya seraya menatap Krystal tajam. Mata Krystal berapi-api ingin mencincang Sehun seharus mungkin, sedang Sehun menatapnya dalam –meremehkan?
                “Kenapa?” satu kata keluar dari mulut Sehun seperti balok es, tidak pernah mereka melihat Sehun sedingin ini.
                “Bodoh!” kata Krystal kesal, segera dia berlari dan sebelumnya Sehun bisa melihat Krystal meneteskan airmata.
                “Mau dapet kali ya, sensi banget si sinting!” celetuk Sehun enteng.
                “Aku ini temanmu dari kecil, tidak pernah aku melihatmu sebodoh ini Sehun-ah.” Kata Jongin. Keduanya masih belum berbaikan sejak insiden malam inagurasi. Dan sepertinya ini pertama kalinya Jongin dan Sehun kembali saling tatap.
                “Oh, kau juga dapat siklus bulanan sekarang? Kaya Krystal, sensi.” Kata Sehun kembali dingin.
                “Sehun-ah, kau benar-benar tidak tau atau hanya pura-pura tidak tau sih?” Sulli ikut kesal karena kebodohan Sehun. Sesulit itukah menyadari bahwa Krystal menyukainya?
                “Kalian dapat siklus bulanan bersamaan ya? Kompak banget sensinya?”
                “Sehun tolong serius.” Jiyoung ikut buka mulut.
                “Iya, aku serius padamu!”
                Eh?
                “Jangan mulai deh!” sahut Jongin dengan suara rendahnya.
                “Siapa yang mulai?” tanya Sehun dengan nada yang meninggi.
                “Kalian kenapa sih?” Jiyoung takut dua orang di depannya ini perang.
                “Aduh udah deh, mending kita cari Krystal. Gak lucu kan kalo kita besok dengar berita Krystal bunuh diri.” Sulli mendorong Sehun dan segera menariknya untuk menjauh darisana.
                Jiyoung hendak mengikuti Sulli dan Sehun yang sudah jauh ketika Jongin menahannya. Jiyoung tidak punya niatan untuk benar-benar melepas diri dari Jongin. Oh ayolah, kalian tau Jiyoung sudah lama menaruh hati pada Jongin. Dan kalian tau betapa senangnya Jiyoung ketika Jongin menatapnya dengan tatapan dalam penuh makna, yang sampai sekarang masih belum bisa Jiyoung artikan.
                “AYO!” kata itu yang keluar  dari mulut Jiyoung untuk mengatasi jantungnya yang memaksa untuk melompat keluar. “Krystal, kau tidak ingi dengar berita bunuh diri Krystal kan?”
                “Pilih mana, berita bunuh diri Krystal atau berita bunuh diri Jongin?”
                “Eh?”
                “Kang Jiyoung kau benar-benar membuatku ingin bunuh diri.” Kata Jongin seraya tersenyum tipis.
                “Silahkan saja bunuh diri, dunia ini jadi lebih tenang tanpa pembuat masalah sepertimu.” Jawab Jiyoung cool, atau lebih tepatnya berusaha untuk terlihat dan terdengar cool.
                “Kau yakin akan baik-baik saja tanpa pembuat masalah yang sedang berdiri di depanmu ini?” Jongin mengangkat sebelah alisnya.
                “Ten…tentu saja…” oke, sekarang Jiyoung sudah mulai keringat dingin. Jiyoung sudah tidak mampu untukmenatap langsung mata Jongin. Otaknya sudah mulai bekerja dengan kacau, dan Jiyoung tidak bisa berdiri diam.
                “Jiyoung aku harap pendengaranmu masih baik sehingga aku tidak perlu mengulangnya, tolong dengarkan aku –yang ini serius!” entah ada angin dari mana, sepertinya syndrome yang dialami Jiyoung beralih pada Jongin. Sekarang Jongin terlihat lebih pucat dari beberapa detik lalu, dan Jongin lebih sering mengacak rambutnya sekaran –mungkin sekitar satu kali tiap tiga detik.
                “Maaf Jiyoung, tapi apa perlu kau membersihkan telingamu dulu? Supaya aku tidak perlu mengulang….”
                “Aku-tidak-tuli-Kim-Jongin!” kata Jiyoung penuh penekanan.
                “Oh ya tentu saja, tentu kau tidak tuli. Siapa yang bilang begitu?” jawab Jongin sambil tertawa garing. Bahkan Jongin sempat mengumpat kepada dirinya sendiri.
                “Oke oke, aku akan bilang sekarang, tolong jangan potong ucapanku, atau bertanya sebelum aku yakin aku sudah mengatakan semuanya.” Jongin merapikan bagian depan jaketnya, melirik ke mata Jiyoung sekilas, sampai akhirnya mengehmbuskan nafas berat.
                “Seharusnya ini lebih manis atau lebih berkesan, tapi aku sudah tidak tahan untuk memberitahumu. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, Sehun marah padaku, Krystal menyukai Sehun tapi Sehun tolol tidak menyadari itu –padahal Krystal sangat terlihat menyukainya –dan Sehun menyukaimu. Lalu aku juga menyukaimu, dan aku ingin tau apa kau juga menyukaiku dan mau jadi pacarku. Aku tau ini sedikit konyol tapi tolong percayalah bahwa aku menyukaimu dari pertama kita bertemu –yang dulu itu, waktu di restoran, kupu-kupu, kau pasti ingat –dan jujur saja selama ini aku mencari tau apa kau benar-benar Jiyoung yang aku temui waktu aku masih kecil. Dan ternyata benar, kau orangnya. Dan .. err.. dan lebih kagetnya lagi, ternyata kau juga masih mengingat anak kecil yang berjanji memberi kupu-kupu padamu….” Jongin mengakhiri kalimat super panjang dan cepatnya.
                “Kau dengar kan?” tanya Jongin ragu ketika melihat Jiyoung hanya menatapnya dengan tatapan kosong. “Uoooh! Aku frustasi! Aku frustasi!” teriak Jongin ketika Jiyoung tak juga bicara. Dan untuk pertama kalinya Jiyoung melihat Jongin setolol ini.
                “Jiyoung… aku sudah bilang tak akan mengulanginya…”
                “Jiyoung, wah aku benar-benr ingin bunuh diri sekarang…”
                “Kau bisa diam tidak sih?” tanya Jiyoung setengah sadar.
                “Kalau kau bicara aku pasti diam.” Kata Jongin.
                “Aku harus bilang apa?” tanya Jiyoung, sama putus asanya seperti Jongin. Jiyoung menggigit bibir bawahnya seraya memandang Jongin yang sudah tidak berwarna lagi. Jiyoung tidak tau bahwa wajahnya lebih pucat dari Jongin.
                “Jawab saja.” Kata Jongin lebih pasrah dari sebelumnya.
                “Aku harus bagaimana…” rengek Jiyoung pelan.
                “WOI! Tidak bisakah kalian akhiri drama kalian ini?” seseorang tiba-tiba muncul entah darimana. Senyum jahilnya sangat terlihat di bibir tipisnya. “Berhenti merengek dan jawab dia, Kang Jiyoung.” Kata Taemin tegas.
                “Pergi! Jangan ganggu!” Jongin memperingatkan.
                “Aku membantumu bodoh!”
                “KEREMPENG!”
                “Oke oke, aku pergi. Drama kalian terlalu lama, membuat penonton beralih untuk menonton drama yang lain. Sepertinya drama Krystal dan Sehun lebih seru. Mungkin sekarang mereka berdua sudah berciuman di lapangan basket! HAHAHAHA” Taemin melambai seraya tertawa keras.
                Jiyoung menelan ludah dengan susah, kedatangan Taemin sama sekali tidak membantu. Apalagi Taemin menyangkut masalah ciuman, oh saat ini Jiyoung sudah kehabisan darah.
                “Jongin cepat, Taemin sudah pergi tuh!” rengek Jiyoung putus asa.
                “HA? Kau ingin aku cepat-cepat apa?” tanya Jongin dengan kedua mata yang membelalak.
                “Jangan mikir kotor!” bentak Jiyoung.
                “Ya ya ya, jadi bagaimana? Kau mau jadi pacarku atau tidak?” Jongin mendapat keberanian untuk mengatakannya, “Tolong jawab dengan cepat.”
                “Ya ya ya, aku mau.”
                “Cepet banget jawabnya?” Jongin mendongak.
                “Tadi bilang minta cepat!!!”

To be continued

A/N: Sorry for late update... TT
lagi banyak-banyaknya tugas. Dan ya, baru bisa update dan gimana?????
kkkk, Jongin udah bilang di part ini, cuma masih belum jelas gimana nasib Jongin sama Jiyoung nanti. Mungkin di next jadian, mungkin juga enggak. kkkk. Sehun Krystal juga kkkk....
Jangan lupa komentaranya.... XOXO

Komentar

  1. uhm, akhirnya update ya.. :D. konyol banget bagian jongin dan jiyoung di bagian akhir itu, bahkan menyatakan cinta pun jongin nggak bisa romantis. ahaha. jadi sebenernya dia udah suka jiyoung sejak awal, cuman dia sok cool aja. haha. duh krytal sehun, kegejeaan mereka masing-masing makin absurd tiap hari. jiyoung belum tentu sama jongin dan krystal belum tentu sama sehun nih? terus? mereka tukeran pasangan gitu? atau gimana? update soon yaah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah