Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 15




Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.



“Brengsek!” umpat Jongin keras, langkahnya lebar-lebar dan cepat membawanya ke lobby tempat Sehun dan Krystal menunggu tadi. Sehun dan Krystal heran melihat Jongin datang dan segera menyambar tasnya, tanpa bicara pada mereka dan langsung pergi darisana.
“Kenapa?” bisik Krystal pada Sehun.
“Dasar labil, palingan tengkar lagi sama Jiyoung.” Kata Sehun dengan suara rendah.
***
Sudah dua hari Jongin dan Jiyoung tidak saling bertegur sapa. Sepertinya mereka juga lupa bagaimana cara menggunakan ponsel, karena tak satupun dari keduanya mencoba menghubungi. Di kelas, Jongin selalu bersama teman-temannya. Jongin segera menghampiri Sehun ketika ada kesempatan untuk keluar kelas.
Jiyoung juga tidak mau repot-repot untuk mengejar Jongin dan meminta maaf. Jiyoung pikir dia tidak bersalah, masalah ini hanya milik Jongin karena sifat kekanak-kanakannya itu. Sulli membenarkan Jiyoung, tidak seharusnya Jongin bersikap seperti itu. Tapi ternyata Krystal memiliki pendapat yang berbeda, Krystal berpikir ini adalah kesalahan Jiyoung.
“Tentu saja Jongin marah, hei kau itu sekarang dekat lagi dengan Chanyeol!” kata Krystal sewot ketika mereka sedang di kantin.
“Aku hanya menganggapnya sunbae. Lagipula Jongin terlalu kekanak-kanakan!” Jiyoung tidak mau kalah.
“Tuh kan, kau membela Chanyeol. Jangan-jangan benar kau masih menyukainya?” Jiyoung diam seraya menatap Krystal tajam. Krystal juga membalas tatapannya, Jiyoung tau Krystal tidak sedang main-main sekarang.
“Sudah-sudah, kenapa kalian jadi bertengkar sekarang?” Sulli mencoba menengahi, bagaimanapun juga dia tidak ingin masalah percintaan Jiyoung ini membuat pertemanan mereka menjadi rusak.
“Benar kan? Kau masih menyukai Chanyeol!” Krystal bangkit dari duduknya tanpa melepas tatapannya pada Jiyoung. Tatapan Krystal begitu kesal dan kecewa, Jiyoung ingin bilang pada Krystal bahwa yang dia pikirkan tidak benar, tapi kenapa Jiyoung tidak bisa membuka mulutnya. “Aku turut sedih untuk Jongin!” Krystal segera meninggalkan Jiyoung dan Sulli. Siang itu, seakan meresmikan bahwa pertengkaran Jiyoung bukan hanya dengan Jongin, melainkan dengan Krystal juga.

Dalam rapat untuk persiapan penerimaan hobae, Jiyong memutuskan untuk pindah ke EC Team, melihat LP Team saja sudah membuatnya kesal, bagaimana mungkin Jiyoung bisa bekerja dengan team itu? Beruntung mereka memiliki Jieun yang begitu baik, Jieun segera memindahkan Jiyoung ke EC Team, membiarkan LP Team hanya dengan empat anggota, Jongin, Sehun, Krystal dan Sungjae.
Mereka mulai bekerja dengan team masing-masing, jadi tidak banyak kesempatan Jiyoung untuk berinteraksi dengan Jongin ataupun Krystal. Yah meskipun pada makan malam itu, Sehun terang-terangan pindah tempat untuk makan di sebelah Jiyoung. Jiyoung tidak menolak Sehun yang baik-baik masih mau bertegur sapa dengannya, meskipun Jiyoung sedang bertengkar hebat dengan pacar dan sahabatnya.
“Balik sana, nanti Krystal marah” bisik Jiyoung, Sehun melirik ke arah Krystal sebelum akhirnya dia menggeleng.
“Seru lo dengerin Krystal ngomel.” Sehun tertawa jail, Jiyoung hanya memutar bola matanya.
Tapi memang kelihatannya Krystal baik-baik saja meskipun pacarnya itu duduk di sebelah Jiyoung. Krystal malah terlihat asik menahan tawa karena lelucon Sungjae dan Taemin yang duduk di kanan kirinya. Masalahnya sekarang adalah, karena ada seorang gadis yang bernai-beraninya duduk di sebelah Jongin. Jongin yang duduk di paling sudut –sepertinya memang menghindari mengobrol dengan seseorang –dengan muka masam dan wajah yang terlihat lelah, kini telah ditemani oleh Kang Seulgi yang begitu cerewet melotarkan sejuta pertanyaan pada Jongin.
Jiyoung yang diam-diam memerhatikan kesal karenanya. Yah meskipun Jongin terlihat sama sekali tidak tertarik, tapi Seulgi berhasil mengobrol dengannya. Tidak seperti Jiyong yang sudah terhitung empat hari sama sekali tidak bertegur sapa dengan orang yang masih dia anggap pacar itu. Beruntung Jiyoung mempunyai teman sepeka Sehun, Sehun memanggil Krystal dan memberi kode dalam diam agar Jiyoung tidak tau. Krystal menoleh untuk melihat ke arah Jongin dan Seulgi, kemudian mengangguk kesal.
Sepertinya Jiyoung melamun, karena dia tidak sadar Krystal sudah berdiri di sebelah Jongin sekarang. Dengan brutal Krystal menjambak rambut Jongin dan menyeretnya untuk pergi darisana. Krystal menarik kursi di sebelah Sungjae dan memaksa Jongin untuk duduk disana.
“Heran Sehun bisa betah pacaran sama cowok!” Jongin menatap Krystal tak ramah, bagaimanapun juga kepalanya kesakitan karena rambutnya di jambak seenaknya oleh nenek lampir seperti Krystal. Krystal tidak mengacuhkannya dan segera kembali untuk bercanda bersama Sungjae dan Taemin.
Serasa diserang ribuan kupu-kupu dalam perutnya, Jiyoung merasa sangat berterima kasih pada Krystal. Yah meskipun hubungan mereka sedang tidak baik saat ini, ternyata Krystal juga masih mau membantunya, membantu menjauhkan Seulgi yng akhir-akhir terus berusaha mendekati Jongin. Jiyoung mendengar Sehun terkekeh melihatnya, faktanya Sehun suka melihat Krystal membuat Jongin kesakitan.

Para panitia penyambutan hobae benar-benar dibuat sibuk untuk persiapan. Bahkan Jiyoung tidak punya waktu untuk memikirkan yang lain kecuali berbagai tugas yang harus segera mereka selesaikan. Sekarang Jiyoung lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Sulli dan Minho. Karena memang banyak tugas yang harus mereka kerjakan bersama. Sedang Jongin, Sehun, Krystal dan Sungjae menjadi team tak terpisahkan. Mereka selalu bersama-sama, saling berbisik jika bicara, dan mulai memasang wajah sok sangar mereka. Tak jarang Taemin menggoda mereka, berkata bahwa wajah mereka tidak menakutkan dan mungkin para hobae akan melempar kotoran di wajah mereka nanti.
“Woi Lee Taemin, bilang saja kalau kau itu iri! Aku tau kau mengincar posisi LP Team sejak lama, tapi kau tak pernah berhasil!” Krystal berkata kesal dan hanya membuat Taemin makin tertawa senang.
“Mungkin mereka berempat menjadi LP Team terjahat dalam sejarah!” celetuk Kyungsoo, membuat para LP Team tersenyum bangga. Karena memang hanya Taemin yang berpikir wajah mereka konyol, sedang yang lain menganggap LP Team saat ini benar-benar titisan setan. Mereka tidak akan berakting ketika marah.
Suho memberi pengumuman sedikit mengejutkan malam itu, yang mengharuskan semua anggota team untuk menginap di sekolah selama penerimaan hobae. Jongin, Sehun dan Taemin adalah yang paling keras mengumpat. Tapi akhirnya keputusan tidak berubah, mereka harus menginap di sekolah selama tiga malam.

Besok pagi adalah hari pertama penerimaan hobae, malam itu para anggota team sudah datang dengan membawa tas mereka yang penuh. Meskipun Suho sudah bilang mereka tidak perlu membawa makanan, tapi Krystal jelas-jelas membawa sekeranjang penuh makanan.
“Maaf, makanku banyak!” setiap kali ada yang menatapnya.
“Enak punya temen kaya Krystal, berguna banget!” Jongin mengambil satu roti dari keranjang Krystal dan memakannya tanpa minta persetujuan dari  pemiliknya.
“Krystal! Perempuan ada di ruang sebelah!” kata Minho ketika Krystal masuk dalam ruang tidur anak laki-laki.
“Oops!” Krystal segera keluar dan pindah ke ruang sebelah. Krystal masuk dan sadar sudah tak banyak tempat kosong, ada tempat kosong di sebelah Bae Suzy dan Kang Seulgi. Tentu saja Krystal tidak mau tidur di dekat mereka. Krystal hanya berdiri sampai seseorang memanggilnya.
“Krystal sini! Aku sudah menyiapkan tempat untukmu!” Jiyoung melambai agar Krystal datang padanya, “Sini!” teriaknya lagi.
“Aku pikir kau tidak akan mencarikan tempat untukku.” Krystal meletakkan tasnya di sebelah tas Jiyoung.
“Aku minta maaf!” Jiyoung sudah tidak sanggup untuk terus bertengkar dengan Krystal, Jiyoung sudah mencari kesempatan sejak beberapa hari, akhirnya dia bisa meminta maaf hari ini.
“Well, aku juga minta maaf!” Krystal memeluk Jiyoung, “Hmm, ngomong-ngomong dimana Sulli?”
“Ke kamar mandi, mungkin.” Jiyoung mencoba mencari ponselnya dalam tas. Krystal hanya diam sembari memerhatikan Jiyoung yang mengotak-atik ponselnya. Jiyoung hanya melihat semua media sosialnya dan segera keluar setelah itu. Aneh!
“Kalian belum baikan ya?” sebenarnya Krystal sudah tau jelas itu, tapi bukankah lebih baik jika kau tanya langsung pada yang bersangkutan?
“Apa?”
“Kau…” Krystal menatapnya, “…dan Jongin!”
“Belum.” Jiyoung tersenyum kecut.
“Hei kalian berdua sudah baikan?” tiba-tiba Sulli sudah bergabung, Krystal dan Jiyoung senyum seraya saling merangkul, “Sehun dan Jongin harus tau ini supaya mereka tidak terus menggangguku!” katanya senang.
“Apa kau bilang? Sehun kenapa?” Krystal menatap Sulli curiga.
“Memangnya kenapa dengan Jongin dan Sehun?” sambung Jiyoung penasaran.
“Eh bukan. Maksudku jika kalian berdua sudah baikkan, maka aku bebas dari mereka. Iblis itu!” Sulli tertawa renyah.
“Memangnya mereka bilang apa?”
“Mereka mengangguku. Mereka memintaku untuk membuat kalian segera baikan! Pacarmu itu, pacar kalian berdua!” Sulli berbicara seakan Jiyoung dan Krystal adalah gadis 5 tahun. “Sudahlah, bagus deh, apalagi kalau kau cepat-cepat baikan dengan Jongin.” Sambung Sulli.
“SEMUANYA KUMPUL DI TEMPAT RAPAT!” Lee Jieun yang berdiri di ambang pintu meminta semua untuk keluar, bahkan Jieun menunggu sampai mereka keluar semua dan mengunci ruangan.
Ternyata semua anggota laki-laki sudah berkumupl disana, mereka sedang asik membaca dan membicarakan kertas yang ada di depan mereka. Para anggota perempuan segera mengambil tempat yang kosong. Begitu mereka duduk, Myungsoo segera membagi kertas.
Suho memulai rapat setelah semua bisa mengendalikan diri dari keantusiasan mereka. Tahun ini penerimaan hobae harus berbeda dari tahun sebelumnya, dan mereka harus meminimalisir segala sesuatu yang tidak mereka inginkan untuk terjadi. Mereka memakai ruang rapat besar malam itu, mengingat semua team hadir semua.
Setelah selesai dengan rapat, masing-masing team segera bersiap dan melaksanakan tugasnya. Team kesehatan segera menuju UKS untuk kembali memeriksa, apa persiapan mereka sudah benar-benar siap. Beberapa anak menuju aula besar untuk mendekor aula besar dan menata aula besar. Semua team benar-benar sibuk malam itu.
“EC Team, kita tinggal disini dulu ya, banyak yang harus dibicarakan.” Jongdae memimpin teamnya, Jiyoung, Sulli, Kyungsoo dan Myungsoo segera berkumpul.
“Loh, bukannya Seulgi EC team ya?” Sulli menyadari Seulgi menjauh ketika anggota teamnya berkumpul bertanya.
“Sulli, dibaca dong kertas yang tadi dibagiin sama Myungsoo. Kan disitu ada daftar team dan id mereka supaya kalian gampang berhubungan.” Tegur Jongade menyadari kecerobohan Sulli, Sulli hanya tersenyum sambil bergumam maaf. Setelah dipikir-pikir, EC team memiliki anggota yang cukup serius. Mungkin karena memang team mereka yang diharuskan mengontrol setiap jalannya acara besok.
Berbeda dengan LP team yang sedang mengadakan pertemuan kecil-kecilan tak jauh dari mereka. Ada P team juga disana, yang nyatanya mereka super berisik dalam ruang rapat. Jiyoung selalu berpikir mereka memegang peran besar dalam jalannya acara ini, tapi kenapa mereka malah bergurau sekarang? Apa mungkin karena ada Sungjae, Sehun, Jongin dan Baekhyun disana? Yang membuat team mereka terlihat sama sekali tidak serius. Padahal mereka dituntut untuk marah-marah besok pagi. Jiyoung benar-benar tidak mengerti.
“Hei hei P-LP team jangan berisik dong!” Myungsoo melempar kertas ke arah mereka, kertas itu dengan mulut mengenai kepala Sehun.
“Wah cari ribut nih!” pekik Sehun bercanda.
“Myungsoo nyesel ya soalnya keduluan sama Sehun. Ciiee… Dulu kau naksir Krystal kan?” oke yang seperti itu siapa lagi kalau bukan mulut Baekhyun. Semua orang yang ada dalam ruangan tertawa terbahak-bahak.
“Wah Myungsoo dulu naksir Krystal, pasti nyesel ya sekarang!” Taemin yang selalu ikut setiap kali ada keributan bergabung menyoraki Myungsoo. Myungsoo hanya diam tak bisa membalas perkataan teman-temannya sambil tersenyum.
“Emang Krystal cantik banget sih, banyak yang naksir.” Tambah Minah menambah suasana semakin panas. Krystal malah mengibaskan rambutnya dan membuat rambutnya menampar Jongin yang duduk di sebelahnya.
“Sudah ya jangan rebutan!” kata Krystal penuh percaya diri, membuat yang lain bersorak. Jiyoung dan Sulli menggoda Myungsoo yang wajahnya semakin memanas.
“HERAN, KENAPA COWOK KAYA KRYSTAL AJA DIREBUTIN!” yang itu, yang berteriak dengan kerasnya itu, dia orang yang duduk di sebelah Krystal, ya dia Jongin.
“Kau memang tidak pernah kapok ya!” Krystal menjambak rambut Jongin asal, berusaha untuk mencabut senggenggan rambut itu lepas dari kepala Jongin.
“Hun Hun, cowokmu nih!” kata Jongin kesakitan.
“Cabut aja semua rambut Jongin!” perintah Sehun pada Krystal.
“Aduh iya deh maaf, maaf!” Krystal melepasnya setelah Jongin benar-benar memohon dan matanya berair menahan sakit. Semuanya kembali bekerja dengan team masing-masing karena Suho masuk ruangan setelah mendengar keributan itu.
“Kalau kalian sudah selesai persiapan dengan team segera ke aula besar ya, butuh banyak tenaga disana.” Kata Suho seaya berjalan untuk mengambil beberapa dokumen untuk acara dan duduk di sudut. Selama ada Suho, artinya tidak ada yang bercanda.

Jam Sembilan malam, semua team yang ada di ruang rapat diminta untuk ke aula besar untuk membantu mendekorasi agar dapat selesai sebelum tengah malam. Para anggota team segera menuruti permintaan Suho, Jiyoung dan Sulli sengaja untuk pergi setelah semua sudah keluar.
“Ayo kalian nunggu apa?” Krystal mengajak mereka untuk segera dan menggagalkan rencana Jiyoung dan Sulli untuk berangkat terakhir.
“Emang mulut Taemin sama Baekhyun itu gak bisa di jaga!” omel Krystal karena dua orang itu tidak berhenti bertanya pada Sehun kenapa dia mau berpacaran dengan Krystal.
“Tau sendirilah Taemin sama Baekhyun otaknya setengah.” Kata Sulli bercanda.
“Aduh, ponselku ketinggalan. Aku balik dulu ya!”
“Pasti deh ada aja barang Jiyoung yang tertinggal.” Krystal mengeluh.
“Kita tunggu di aula besar ya Jing.” Tambah Sulli.
“Iya kalian duluan saja, nanti aku menyusul!” Jiyoung segera kembali ke ruang rapat.
Jiyoung pikir ruang rapat masih ramai, ternyata hanya ada satu orang disana. Dan dari puluhan orang, dia adalah Jongin yang masih ada di ruang rapat. Otaknya meminta untuk berpikir keras, apa dia harus menyapa atau diam saja dan pura-pura tidak tau. Akhirnya Jiyoung pura-pura tidak tau dan segera mencarii ponselnya di meja yang dia tempati tadi.
Banyak kertas di meja, Jiyoung sudah memeriksanya berulang kali tapi tidak menemukan ponselnya. Dan sekarang Jiyoung berharap segera menemukan ponselnya agar dapat segera keluar karena sepertinya Jongin sedang memerhatikannya sekarang. Jiyoung menggigit bibir bawahnya, hatinya ingin menyerah dan minta bantuan Jongin untuk mencarinya, tapi bibirnya tidak mau bergerak.
Jiyoung mencari di bawah meja, mungkin saja ponselnya jatuh. Tapi tidak ada yang bisa dia lihat di bawah meja selantai lantai keramik coklat. Oke, apa Jiyoung harus pergi saja dan melupakan ponselnya yang belum ketemu? Tidak boleh, Jiyoung tidak ingin beli ponsel baru lagi untuk kesekian kalinya. Lalu apa yang harus Jiyoung lakukan?
“Sampai kapan kau pura-pura tidak melihatku?” Jongin yang sedang duduk di meja seraya memerhatikan Jiyoung sejak lima menit yang lalu akhirnya bicara.
“Aku mencari ponselku.” Jawab Jiyoung sekenanya tanpa menatap Jongin.
“Kebiasaan banget, kamu masih muda udah pikun ya?” Kim Jongin yang seharusnya berstatus masih pacarnya baru saja mengatainya.
“Ketinggalan.” Mood Jiyoung turun setengah persen.
“Harusnya kan tanya aku lihat ada ponsel apa tidak.” Jongin turun dan berjalan mendekati Jiyoung, “Nih!” diulurkan tanganya menyerahkan ponsel Jiyoung.
“Kenapa gak bilang daritadi.” Keluh Jiyoung merebut ponselnya dari tangan Jongin.
“Nggak tanya!” balas Jongin sengak.
“Ya sudah, terima kasih ya!” kata Jiyoung tak kalah sengak dan segera pergi darisana, Jongin mengikutinya dari belakang.
“Sama-sama!” Jongin mencoba menyamakan langkah Jiyoung yang cepat. Jiyong makin mempercepat langkahnya, tidak menoleh sedikitpun pada Jongin yang berjalan di sebelahnya.
“Jongin-Jongin, bantuin angkat ini dong, bawa ke aula besar buat pasang banner!” Baekhyun memanggilnya, membuat Jongin menghentikan langkahnya dan membiarkan Jiyoung berjalan sendiri.
“Cuma ini?” tanya Jongin seraya melirik ke arah Jiyoung yang berjalan semakin jauh.
“Iya, lagian kan gak jauh. Ayo!” ajak Baekhyun mengangat meja dari salah satu kelas.
Jiyoung sudah sampai aula besar, ternyata keadaan disana lebih riuh daripada di ruang rapat. Selain memang mereka bekerja, mereka juga bergurau saling melempar kertas dan saling menertawakan. Tidak peduli ada Suho disana, mungkin karena memang Suho kalah jumlah dan jelas kalah telak jika ingin membuat mereka tenang.
“Jiyoung ini pinmu!” Jung Eunji memberinya pin dengan lambang EC, “Langsung dipakai ya, semua juga sudah pakai.” Sambung Eunji.
“Iya, trims eonni!” Jiyoung segera memasang pin di kaosnya.
Jiyoung menghampiri Krystal dan Jongdae yang sedang sibuk memberi tanda untuk tempat hobae besok. Mereka memasang selotip besar berwarna hitam di lantai sebagai tanda. Seperti biasa, tidak ada yang meragukan kedekatan Krystal dan Jongdae, hubungan sebagai Sunbae-hobae terbaik di angkatannya.
“Aku bantu ya.” Jiyoung menawarkan diri.
“Ok. Kau pasar yang sebelah sana ya, untuk kelas E.” Jongdae memberi Jiyoung gunting, penggaris dan selotip untuk Jiyoung. “Jarak 50 cm ya!”
“Baik oppa.” Balas Jiyoung, Krystal tersenyum padanya ketika Jiyoung melewatinya dan kembali sibuk untuk memberi tanda.
Menuruti perintah Jongdae, Jiyoung segera memasang dari paling ujung kiri. Jiyoung berlutut memulai mengukur dan menempelkan selotipnya. Tak jauh darinya Jongin sedang memanjat dua meja yang di tumpuk untuk memasang lambang-lambang sekolah. Ketika Jiyoung mendonak, Jiyoung bisa melihat punggung Jongin dengan jelas, posisi mereka berdua juga lurus membuat Jiyoung tidak susah jika ingin mencuri pandang.
“Kurang tinggi itu. coba tambah lagi mejanya!” Sehun memberi usul, “Hyung, tambah mejanya ya, ini kurang tinggi.”
“Tunggu Tangga saja, tangganya masih dipakai Minho hyung.” Kyungsoo menolak ide Sehun, karena terlalu berbahaya untuk menumpuk tiga meja.
“Udah gak masalah tambah satu meja lagi, aku ingin tidur cepat.” Kata Jongin. Dibantu Taemin dan Sehun mereka mengangkat satu meja lagi. Dalam proses mengangkatnya saja sudah sulit, tapi mereka memilih untuk meneruskan dan tidak menghiraukan peringatan Kyungsoo dan Eunji.
“Pegangi ya!” kata Jongin ketika hendak naik. Sehun dan Taemin memegang di kanan kirinya.
“Jongin tunggu tangga saja!” teriak Eunji untuk kesekian kalinya.
“Ini bisa kok noona!” balas Jongin.
“Woi woi hati-hati!” Sungjae yang ada di ujung ikut khawatir melihat Jongin memanjat meja yang terlihat tinggi itu.
“Kim Jongin turun saja!” bahkan Chanyeol ikut memperingatkannya. Jongin mengumpat lirih mendengar Chanyeol. Jiyoung yang ikut memerhatikan karena memang sepertinya semua perhatian sedang tertuju pada Jongin sekarang.
“Ayo kerja-kerja!” Luna menyadarkan beberapa anak yang tercengang melihat Jongin. Beberapa mulai kembali berkerja dan beberapa terus memerhatikan Jongin. Jiyoung juga sudah kembali mengukur lantai.
“Jongin, kayanya gak bisa deh. Turun aja!” Sehun yang memegangi meja mulai ragu.
“Bisa-bisa, kau Cuma pegang kaki mejanya saja.” Kata Jongin, bersaha naik di meja paling atas. Jongin mengerahkan tenaganya untuk memanjat meja ketiga.
“JONGIN MEJANYA GAK BISA, WOI MEJAMU GOYANG!”
BRUUUUAAKAAAKKK!!!!!
“Arrrhhhh!!!”
“Arrggghhhhh!!!”
“Kim Jongin!!!!”
“Kang Jiyoung!!!”
“KESEHATAN! KESEHATAN!”
Mungkin karena hentakan Jongin terlalu kuat ketika memanjat meja ketiga membuat kaki meja ketiga bergeser dan membuat tumpukan meja itu terjatuh, juga beserta Jongin yang ada di atasnya. Tapi masalahnya bukan hanya Jongin yang berteriak kesakitan, tapi juga Jiyoung. Karena meja dan Jongin jatuh dengan Jiyoung berada di bawahnya.
“Jiyoung kau baik-baik saja?” Sulli mencoba menyingkirkan meja yang menindih Jiyoung.
“Jongin dulu, Jongin minggir dulu.” Minho membantu Jongin untuk minggir.
“Jiyoung Jiyoung!!!” Krystal dan Sulli membantu Jiyoung untuk duduk. Kening Jiyoung berdaah karena terkena kaki meja, dan siku lecet. Itu yang bisa mereka lihat, dan juga memar di beberapa tubuh Jiyoung, yang Jiyoung yakin besok akan terlihat biru.
“Gimana ada yang patah? Jongin? Jiyoung?” Sehun memeriksa sahabatnya.
“Tidak ada yang patah kok!” Wendy, team kesehatan memeriksa Jiyoung, “Jiyoung hanya lecet dan memar. Kau tidak tertindih sepenuhnya?” tanya Wendy pada Jiyoung.
“Kayunya melukai kening Jiyoung, tapi hanya tangan dan lengannya yang tertindih. Jongin kau mengendalikan jatuhmu ya?” Taemin berkomentar setelah memeriksa Jiyoung.
“Tangan Jongin, pergelangan tangannya keseleo. Kau menahan mejanya?” tanya Wendy tak percaya begitu memeriksa Jongin, “Melindungi pacar ya!” goda Wendy.
“Aiisshhh, cepat obati tanganku, sakit tau.” Kata Jongin.
“Sungyeol oppa, obat merah juga untuk Jiyoung.”
“Sebaiknya ke UKS saja.” Jieun meminta mereka untuk ke UKS. Sulli, Krystal dan Sehun ikut mengantar. Jika dilihat dari wajahnya, sepertinya Jiyoung sedang menahan tangis, dan Jongin juga terlihat menahan sakit di pergelangan tangannya.
“Lukanya tidak dalam, Jiyoung hanya tergores. Tapi aku tidak main-main dengan memarnya, kompres dengan ini.” Wendy selesai mengobati Jiyoung. Sedang Sungyeol masih sibuk membalut pergelangan tangan Jongin.
“Jangan banyak bergerak jika ingin cepat sembuh.” Sungyeol selesai membalutnya dan membuat Jongin menggendong tangannya dengan mengalungkan balutannya ke leher.
“Dibilangin cepat turun, eh malah nekat. Ya gini akibatnya.” Kata Sehun pada Jongin, “Tuh pacarmu ikutan sakit.”
“Diam kau!” Jongin bicara dengan suara rendah, “Lumayan, aku gak perlu angkat-angkat lagi.”
“Kalau kau yang sakit gak masalah. Tapi ini Jiyoung juga!” omel Krystal, Jongin menirukan Krystal tanpa suara.
“Ya sudah, kalian istirahat dulu. Lumayan kan gak ikut repot-repot sekarang. Kami kembali ke aula besar ya!” kata Sulli, memberi kode pada Sehun dan Krystal untuk segera keluar dari sana.
“Oh, ya. Bye!” Krystal melambai seraya menarik Sehun yang tidak berniat untuk kembali ke aula.
“Biar aku menemani mereka! Males banget balik ke sula besar!” keluhnya, tapi Krystal tidak melepasnya dan terus menariknya hingga keluar ruang uks.
Suasana sepi langsung terasa begitu hanya tinggal mereka berdua disana. Jiyoung jadi sedikit kesal karena ditinggal berdua dengan Jongin. Karena Jongin jadi sangat menyebalkan akhir-akhir ini, ya meskipun tidak bisa dipungkiri Jiyoung sangat meridukan Jongin. Sudah seminggu mereka tidak saling sapa. Jiyoung menantikan waktu dia dan Jongin bisa mengobrol lagi, tapi yang di ruang rapat tadi Jongin membuatnya kembali kesal.
“Maaf!” Jongin turun dari ranjangnya dan duduk di ranjang Jiyoung. Jiyoung segera menegakkan tubuhnya, menyamai Jongin.
“Untuk apa?” Jiyoung harus tau maaf apa itu, maaf telah membuat Jiyoung memar atau karena sikapnya yang kekanakan?
“Maaf karena gara-gara aku kau jadi luka gini.” Jawabnya.
“Seperti dugaanku.” Kata Jiyoung kecewa.
“Eh?”
“Bukan apa-apa.”
“Segitu sakitnya ya?” tanya Jongin, mencoba memeriksa keadaan Jiyoung. Jiyoung baru sadar nada Jongin tiddak sedingin tadi.
“Ya, kau sendiri?” Jiyoung balik tanya, melihat tangan kiri Jongin yang tergantung di depan dadanya.
“Ya, sakit.” Jawab Jongin sembari tersenyum. Senyum yang Jiyoung rindukan. “Aku ingin bicara.”
“Bicaralah!”Jiyoung sudah tau kemana arah pembicaraan ini, Jiyoung sudah siap mendengar semua yang ingin Jongin katakan.
“Sudah berapa lama kita tidak saling bicara?”
“Emm, seminggu? Eh, ya sekitar itu.” Jiyoung berusaha terlihat bahwa dia tidak memikirkan itu.
“Seminggu ini aku berpikir, apa aku harus terus bersamamu, atau menyudahi semua sampai sini. Selagi kita belum melangkah terlalu jauh.” Jantung Jiyoung berdegup dua kali lebih kencang, dan Jongin, dia bicara seribu kali lebih serius dari beberapa menit lalu.
“Lalu?” Jiyoung mencoba terlihat sesantai mungkin.
“Aku terus memikirkannya. Karena kau tau sendiri, janji yang kita buat ketika kita masih kecil, bukankah menurutmu itu terlalu konyol? Kita masih kecil dan bahkan kita tidak saling kenal dulu.” Jongin menatap Jiyoung dalam, seakan mencoba menembus mata Jiyoung dan menancapkan tatapannya disana untuk selamanya. Membuat Jiyoung tidak akan lupa dengan tatapan itu.
“Tapi aku melakukannya, aku menunggumu, aku mencarimu, dan aku masuk sekolah ini untuk menepati janjiku.” Jiyoung terdengar tidak setuju dengan pemakaian kata konyol Jongin.
“Begitu juga aku, dan memang kita bertemu dan menepati janji kita. Tapi masalahnya sekarang, apa kau benar-benar menyukaiku? Apa kau menyukaiku sebagai Jongin? Atau kau hanya menyukaiku sebagai cinta pertamamu yang kau temui ketika kau masih kecil? Aku benar-benar memikirkannya.”
“Aku juga bertanya pada diriku sendiri, apa aku benar-benar menyukaimu? Atau perasaan ini hanya sekedar perasaan yang aku jaga bertahun-tahun untuk bisa bertemu dengan cinta pertamaku? Apa ini hanya sekedar rasa penasaran dan bayaran dari penantianku selama ini?”
“Aku terus memikirkannya, dan perasaan yang paling aku takutkan atang. Perasaan takut jika ternyata kau tidak benar-benar menyukaiku. Aku takut jika perasaannmu itu hanya untuk Jongin cinta pertamamu, bukan Jongin yang sekarang. Bukan Jongin, aku yang seperti ini. Bahkan aku mulai berpikir jika kau lebih menyukai Chanyeol hyung.”
“Jangan bodoh, Chanyeol hanya sunbae! berapa kali aku harus bilang padamu?” potong Jiyoung, dia benar-benar kesal setiap kali Jongin berkata dia menyukai Chanyeol.
“Maaf, tapi memang itu yang aku rasakan. Taukah kau itu hal yang aku takutkan. Aku takut kau benar-benar menyukai Chanyeol. Aku tau aku memang salah, tapi aku juga tidak bisa mengontrolnya. Kau selalu terlihat lebih senang dengan Chanyeol hyung. Aku rasa aku sudah termakan rasa takutku.”
“Aku sudah dapat satu jawaban dari semua pertanyaanku, aku tau bahwa aku benar-benar menyukaimu. Aku menyukai Kang Jiyoung. Yang aku temui saat aku masih kecil, yang aku temui ketika hari pertama masuk sekolah ini, Jiyoung yang menjadi wakilku ketika penerimaan hobae. Ya Kang Jiyoung yang akhirnya aku tau, bahwa dia Jiyoung aku aku cari. Jiyoung, yang aku sudah berjanji padanya untuk memberi kupu-kupu. Aku benar-benar menyukaimu Kang Jiyoung.”
“Tapi aku masih belum dapat jawaban, apa kau benar-benar menyukaiku? Aku takut kau hanya menyukai aku sebagai cinta pertamamu yang kau temui dulu. Bukan aku seperti sekarang, bukan aku sebagai Kim Jongin. Dan itu yang membuatku terus berpikir, aku harus bertahan atau menyudahi semua ini?”
Tidak ada yang bicara lagi setelah kalimat panjang Jongin. Jiyoung hanya diam sambil menundukkan kepalanya, mencoba berpikir sejernih mungkin dan menahan air matanya untuk jatuh. Begitupun Jongin, dia terlihat sudah larut dalam pikirannya sendiri. Entah apa yang sebenarnya mereka rasakan, bahkan jika dipikir lagi, semua hal yang telah mereka jalani selama ini hanya bagian dari mmpi anak berusia 7 tahun.
Hiruk pikuk di luar sana terdengar sayup-sayup dari ruang kesehatan, seakan hanya itu yang memang bisa Jiyoung dan Jongin dengar. Untuk sementara, mereka membiarkan waktu berlalu seperti ini, dalam kediaman ini. Karena mereka tak butuh kalimat yang tak ingin mereka dengar sekarang, mereka hanya ingin bersama. Seperti saat ini, duduk bersebelahan, meski tak saling tatap, mereka saling tahu bahwa mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain.
Mungkin sudah tiga puluh menit berlalu, Jongin tetap diam, begitupun juga dengan Jiyoung. Mungkin mereka berpikir, apa benar yang sudah mereka lakukan saat ini. Keduanya terlalu takut untuk mengerti perasaan masing-masing. Jiyoung mulai khawatir pada dirinya sendiri, bagaimana jika dugaan Jongin benar? Bahwa Jiyoung hanya menginginkan cinta pertamanya yang dia temui ketika masih kecil. Bagaimana jika memang Jiyoung hanya terbawa perasaan ketika dia masih kecil?
Sekarang Jiyoung baru sadar betapa konyolnya dia mau menunggu dan berusaha untuk bisa masuk Dreamland school hanya untuk menemui Jongin. Bahkan saat itu Jiyoung tidak tau bahwa nama cinta pertamanya adalah Jongin. Jiyoung tersenyum kecut, menyadari apa yang dia lakukan selama ini. Mungkin benar, Jiyoung terlalu lama bermimpi dan masuk dalam dunia fantasinya. Jiyoung tau yang Jongin takutkan, tidak heran jika Jongin bersikap begitu pada Chanyeol. Jongin takut kehilangan Jiyoung.
“Bagaimana?” Jongin menoleh menatap Jiyoung dengan senyum teduhnya, “Apa aku tidak sesuai dengan harapanmu selama ini?”
Jiyoung terlihat berpikir, keningnya berkerut seraya berkata, “Bagaimana denganmu? Mungkin aku yang tidak sesuai dengan harapanmu selama ini.” Kata Jiyoung membalas tatapan Jongin.
Jongin terkekeh, menggelengkan kepalanya tak percaya apa yang Jiyoung katakan. Mungkin ini memang yang membedakan antara pri dan wanita. Mereka memiliki pola pikir yang berbeda. Jongin menggenggan tangan Jiyoung, begitu erat memberi kehangatan ditangan Jiyoung.
“Kau mungkin tidak tau, tapi laki-laki itu lebih realistis Kang Jiyoung!” Jongin berkata sambil terkekeh pelan, “Aku menyukai Kang Jiyoung, bukan hanya karena dia gadis kecil yang pernah aku janjikan. Tapi aku menyukaimu karena itu kau!”
“Tapi harusnya kau memiliki ekspetasi selama ini kan?”
“Benar, tapi laki-laki tidak terlarut dalam dunia fantasi yang dibuat anak gadis kebanyakan. Kami lebih realistis Jing, ingat itu!” Jongin mengacak rambutnya sendiri frustasi, “Aku tetap menyukaimu, meskipun kau bukan cinta pertamaku.” Sambungnya.
“Kau membuatku terlihat buruk!” keluh Jiyoung. Ya memang, Jiyoung selalu berfantasi tentang cinta pertamanya selama bertahun-tahun. Membayangkan bagaimana cinta pertamanya itu akan menepati janjinya dengan memberi ribuan kupu-kupu untuknya. Tapi sekrang Jiyoung sadar satu hal, sadar bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.
Benar, Jiyoung terlalu banyak berharap tentang sosok Jongin sebelumnya. Bahkan beberapa menit yang lalu dia sempat ragu, dia sempat takut jika perkiraan Jongin benar. Dia takut, jika dia hanya menyukai bocah yang ditemuinya sejak kecil.
“Beri aku jawaban, apa aku harus terus berusaha atau berhenti sampai disini.” Jongin menggenggan tangan Jiyoung lebih erat, menatapnya dengan penuh ketulusan. Semua keputusan ada ditangan Jiyoung. Jongin menyerahkan semua pada Jiyoung, gadis yang sudah mencuri hatinya sejak dulu, kini dan di masa depan.
“Kim Jongin….” Jiyoung menatap Jongin ragu.
“Katakan saja, aku tidak berbuat buruk ketika aku patah hati.” Jawab Jongin meyakinkan dengan tawa ringan.

TBC...

A/N: kkkk... masih gak tau Jongin sama Jiyoung bakal berakhir gimana??? tenang aja, semua kejawab di chapter berikutnya. ya disini Jongin ngungkapin semua perasaannya. kadang dia ngerasa konyol sama janjinya pas masi kecil, kkk. jadi yaaahhh, tunggu aja Jiyoung bakal ngomong gimana. trims ya buat yang masih mau baca meskipun ff ini kadang berasa 'mau dibawa kemana' kkk. oh iya, minal aidzin walfaidzin ya, mohon maaf lahir dan batin. yang masih sekolah selamat sekolah lagi. yang kuliah selamat menikmati sisa-sisa liburan. semoga semester depan ini gak terkutuk. amin. XOXO

Komentar

  1. deg degan juga jiyoung bakalan ngomong apa ke jongin. berharap mereka bakal balikan berdua lah. jongin udah menyerahkan semuanya gitu, dia pasrah banget ya... kasihan jongin. semoga jiyoung menerima jongin kembali #apalaah. masih wondering sama status sehun krystal di sini. mereka pacaran beneran nggak sih? mereka aneh. seaneh sehun. hahaha. apapun akhirnya, reader serahin ke author lah, yang penting happy end ya thor. hihihi. yup, maaf lahir bain juga ya thor.. banyak salah nih, komen kadang geje, kadang baca dulu terus sehari kemudian baru komen, dkk. haha. sukses buat semester ganjil ahun ajaran 2015 2016 ini, semoga lebuh baik dari semester lalu. fighting and keep writing ya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah