Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 14

Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.




“KIM JONGIN!!!” bentak Jiyoung keras, membuat Jongin menatap Jiyoung penuh kecewa. “Dengarkan aku dulu!”
“Apa?” Jongin menatap mata Jiyoung dalam, “Jangan bilang kau masih menyukainya?”
“Ha?” Jiyoung tersontak kaget mendengar kalimat Jongin, bahkan Jiyoung tidak tau harus menjawab apa. “Apa kau bilang?”
“Benar kan?” Jongin menatap Jiyoung begitu tajam, Jiyoung berpikir Jongin pasti sudah gila karena menuduhnya seperti itu.
“Jongin dengar…”
“Terserah kau saja Jing!” Jongin memutus kalimat Jiyoung. Jiyoung hanya memandangnya tidak percaya, Jongin masih memperlihatkan ekspresi marahnya. Bahkan Jiyoung bisa mendengar Jongin mengumpat pelan.
“Aku pulang!” kata Jiyoung akhirnya, baru selangkah Jiyong berjalan Jongin menahannya.
“Tunggu Sehun dulu!” kata Jongin dingin.
“Aku pulang sendiri!” kata Jiyoung kesal, suaranya sedikit bergetar karena menahan tangis.
“Aku akan mengantarmu!” Jongin menarik pergelangan tangan Jiyoung dan mengajaknya untuk pergi dari sana menuju ruang rapat dimana Sehun masih disana.
Jongin dan Jiyoung sempat berpapasan dengan Chanyeol yang hendak masuk dalam mobil Baekhyun. Jiyoung sempat memandang Chanyeol dan meminta maaf tanpa suara yang di jawab anggukan oleh Chanyeol. Jongin yang mengetahui itu menyeringai kesal, menarik Jiyoung agar lebih dekat dengannya dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Tidak ada yang bersuara sampai mereka sampai di ruang rapat, hanya terdengar langkah mereka yang bergema di koridor dan deru nafas Jongin yang cepat menahan marah. Jongin membuka pintu dengan keras bahkan terdengar seperti di banting. Membuat beberapa orang yang ada di dalam menghentikan kegiatan mereka untuk melihat ke arah pintu.
“Maaf!” kata Jongin singkat. Sehun dan Taemin bisa melihat ada yang sedang tak beres dengan Jongin dan Jiyoung. Apalagi sekarang Jongin duduk di salah satu kursi dan membiarkan Jiyoung yang terlihat menahan tangis berdiri di dekat pintu.
“Hei duduk sini! Sampai kapan kau berdiri disana?” tanya Sehun dengan nada memerintah.
“Sebentar lagi selesai kok, kalian bisa pulang.” Taemin menambahkan, namun Jiyoung tidak bergerak bahkan sepertinya Jiyoung tidak mendengar mereka.
“Duduk sini Kang Jiyoung!” Suho yang paling dekat dengan Jiyoung mendorong kursi padanya, Suho tersenyum seolah meyakinkan bahwa kursi itu tidak akan membuatnya jatuh ketika ia mendudukinya.
“Terima kasih, sunbaenim.” Kata Jiyoung sambil memaksakan senyum, Suho membalas senyumnya kemudian kembali konsentrasi dengan tumpukan dokumen di depannya.
“Jiyoung, minum ini selagi hangat.” Jieun memberinya teh hangat dan Jiyoung langsung meminum tehnya untuk sekedar membuat perutnya hangat. Jiyoung melirik ke tempat Jongin duduk, hatinya mencelos melihat Jongin sedang memerhatikannya dengan tatapan yang membunuh.
Cepat-cepat Jiyoung mengalihkan perhatiannya pada Jieun yang sedang mengobrol dengan Suho, Jiyoung yang duduk di dekat mereka pura-pura ikut dalam pembicaraan, bahkan Jiyoung ikut membaca kertas yang sedang Jieun tunjukkan pada Suho.
Di ruangan itu hanya ada Suho, Jieun, Taemin, Sehun, Jongin dan dirinya sendiri. Jiyoung mulai berdoa agar apapun yang di kerjakan Sehun segera selesai sehingga dia bisa cepat pulang dan menangis sepuasnya di kamar. Diam-diam Jiyoung memberi isyarat pada Sehun agar menghampirinya. Awalnya Sehun menatapnya ogah, memberi ekspresi seakan Jiyoung adalah makhluk yang paling membuat Sehun enggan mendekat. Tapi karena melihat ekspresi serius Jiyoung, akhirnya Sehun mengalah dan menghampirinya.
“Kenapa sih?” tanya Sehun penasaran, Jiyoung memerhatikan Jongin yang sekarang sedang mengobrol dengan Taemin, merasa situasinya aman, Jiyoung berkata pelan pada Sehun.
“Ayo cepat pulang, aku sudah tidak tahan disini.” Rengek Jiyoung. Tapi bukan rengek manja yang Jiyoung lakukan barusan, melainkan permohonan yang kelihatannya datang dari lubuk hatinya yang paling dalam. Sehun mengernyit, menatap Jiyoung kemudian beralih melihat Jongin. Kemudian Sehun mengangguk mengerti.
“Habis diapain sama Jongin?” tanya Sehun terlihat lebih serius.
“Bukan itu…” Jiyoung mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
“Tengkar ya?” Sehun to the point membuat Jiyoung bungkam dan menunduk, “Astaga, kalian berdua mengerikan!” sambung Sehun seraya sekilasmenoleh pada Jongin. Sehun mengambil tasnya yang tergeletak di lantai bawah meja, kemudian melihat pantulan dirinya pada kaca jendela merapikan rambutnya.
“Mau kemana?” tanya Taemin yang masih menata dokumen ke dalam lemari.
“Pulanglah!” jawab Sehun sengak.
“Hyung aku dan Jongin pulang dulu ya!” kata Sehun pada Suho yang langsung mengangkat kepalanya sambil tersenyum.
“Ya ya, terima kasih ya bantuannya.” Kata Suho ramah. Jiyoung tidak pernah tau bahwa Suho seramah dan sebaik itu. Karena selama ini dia hanya tau sisi wibawa dari Suho sebagai wakil ketua.
“Noona kita pulang ya!” pamit Sehun pada Jieun, Jongin mengawasi Sehun dengan penuh tanya.
“Woi, aku kan bilang aku  mau nebeng. Aku tidak bawa mobil!” Taemin buru-buru menutup lemari.
“Kita pulang sekarang, kalau ingin nebeng ya ayo!” jawab Sehun seakan dia pemilik mobil itu. Kenyataannya pemilik mobil masih duduk dengan manis seraya menatap Sehun heran.
“Jongin aja masih belum mau pulang.” Protes Taemin, sekarang dia memasukkan barang-barang ke dalam tasnya dengan asal.
“Hei kkamjong ayo pulang!” Sehun menyadarkan Jongin yang sekarang mulai bangkit. Jongin masih diam dengan ekspresi dinginnya, bahkan Jiyoung bisa sulit tidur malam ini karena dihantui tatapan Jongin itu.
“Balik dulu ya, Taemin!” suara Jongin terdengar sangat dingin, Taemin yang mengetahui temannya itu tidak akan menunggunya seraya berpamitan pada SUho dan Jieun yang masih bertahan disana.
Sepanjang jalan menuju mobil Jongin Taemin tidak berhenti bicara, tentang bagaimana sibuknya dia, mengeluh dia akan lebih sering pulang malam, sepertinya Taemin tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres disana. Seperti Jongin yang tidak menghiraukannya dan teus berjalan cepat, Jiyoung yang sedari tadi berjalan dengan kepala tertundu dan Sehun yang hanya membalas ucapannya sesekali.
“Kau yang nyetir ya!” Jongin melempar kunci mobilnya dan berhasil ditangkap dengan keren oleh Taemin.
“Yah…” keluh Taemin sesaat dan segera duduk di kursi kemudi. Jongin memilih untuk duduk di belakang, Sehun secara otomatis duduk di bangku depan sedang Jiyoung sekarang berdiri terpaku di depan mobil.
“Hei ayo!” Sehun menyuruhnya untuk segera masuk dan Jiyoung menatapnya dengan ragu.
“Cepat masuk!” Jongin membuka pintu untuk Jiyoung, meskipun nadanya tidak sehangat biasanya tapi setidaknya Jongin menunjukkan kalau dia masih peduli. Jiyoung segera masuk sebelum Jongin menyuruhnya untuk kedua kali.
Mobil mulai melaju, Taemin sudah bilang pada mereka kala dia sedikit ngantuk sehingga memilih untuk mengendarai mobil dengan pelan saja. Awalnya Sehun sempat protes dan bilang kalau dia ingin cepat sampai rumah, tapi akhirnya menyerah karena Jongin bilang dia tidak mau mati karena Taemin menabrak sesuatu. Setelah itu tidak ada yang bicara, hanya menyisakan Sehun yang sibuk dengan ponselnya.
“Ehem-ehem…” Taemin pura-pura batuk, “Kayanya ada yang lagi bertengkar nih!” celetuk Taemin santai jiyoung mendongak dan sekilas mata Jiyoung dan Taemin bertemu ketik ajIyoung melihat kaca spion depan, Taemin menatapnya dengan jail.
“Ini anak pengen bikin Jongin ngamuk!” tuduh Sehun tapi Taemin justru semakin menyeringai lebar.
“Makanya hawanya dari tadi aneh. Pasangan baru kok diem-dieman!”
Plak!
“Ouch!”
Jongin menampar pipi Taemin dengan kuat, berhasil membuat bekas merah pada pipi Taemin. Sehun tertawa terbahak-bahak melihat tangan kiri Taemin mengelus pipinya sambil meringis kesakitan.
“Sejak kapan sih kau jadi cerewet begini?” tanya Jongin sangsi, “Kebanyakan kumpul sama Krystal!”
Jiyoung melirik Jongin yang tepat ada di sebelahnya, untuk pertama kalinya Jiyoung merasa risih dengan kelakuan Jongin. Memang sudah biasa di antara Jongin, Sehun dan Taemin untuk saling melayangkan pukulan, tapi entah darimana datangnya perasaan itu, Jiyoung mulai tidak suka. Atau mungkin karena beberapa waktu yang lalu Jongin sudah melayangkan pukulan pada Chanyeol? Ya, mungkin saja.
Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai di depan rumah Jiyoung, lampu ruang tamu rumah Jiyoung masih menyala menandakan kedatangannya masih di tunggu. Jiyoung membuang nafas panjang seraya bergegas membuka pintu mobil untuk segera keluar. Jongin hanya  memerhatikannya dalam diam, sampai kaki Jiyoung mendarat di tanah pun tidak ada yang buka mulut terlebih dulu.
“Terima kasih ya!” kata Jiyoung akhirnya tanpa benar-benar memandang Jongin yang masih sibuk menatapnya dengan tajam.
“Kembali Jiyoung. Sampai ketemu besok ya!” Taemin dan Sehun membalasnya kelewat ceria.
“Jongin-ah aku masuk dulu ya!” Jiyoung mencoba bersikap sebiasa mungkin, Jongin hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Jiyoung. Jiyoung yang sudah tidak tahan segera membuka pagar rumahnya dan masuk tanpa sekalipun melihat kea rah mobil Jongin. Tidak peduli kapan mobil itu akan bergerak untuk pergi dari depan rumahnya. Jiyoung tidak peduli!
Ibunya sedang menonton tv ketika Jiyoung masuk rumah, tatapannya ibunya seakan bertanya apa yang membuat Jiyoung hingga larut. Jiyoung berkata, “Baru selesai rapat omma!” kemudian segera masuk kamar dan menguncinya.
Jiyoung memutuskan mandi untuk sekedar membuat badannya segar, berharap air juga membasuh semua rasa jengkelnya terhadap Jongin. Tapi masalahnya rasa jengkel bertambah dua kali lipat karena Jiyoung terus memikirkannya. Sebenarnya Jiyoung memutuskan untuk segera tidur, tapi ponselnya berbunyi dan terdapat nama Krystal pada layarnya.
“Hallo?”
“Hei, kata Sehun kau tengkar sama Jongin ya?” tanya Krystal to the point.
“Pacarmu itu ember juga ya!” Jiyoung mendengus kesal.
“Jangan ngatain Sehun gitu dong! Lagipula tengkar karena apa sih?” Krystal bertanya dengan sabar. Jiyoung mengambil nafas dalam kemudian mulai menceritakan kronologi awal pertengkarannya dengan Jongin. Bahwa kejadian itu terjadi ketika Krystal sudah di jemput tadi.
“Yaelah gara-gara Chanyeol doang!” nada Krystal terdengar menuduh bahwa masalahnya hanya sepele, “Tapi itu tanda cinta kali ya Jing, maksudnya Jongin itu gak mau kalau kau dekat-dekat sama cowok lain. Apalagi itu Chanyeol yang punya sejarah pernah dekat denganmu!” Krystal menekankan pada kalimat terakhir.
“Tapi gak perlu main pukul juga kan! Kalau sama Sehun atau Taemin sih aku gak masalah, apalagi mereka juga sudah berteman dekat. Masalahnya ini Chanyeol sunbae! Lagipula dia juga bukan siapa-siapaku.” Jiyoung terdengar kesal, bahkan nada suara terdengar lebih tinggi.
“Wajar Jing, Jongin cuma cemburu. Tandanya dia benar-benar sayang padamu!”
“Tapi bukan begitu caranya, Jung. Gimanapun juga Jongin gak bisa main pukul seenak hatinya gitu!”
“Jing, boleh aku tanya?”
“Apa?”
“Kau tidak sedang membela Chanyeol oppa karena kau masih menyukainya kan?” suara Krystal terdengar seperti curiga dan khawatir.
“Sudahlah, aku benar-benar kesal membahas masalah ini!” Jiyoung segera memutus percakapan mereka. Melempar ponselnya sembarangan di atas tempat tidur dan menghempaskan dirinya.
***
Kelas sangat ramai karena beberapa anak saling bercerita dengan hebohya tentang anggota dewan yang akan menjadi panitia penyambutan hobae. Tentu saja nama-nama yang sudah terterang di madding menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Terutama untuk LP Team, dimana ada dua pasangan baru yang menjadi anggotanya. Semua membicarakan Jongin, Jiyoung, Krystal dan Sehun.
Beberapa anak berseru setuju untuk terpilihnya anggota LP Team, kecuali Jiyoung, banyak dari mereka menganggap Jiyoung kurang pas diletakkan di LP Team. Banyak rumor yang beredar Jiyoung bisa di tempatkan disana karena Chanyeol, siapa yang tidak tau Chanyeol? Anggota LP Team tahun lalu yang berhasil menangkap separuh dari pelanggaran hobae.
Jiyoung sedang bersama Sulli pagi itu seperti biasanya, Jiyoung terlihat bercerita dan Sulli menyimaknya dengan seksama. Urusannya dengan Jongin belum selesai, bahkan Jongin masih belum menunjukkan batang hidungnya padahal kelas sudah hampir mulai.
“Kau lihat kan, sampai sekrang dia masih belum muncul!” Jiyoung mengakhiri ceritanya seraya mendengus kesal.
“Tapi aku lihat tadi Sehun sudah datang. Biasanya mereka kan berangkat bersama.”Sulli terlihat memerhatikan pintu kelas, tidak ada tanda-tanda Jongin akan muncul darisana.
“Palingan juga numpang di kelas Sehun!” ungkap Jiyoung.
“Ssttt, tuh dia datang!” Sulli menendang kaki Jiyoung seraya berbisik. Rambutnya yang dibiarkan berantakan dengan sengaja, tas yang menggantung di satu lengannya dan seragam yang jauh dari kata rapi, Jongin masuk kelas tanpa melirik pada Jiyoung.
Jongin terlihat sibuk di bangkunya, kemudian mengeluarkan buku dan membacanya dengan cepat sebelum dia berjalan ke depan kelas. Jiyoung terus memerhatikan sikap Jongin yang tidak biasa itu.
“Hari ini Lee songsaenim tidak bisa datang, kita di suruh mengikuti pengambilan nilai para sunbae di aula besar. Dan setiap anak wajib mengumpulkan laporan dari apa yang kalian lihat nanti, lalu kita harus membuat rencana perform untuk dua minggu lagi.” Kata Jongin cepat, beberapa anak terlihat senang karena mereka bisa melihat penampilan para sunbae.
“AULA BESAR SEKARANG!” seru Jongin, teman-temannya bergegas untuk menuju aula besar. Begitu pula dengan Jiyoung dan Sulli, keduanya segera keluar kelas menuju aula besar.
“Kau lihat kan bagaimana sikapnya?” keluh Jiyoung ketika dia dan Sulli duduk di salah satu bangku penonton di aula besar. Aula besar sudah di sulap menjadi lebih gelap pagi itu, mereka bisa melihat sebuah tirai besar terbentang di depan. Menebak-nebak apa yang telah disiapkan di balik tirai itu, dan mulai berpikir apa yang mereka lakukan jika sudah waktunya untuk pengambilan nilai.
“Wajar Jing, Jongin cuma cemburu. Mungkin dia makin kesal karena kau tidak berusaha meghubunginya.” Jelas Sulli sabar. Jiyoung hanya memutar bola matanya, semua orang membela Jongin.
“Tapi masalahnya apa perlu dia cemburu sampai seperti itu?”
“Kang Jiyoung, Jongin itu benar-benar saying padamu. Mana mau dia kalau pacarnya dekat-dekat dengan orang yang pernah dekat dengannya. Intinya, hanya dengan melihat Chanyeol saja mungkin bisa membuat Jongin kesal. Apalagi kalau Chanyeol bersamamu!” Sulli bicara pelan, berusaha agar teman-temannya tidak mendengar apa yang dia bicarakan.
“Tapi tetap saja…..”
“Tanda tangan cepet! Keburu berebut sama yang lain!” kalimat Jiyoung terpotong karena Jongin sedang menyodorkan daftar nama pada Jiyoung. Entah kapan datangnya, yang pasti Jongin sedang berdiri di sampingnya saat itu. Jiyoung segera mengambilnya dan menorehkan tanda tangannya dengan cepat. Sulli langsung menariknya begitu Jiyoung selesai, dan membubuhkan tanda tangannya sendiri disana.
Jongin masih berdiri disana, memerhatikan Jiyoung yang tampak bingung karena ada Jongin disana. Apalagi dia sedang membicarakan Jongin tadi, apa mungkin Jongin mendengar apa yang dia bicarakan dengan Sulli.
“Kau duduk dimana?” tanya Jiyoung akhirnya, bagaimanapun juga sebenarnya Jiyoung sudah tidak sanggup untuk tidak bicara dengan Jongin.
“Di belakang sama anak-anak.” Jawab Jongin santai, “Woi Sulli, cepetan dong!” sambung Jongin kemudian, membuat Jiyoung sedikit kecewa dengan sikapnya.
“Sabar dong!” Sulli mengembalikan daftar nama itu, Jongin segera mengambilnya kemudian beranjak ke bangku paling depan, mencari teman sekelasnya. Jiyoung terus memerhatikan Jongin yang menyerahkan daftar nama pada temannya dan meminta mereka untuk tanda tangan disana.
“Kalau sudah kasih yang lain ya! Aku duduk di belakang!” kata Jongin pada seorang gadis, kemudian Jongin kembali pada tempat duduknya di belakang. Jujur saja Jiyoung ingin menarik Jongin agar dia duduk disampingnya!
“Gak ada salahnya kok kalau kau minta maaf dulu.” Bisik Sulli.
“Tapi kan sikapnya itu….”
“Kalian bisa bicarakan itu nanti!” kata Sulli kemudian, Jiyoung hendak menjawab lagi tapi kemudian acara sudah di mulai dan mereka konsentrasi untuk melihat penampilan para sunbae dan mulai menulis di buku catatan mereka.

“Aku tunggu di kantin ya, au lapar Jing. Nanti kau nyusul ya!” Sulli menyerahkan tugasnya pada Jiyoung dan meghilang bersama anak lain yang berebut ke kantin. Jiyoung berdiri tak jauh dari Jongin yang menerima tugas teman-temannya. Sesekali Jongin mengumpat jika ada yang menginjak kakinya, orang waras pasti tau kalau Jongin sangat kerepotan.
Setelah gerombolan yang mengelilingi Jongin berkurang, Jiyoung menghampirinya. Jongin terlihat kaget karena Jiyoung berdiri didepannya dengan dua buku di tangannya.
“Sini-sini, biar aku kumpulin!” Jongin memberi isyarat agar Jiyoung menaruh bukunya di tumpukan buku yang dia peluk. Tapi Jiyoung malah mengambil seperempat buku yang Jongin bawa.
“Biar aku bantu!” Jiyoung berjalan mendahului menuju gedung para dosen.
Keduanya tidak ada yang bicara sampai mereka keluar dari gedung dosen. Jongin baru membuka mulut ketika sadar kemana mereka akan pergi setelah itu.
“Mau kembali ke kelas atau ke kantin?” tanya Jongin akhirnya.
“Kantin, Sulli udah nunggu disana.” Jawab Jiyoung seraya sekilas melirik pada Jongin. Karena Jongin tidak membalas setelah itu Jiyoung kembali membuka mulut, “Kau sendiri kemana?”
“Sama, kantin juga.” Jongin terdengar sangat cuek. Demi Tuhan Jiyoung ingin mencekik Jongin, sampai kapan Jongin akan bersikap seperti itu padanya?
“Kim Jongin!” seru Jiyoung sambil menghentikan langkahnya.
“Kenapa?” Jongin menoleh melihat Jiyoung ada di belakangnya dan berhenti berjalan.
“Bisa kan berhenti bersikap seperti itu?” suara Jiyoung terdengar sedikit bergetar, antara menahan marah dan menangis. Jongin membuang nafas panjang melihat Jiyoung seperti itu.
“Ayo jalan!” Jongin menatapnya penuh peringatan, tatapan matanya seakan berkata Hentikan!
“Aku benar-benar tidak ada apa-apa dengan Chanyeol sunbae! aku juga tidak menyukainya, jadi aku mohon berhentilah seperti ini!” kata Jiyoung cepat, matanya berair, giginya saling bergeretakan menahan tangis.
“Iya tau, ayo jalan aku lapar ini!” Jongin melambai agar Jiyoung mau berjalan. Tapi Jiyoung sama sekali tidak bergerak sesentipun.
“Tolong…” kata Jiyoung. Jongin yang tidak tega melihat Jiyoung seperti itu segera menarik tangan Jiyoung dan setengah menyeretnya agar mau jalan.
“Iya tau, maafkan aku.” Kata Jongin akhirnya membuat tangis Jiyoung tumpah, “Loh, kok malah nangis sih?” keluh Jongin. Jongin mengalungkan lengannya pada pundak Jiyoung, merasakan getaran tubuh Jiyoung karena menangis. Meskipun keduanya masih sama-sama kesal, tapi mereka benar-benar tidak tahan untuk berlama-lama saling bersikap dingin.
“Iya maaf, jangan nangis dong!” pinta Jongin seraya membersihkan airmata Jiyoung dengan ujung lengan jasnya. “Jangan dekat-dekat sama Chanyeol itu!” sambung Jongin penuh penekanan.
“Aku sudah bilang dia bukan siapa-siapa, dia cuma sunbae.” jelas Jiyoung sesenggukan. Jongin memeluknya sekilas kemudian kembali menggiring Jiyoung menuju kantin. Jiyoung cepat-cepat membersihkan airmatanya dan mencoba mendapatkan suaranya yang normal. Ketika mereka masuk kantin beberapa anak memerhatikan mereka dan saling berbisik. Dasar! Apa mereka tidak punya pekerjaan lain selain bergosip.
“Hei disini!!!” Krystal melambai pada mereka. Terlihat ada dua bangku kosong yang sengaja mereka siapkan untuk Jiyoung dan Jongin. Sehun memandang Jongin dan Jiyoung bergantian sebelum akhirnya dia tersenyum kecut.
“Sudah baikan ya? Dasar labil!” Sehun berkata ketika Jiyoung dan Jongin baru mendaratkan pantat mereka pada kursi.
“Diam kau!” sergah Jongin sambil memukul kepala Sehun pelan. Detik berikutnya Jongin yang mendapat pukulan dari Krystal, sepelan apapun Krystal harus tetap membalas karena Jongin sudah memukul pacarnya.
“Cuma bercanda Jung, kau mukul aku beneran!” protes Jongin sambil menggosok kepalanya yang sakit. Krystal menatap Jongin dengan jijik sebelum dia melanjutkan makan.
“Oh ya, nanti jam tiga kita rapat ya!” Sulli memberitahu mereka semua. Mungkin Minho baru saja mengirim pesan pada Sulli agar memberitahu teman-temannya jika nanti ada rapat.

Jongin, Sehun dan Sungjae sedang berdebat seru tentang peraturan-peraturan yang akan mereka buat untuk para hobae. Ketiganya tidak berhenti tertawa setiap kali selesai mengucapkan ide-ide konyol mereka. Krystal yang sedari tadi mendengarkan sesekali mengingatkan bahwa semua ide mereka akan ditolak.
Sampai akhirnya ruang rapat sunyi ketika Suho mulai bicara, hanya terdengar guman setuju dan gores pena selama Suho menjelaskan tentang progam kerjanya. Bae Suzy terlihat kurang setuju ketika Lee Jieun membagikan tugas para masing-masing team.
“Jujur saja kalau boleh aku usul, aku rasa ada benarnya juga kalau Kang Jiyoung kurang pantas untuk berada di LP Team.” Jelasnya setelah mengangkat tangan.
“Aku juga, aku rasa Kang Jiyoung kurang tepat. Bukankah dia lebih tepat di tempatkan pada Coordinator Hobae?” Kang Seulgi, gadis dengan wajah tak ramah itu ikut angkat bicara. Krystal sempat melotot padanya ketika pandangan mereka saling bertemu.
“Dia sudah fix menjadi anggota LP Team. Kenapa baru dipermasalahkan sekarang?” Chanyeol berkata membuat Jongin tersenyum kecut karena pembelaannya.
“Lagipula tidak ada criteria khusus untuk menjadi LP Team kan? Kurasa Jiyoung bisa menjalankannya!” Krystal ikut membela. Situasi seperti ini benar-benar tidak membuat Jiyoung senang. Apa masalahnya jika dia di LP Team? Kenapa dua gadis itu ngotot sekali ingin Jiyoung di pindahkan ke CH Team?
“Tentu saja ada Jung Krystal, apa kau tidak pernah membaca rangkuman latihan dasar kepemimpinanmu? LP Team adalah anak-anak terpilih, dia harus tegas dan memiliki pengalman dalam hal kedisiplinan. Harus benar-benar bersih atau sebaliknya.” Seulgi melirik pada Jiyoung, terlihat ada tatapan kurang suka dari gadis itu.
“Aku akui Kau, Sehun, Jongin dan Sungjae sangat memenuhi criteria ini. Tapi untuk Kang Jiyoung… ehm… aku rasa dia urang cocok. Aku berpendapat dia cocok sebagai coordinator hobae dengan sifat ramahnya itu.” Seulgi menekankan dua kata terakhir.
“Hmmm maaf saja, tapi rumor yang beredar juga membuat nama anggota dewan penerimaan hobae jadi sedikit tidak baik. Kalian pasti dengar kan rumor Jiyoung dan err Chanyeol sunbae…” oke, Bae Suzy memang terdengar hati-hati, tapi tetap saja kalimatnya membuat beberapa anak geregetan ingin menjambak rambut indahnya.
“Memangnya siapa yang cocok menggantikan Jiyoung di LP Team? Kurasa Jiyoung oke!” Taemin mencoba menengahi.
“Dasar cewek kurang kerjaan, kau tidak punya urusan lain apa selain membicarakan orang?” celetuk Jongin dingin sambil menatap Suzy kesal, “Sukanya ngegosip!”
“Aku baik-baik saja jika memang harus di pindah!” kata Jiyoung tegas. Tentu saja dia kesal jika dituduh seperti itu. Chanyeol sama sekali tidak membantunya selama ini, kenpa semua orang berpikir bahwa Jiyoung jadi LP Team karena Chanyeol?
“Sebentar-sebentar, anggota team sudah kita sepakati kemarin kan?” Suho angkat bicara, “Sekarang sudah bukan waktunya membahas ini lagi.”
“Jadi kau tidak mendengar pendapat anggotamu?” Seulgi bicara dengan nada yang dibuat-buat, “Sayang sekali, sepertinya memang banyak yang berada di pihak Kang Jiyoung.”
“Hei kau tidak bisa jaga mulutmu ya?!?!” bentak Jongin, Seulgi terlihat kaget dengan perlakuan kasar Jongin. Jiyoung bersumpah dia melihat mata Seulgi berair ketika Jongin membentaknya.
“Kita hanya berpendapat Kim Jongin!” Suzy berkata, terlihat dia menepuk punggung Seulgi pelan.
“Oke-oke. Masalah ini biar kita serahkan pada Jieun dan Minho nanti. Suzy dan Seulgi pendapat kalian kami hargai, tapi untuk sekarang kita akan membahas proker. Waktu kita sudah tidak banyak.” Suho kembali membuka buku agendanya. Seulgi tidak bersuara setelah itu, dia hanya diam dan menunduk sampai rapat selesai.
“Bae Suzy dan Kang Seulgi itu benar-benar tidak punya kerjaan. Kalau mereka cowok, sudah kutonjok daritadi.” Kata Jongin ketika semua anggota mulai beres-beres karena rapat sudah selesai.
“Mereka cuma berpendapat.” Jiyoung mengingatkan, “Mungkin ada benarnya sebaiknya aku di CH Team.”
“Mereka cuma iri. Suzy sudah lama suka pada Chanyeol. Dan Seulgi itu –Kim Jongin kau bodoh kalau tidak menyadari bahwa dia menyukaimu!” Sulli berbisik pada Jongin dan Jiyoung. Jiyoung hanya mengangguk, jadi itu Seulgi, yang suka pada Jongin itu. entah darimana datangnya, yang pasti Jiyoung ingin menunjukkan pada Seulgi bahwa Jongin itu miliknya. Jangan harap Seulgi bisa merebut Jongin darinya.
“Jiyoung, kau oke kan kalau dipindah ke EC Team? Awalnya kau ditempatkan disana.” Jieun menghampiri Jiyoung dengan pena di atas buku, siap menuliskan sesuatu.
“Aku tidak masalah dengan itu!” jawab Jiyoung tegas, sekilas Jiyoung melirik Seulgi yang memerhatikannya dalam diam.
“Tapi P Team juga ingin mempertahankannmu di LP Team. Begini saja, aku akan bicarakan ini nanti dan besok kau sudah dapat jawabannya!” kata Jieun hangat, membuat Jiyoung bersyukur memiliki sunbae sepertinya.
“Seulgi itu, awalnya dia di LP Team, lalu dipindah ke CH Team. Dia tidak terima kalau kau masuk LP Team Jing.” Gerutu Krystal, Jiyoung hanya tersenyum menanggapi Krystal kemudian.

“Jiyoung kemana sih?” Jongin mencoba menghubungi telepon Jiyoung, namun Krystal yang duduk di sebelahnya tiba-tiba mengangkat tangan menunjukkan ponsel Jiyoung sedang ada padanya.
“Aku sudah bilang ponsel Jiyoung kubawa.” Krystal menyentuh gambar gagang telepon berwarna merah dilayar ponsel Jiyoung.
“Kenapa bisa kau bawa?” balas Jongin kesal.
“Tadi aku pinjam, terus Jiyoung ngilang sebelum aku mengembalikannya!” Krystal ikutan sewot.
“Tunggu saja, mungkin lagi sama Jieun noona.” Sehun ikut berkata menyadari Krystal dan Jongin sudah siap saling cakar.
Rapat sudah selesai sekitar tiga puluh menit yang lalu, tetapi pada ssat itu juga Jiyoung menghilang. Jongin sudah berkata pada yang lain dan mereka hanya menjawab bahwa mereka melihat Jiyoung keluar tanpa tau pergi kemana Jiyoung. Jongin sudah berkeliling untuk mencarinya, tetapi sampai saat ini belum menemukannya dan berakhir dengan duduk bersama Sehun dan Krystal di lobby gedung.
“Aku lihat dia tadi keluar sama Sulli sih!” Yook Sungjae yang duduk tak jauh dari mereka memberitahu.
“Mereka jalan ke arah mana?” tanya Jongin.
“Kemana ya…..” Sungjae memutar bola matanya tampak berpikir, “…ruang P team mungkin. Sudah cek kesana belum?”
“Belum sih!” jawab Jongin.
“Cari sana, kita nunggu disini!” Sehun berkata yang langsung di iyakan oleh Jongin. Jongin segera keluar setelah mengucap terima kasih pada Sungjae. Krystal mendelik pada Jongin dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa Jongin dengar.
Hari sudah gelap, Jongin berjalan cepat menuju ruang P team. Dia berdiri di depan pintu, mendekatkan telingganya sebelum mengetuk pintunya. Jongin bisa mendengar dengan jelas ada orang berbincang di dalam, dengan mudah dia mengenali suara Jiyoung. Jongin menyeringai puas, akhirnya dia bisa menemukan Jiyoung. Tangannya sudah terangkat untuk mengetuk pintu, ketika sebuah suara yang dia kenal terdengar dan ingin membuat Jongin ingin mendobrak pintu itu.
“Kalau kau ingin bertahan di LP Team, aku akan membantumu…”
  Suara itu…
“Aku tidak masalah meskipun di tempatkan di CH Team.” Terdengar suara Jiyoung.
“Kau tidak perlu sungkan padaku, kau menganggapku seperti orang asing saja.”
“Chanyeol oppa…”
Braaakk!!!
“Brengsek!” umpat Jongin seraya menarik bagian depan kerah Chanyeol.
“Jongin! Hentikan!” bentak Jiyoung, Jongin tidak melepas Chanyeol begitu saja.
“Kim Jongin, berhenti seperti ini padaku!” kata Chanyeol penuh peringatan. Jongin justru menarik kerah Chanyeol semakin kuat, membuat Chanyeol sedikit kesulitan bernafas.
“Berhenti mendekati Jiyoung!” Jongin mengatakannya penuh penekanan.
“Jongin, hentikan!” Jiyoung kembali membentaknya, meminta Jongin untuk menghentikan aksinya. Jongin menoleh untuk melihat Jiyoung, tatapannya penuh tanda tanya.
“Kau tidak mendengarku?” Jiyoung berkata begitu tegas, “Le-pas-kan!”
“Kau?”
“Iya, lepaskan Chanyeol sunbae sekarang!” ulang Jiyoung, terlihat Jiyoung sudah tak sabar dengan kelakuan Jongin.
“Aku melihat pacarku sdang berduaan dengan cowok lain lalu aku harus diam saja?” Jongin menyeringai kesal, “Kang Jiyoung…”
“Aku bilang lepas! Kau berlebihan!” Jiyoung memotong kalimat Jongin.
“Brengsek!” Jongin mendorong Chanyeol sebelum melepasnya, membuat punggung Chanyeol membentur lemari yang ada di belakangnya dengan keras. “Terserah!” ucap Jongin kemudian. Belum pernah Jongin melihat Jiyoung seperti itu. Pacarnya itu baru saja membentaknya dan menatapnya seakan Jongin adalah makhluk yang paling mengerikan.
“Hei Kim Jongin!” panggil Chanyeol begitu melihat Jongin pergi dari sana. Jongin tidak kembali untuk mengindahkan kalimat Chanyeol, Chanyeol berbalik menatap Jiyoung. Keningnya berkerut melihat gadis itu hanya diam, tidak ada niatan untuk mengejar Jongin.
“Biar saja oppa!” kata Jiyoung yang makin membuat Chanyeol heran.

A/N: Sebenernya udah siap upload dari jauh hari, tapi karena kendala internet jadi baru bisa upload hari ini. Trims buat yg masih setia sama ff ini, meskipun udah kerasa agak kepanjangan ceritanya. tapi mungkin bakal berakhir di chapter 16 atau 17 lah. masih bingung mau happy atau sad ending. kkk

Komentar

  1. uhm, chapter ini cukup berdarah-darah. kenapa? karena jiyoung sama jongin berantem melulu. baikan bentar, eh berantem lagi. saya jadi bingung mau di pihak siapa. soalnya menurutku overall jiyoungnya nggak salah. toh dia sama chanyeol juga nggak ngapa2in. hanya saja aku tidak berani ngejudge juga sih. jongin lagi pms kayanya. dia gampang marah di chapter ini. beralasan sih, tapi bila diibaratkan melihat buah durian, jongin baru melihat kulitnya doang. isinya belum. aah, aku berharap happy end lah kak. ini udah berdarah darah gini, masa akhirnya bakalan sad sih... :( update soon yah. thanks for updating

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah